Pola CSR Teori CSR Corporate Social Responsibility

sosialnya. Tanggung jawab ini merupakan salah satu dari tempat bentuk tanggung jawab yang dimilikinya, tiga lainnya adalah tanggung jawab perusahaan secara ekonomi untuk menghasilkan laba, tanggung jawab dalam mentaati hukum, dan tanggung jawab etis. 46 Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social ResponsibilityCSR berupa kegiatan filantropi dan pengembangan komunitas, umumnya dikemas untuk mengupayakan citra positif alias promosi. Lebih jauh dari sekedar promosi, semakin berkembang pula pandangan bahwa keunggulan bersaing bisa dihasilkan dengan memadukan berbagai pertimbangan social dan lingkungan dalam strategi bisnis. Philip Kotler dan Nancy Kotler dalam Corporate Social Responsibility, Doing the Most Good for Your Company and Your Cause 2005, secara praktis menunjukkan, bagaimana perusahaan memaksimalkan tingkat pengembalian investasi melalui sejumlah kegiatan dan inisiatif sosial yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungannya. 47

2. Pola CSR

Menurut Saidi dan Abidin 2004:64-65 sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan di Indonesia. 48 46 Zaim Said dan Hamid Abidin, Sumbangan Sosial Perusahaan ‘Profil dan Pola Distribusinya di Indonesia: Survei 226 Perusahaan di 10 Kota , Jakarta:PIRAMEDIA, 2003, cet.ke-1, h. 13. 47 Amin Wijaya Tunggal, Corporate Social Responsibility CSR Konsep dan Kasus Jakarta: Harvarindo, 2007, h. 65. 48 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri ‘Memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan CSR, Bandung:Refika Aditama, 2007, h. 106. a. Keterlibatan langsung Perusahaan menjalankan CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. c. Bermitra dengan pihak lain Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerja sama dengan lembaga sosial organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media masa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan modal lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerja sama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama. Bidang kegiatan yang dibantu perusahaan juga mencakup berbagai bidang. Dari jumlah dana yang disalurkan, bidang yang paling banyak hingga yang paling sedikit menerima sumbangan dari perusahaan berturut-turut adalah pendidikan dan penelitian, pelayanan sosial, kesehatan, musibah mendadak, pembangunan dan prasarana perumahan, seni dan pariwisata serta ekomoni produktif dan lingkungan. namun dari frekwensi bidang yang disumbang secara berturut mulai dari yang paling sering dilakukan adalah pelayanan sosial, pendidikan dan pelatihan, kesehatan, musibah mendadak, lingkungan hidup, ekonomi produktif, seni olah raga dan pariwisata, dan pembangun prasarana perumahan. Kedermawanan sosial juga berhubungan dengan beberapa hal, antara lain adalah motivasi yang mendorong perusahaan untuk melakukan kedermawanan sosial, cara pengambilan keputusan dan nilai-nilai yang akan dicapai dalam memberikan sumbangan. Hal-hal tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui dalam rangka menggali potensi dana lokal, karena selama ini ada kecenderungan dana lokal lewat dana sosial perusahaan tersalurkan dalam area yang sangat variatif sesuai dengan keinginan perusahaan penyumbang. Di Indonesia, kebiasaan perusahaan dalam menyumbang pada dasarnya tidak sepopuler dengan kebiasan individu yang menjadi pemilik atau eksekutif puncak perusahaan tertentu. Bahkan kadangkala sulit membedakan apakah sumbangan yang diberikan oleh perusahaan adalah sumbangan yang secara sengaja dan terencana menjadi program perusahaan, atau justru karena dorongan dan motivasi dari individu pemilik perusahaan. 49

D. Teori Kesejahteraan Masyarakat