Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional

orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita, dan menolak kita, kita akan cenderung tidak menyenangi diri kita. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri seseorang. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat. Mereka yang memiliki ikatan emosional, dari merekalah secara perlahan-lahan membentuk konsep diri. Senyuman, pujian, penghargaan, dan pelukan mereka menyebabkan seseorang menilai diri secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan membuatnya memandang diri secara negatif. b. Kelompok rujukan Dalam pergaulan masyarakat, setiap orang menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat, dan berpengaruh terhadap konsep diri. Ini disebut kolompok rujukan. Fitts Agustiani, 2006:139 mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu: a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga. b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain. c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi diri dari potensi pribadi yang sebenarnya. 2.2. Kecerdasan Emosional 2.2.1. Pengertian Kecerdasan Emosional Emosional berasal dari kata emosi. Secara etimologi, berasal dari akar bahasa latin “movere” yang berarti menggerakan, bergerak. Kemudian ditambah awalan “e” untuk memberi arti bergerak menjauh. Richard S. Lazarus menyatakan emosi dilukiskan dan dijelaskan secara berbeda oleh psikolog yang berbeda, namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas- dalam bernapas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb- dan dari sudut mental adalah suatu keadaaan senang atau cemas, yang ditandai adanya perasaan yang kuat dan biasanya dorongan dalam bentuk nyata dari suatu tingkah laku Hude, 2006:16. Menurut Nelson dan Low 2003:2, emosi adalah suatu keadaan perasaan yang merupakan sebuah reaksi fisiologis dan fisik berdasarkan pengalaman sebagai perasaan-perasaan kuat dan perubahan fisiologis dimana tubuh siap untuk tindakan cepat. Emosi-emosi mendorong untuk bertindak. Secara fisiologis, emosi merupakan suatu proses jasmani yang berkaitan dengan perubahan yang tajam dalam meluapnya perasaan seseorang. Perubahan-perubahan ini terlihat jelas dalam perubahan denyut jantung, ritme pernapasan, banyaknya keringat, dsb. Secara psikologis, emosi dialami sebagai reaksi yang sangat menyenangkan atau reaksi paling tidak menyenangkan yang kini digambarkan dengan kata-kata seperti gembira dan marah. Emosi dapat dirumuskan sebagai satu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, perubahan perilaku Chaplin, 2008:163. Selain itu J.P. Chaplin juga mendefinisikan emosional merupakan satu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan feeling yang kuat atau disertai keadaan afektif. Karena itu emosi lebih intens daripada perasaan sederhana dan biasa, dan mencakup pula organisme selaku satu totalitas. Jika perasaan lembut berisikan unsur kemarahan atau kejengkelan tidak dapat diamati oleh orang lain, maka kegusaran selalu dibarengi tingkahlaku yang amat hebat, mendalam, dan ekspresif, yang jelas dapat dibedakan, bahkan oleh pengamat awam sekalipun. Emosi menurut Goleman 2006 merujuk pada suatu perasaan dan pikiran- pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi terkadang dibangkitkan oleh motivasi, sehingga antara emosi dan motivasi terjadi hubungan interaktif. Emosi dapat mengaktifkan dan mengarahkan perilaku dengan cara yang sama seperti yang dilakukan motif biologis dan motif psikologis. Sebagian besar perilaku yang termotivasi mempunyai iringan efektif atau emosional, meskipun dalam usaha mencapai tujuan mungkin seseorang terlalu asyik memusatkan diri pada perasaannya saat itu. Kecerdasaan emosional dapat memberikan emosi-emosi kita untuk menjadi sumber dari informasi yang berguna dan peristiwa yang bijak, seperti dilawan untuk mengalihkan gangguan-gangguan, dan karena itu dapat secara signifikan meningkatkan kapasitas kita untuk sukses. Dan hal itu membantu kita lebih resilient dalam kenyataan tekanan hidup. Peter Salovey and John D. Mayer, in their influential article “Emotional Intelligence,” they defined: emotional intelligence as, “the subset of social intelligence that involves the ability to monitor ones own and others feelings and emotions, to discriminate among them and to use this information to guide ones thinking and actions”. Kecerdasan emosional adalah bagian dari kecerdasan sosial yang mencakup kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan dan emosi-emosi diri sendiri dan orang lain, membedakan antara keduanya, dan menggunakan informasi ini untuk memandu pikiran dan tindakan seseorang. Kecerdasan emosional menunjukan kepada kemampuan untuk mengenali maksud dari emosi dan hubungannya, mempertimbangkan, dan memecahkan masalah yang menjadi dasar emosi tersebut. Kecerdasan emosional meliputi kapasitas untuk memahami emosi-emosi, menyesuaikan emosi-menghubungkan perasaan-perasaan, mengerti keteranganinformasi dari emosi dan mengelolanya.Meyer, 2001:9 Menurut Meyer dan Salovey kecerdasan emosi mencakup empat dimensi, yaitu 1 kemampuan kesadaran emosional untuk memahami emosi-emosi dengan benar, 2 kemampuan dalam menggunakan emosi-emosi: memudahkan atau mempercepat berpikir dengan tepat menghubungkan emosi ke sensasi dasar yang lain dan menggunakan emosi untuk mengubah pandangan, 3 kemampuan mengerti dan mengetahui makna dari emosi: kemampuan untuk menguraikan emosi-emosi menjadi beberapa bagian, kemampuan untuk mengerti kemungkinan perubahan dari satu perasaan ke perasaan lain, dan kemampuan mengerti perasaan-perasaan yang sulit, 4 kemampuan mengelola emosi: kemampuan mengelola emosi sendiri dan orang lain Meyer, 2001:10. Bar-On Relawu, 2007:12 mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai segala kemampuan nonkognitif, kompetensi-kompetensi, dan keterampilan-keterampilan yang mempengaruhi kesuksesan dalam menghadapi tuntutan lingkungan dan tekanan-tekanan. Menurut Bar-On Meyer, 2001:10 karakteristik kecerdasan emosional terdiri dari 1 dengan benar memahami kecerdasan emosi pribadi: kesadaran, ketegasan, penghornatan diri, aktualisasi diri, dan kemerdekaan, 2 memahami kecerdasan emosi antar pribadi: empati, hubungan antar pribadi, dan tanggungjawab sosial, 3 dengan benar memahami penyesuaian kecerdasan emosi: penyelesian masalah dan pengujian yang sebenarnya, 4 dengan benar memahami manajemen stres kecerdasan emosi: membiarkanmengabaikan stres dan mengendalikan dorongan, 5 dengan benar memahami suasana hati secara umum: kebahagian dan optimis. Mempelajari dan mempraktekan kemampuan kecerdasaan emosional memberikan seseorang untuk mengarahkan dorongan tingkahlakunya dalam suatu penghargaan diri Nelson, 2003:2. Sementara Cooper dan Sawaf masih dalam Nelson 2003:31 mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi manusia, informasi, hubungan, dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari- hari. Selanjutnya, Howes dan Herald mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Goleman 2006:45 mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Ia pun berpendapat bahwa meningkatkan kualitas kecerdasan emosi sangat berbeda dengan IQ. Karena kemampuan yang murni kognitif relative tidak berubah, maka kecakapan emosi dapat dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang itu peka atau tidak, pemalu, pemarah atau sulit bergaul dengan orang lain sekalipun dengan motivasi dan usaha yang benar, dapat mempelajari dan menguasai kecakapan emosi tersebut. Kecerdasan emosi ini dapat meningkat dan terus ditingkatkan sepanjang hidup kita. Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat simpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi-emosi secara tepat dalam menghadapi situasi-situasi yang mempengaruhi dirinya yang muncul dari dalam diri seperti memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, menunda kepuasan, dan mengatur suasana hati. Maupun pengaruh dari luar diri seperti lingkungan sehingga sesuai dengan tujuan, manpu menanganinya secara efektif, dan memotivasi orang lain.

2.2.2. Dimensi-dimensi Kecerdasan Emosional

Goleman mengungkapkan 5 lima wilayah atau komponen-komponen kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

a. Mengenali emosi diri