Analisa Tentang Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Di Desa
49
“ Kalau di daerah kita semenjak jaman modern ini banyak kejadian perceraian sepihak tanpa melalui pengadilan, bahkan saya juga salah satu
pihak yang melakukan perceraian tersebut. Lagi pula yang bercerai sebelum saya juga tidak lewat pengadilan cukup bagi saya cerai di sini
saja, mengikuti yang sudah-sudah
6
. Menurut kepala Kantor Urusan Agama kecamatan Pancalang,
Aman Rahmana S.Ag: perceraian yang dilakukan di luar pengadilan sudah merupakan kebiasaan masyarakat khususnya masyarakat kecamatan kami,
karena sebelum ditetapkan Undang-undang yang mengatur masalah perceraia, masyarakat sudah sejak dulu melakukan perceraian dengan
hanya ucapan “ saya serahkan kamu kepada orang tuamu” bahkan kejadian perceraian sepihak itu kebanyakan dilakukan oleh pihak istri dan sampe
sekarang hal tersebut sulit dirubah. 4.
Faktor perselingkuhan Dari jumlah responden yang penulis jadikan sampel beberapa
pasangan yang melakukan perceraian diakibatkan karena perselingkuhan. Dikarnakan suami bekerja merantau begitu jauh dan jarangnya
berkomunikasi terhadap istrinya maka dari situ terjadilah perselingkuhan yang terjadi yang dilakukan oleh pihak istri, maka dari itulah hal ini sangat
rawan sekali bagi mereka yang sudah mempunyai suami untuk berselingkuh terutama bagi mereka yang tidak memiliki keimanan yang
kuat.
6
. Wawancara dengan Atika di tempat, 05 Februari 2011
50
Menurut warga setempat yang melatar belakangi terjadinya perceraian sepihak itu kebanyakan dilakukan oleh pihak istri, dikarnakan
pihak suami bekerja jauh.
5. Faktor pendidikan
Dari responden yang dijadikan sampel ada yang berpendidikan atau tamatan sekolahnya samapai dibangku SD dan SMP saja, dan hampir
semua responden tidak mengetahui tentang tatacara perceraian di Pengadilan Agama, jadi mereka hanya tahu bahwa bercerai itu cukup du
depan penghulu atau kiyai atau ustadz saja sebagaimana mereka nikah dulu.
7
6. Kurangnya kesadaran hukum
Berangkat dari suatu kebiasaan mereka bercerai tanpa prosedur Pengadilan Agama, maka mereka bisa dikatakan orang yang tidak taat
hukum, dan kurang sadar terhadap peraturan yang berlaku di Indonesia mengenai masalah perceraian. Hal ini di ungkapkan oleh responden
bernama Emay: “sebenarnya saya mengetahui kalau cerai itu harus ke pengadilan, tapi dengan beberapa faktor, terutama masalah biaya jadi saya
tidak bisa menjalankan aturan hukum yang berlaku.
8
Dan perkataan ini bisa diperkuat oleh pernyataan kepala Kantor Urusan Agama kecamatan pancalang. Bapak Aman Rahmana. S.Ag:
7
. Sumber KUA kec Pancalang
8
. wawancara pribadi, ibu May di tempat, 17 Februari 2011
51
“Pada dasarnya masyarakat desa kahiyangan ini sedikit banyak sudah mengetahui tentang peraturan perundang-undangan yang mengatur
masalah perceraian. Pihak Kantor Urusan Agama juga suka memberikan penyuluhan jika mereka hendak melangsungkan pernikahan, yang
dikatakan oleh naib di dalam ta’lik talak, jika melakukan perceraian hendaklah dilakukan di Pengadilan Agama setempat
9
. Di Indonesia dalam hal masalah perceraian telah di atur dalam
rangkaian Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam tentang perkawinan. Dan sebagai warga Negara Indonesia sudah
sepatutnya kita harus mentaati dan menjalankan peraturan yang ada. Pada pasal 39 ayat 1 menerangkan bahwa “ perceraian hanya dilakukan di depan
sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.”
Dalam hal ini terjadinya perceraian haruslah memenuhi beberapa alasan. Sehingga perceraian tersebut dapat terlaksana, hal ini sesuai
dengan pasal 39 ayat 2 undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi : “untuk melakukan perceraian harus cukup
alasan, bahwa antara suami dan istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai seami istri,”
Tradisi perceraian masyarakat di desa kahiyangan yang dilakukan diluar persidangan di Pengadilan Agama sudah menjadi adat atau
kebiasaan yang dilakukan masyarakat di desa ini dan berlaku hingga
9
. Wawancara dengan Bapak Aman Rahman di KUA Pancalang, 21 Februari 2011
52
sekarang. Perceraian yang terjadi ini terdapat berbagai macam alasan diantaranya yaitu:
1. Suaminya meninggalkan isteri dan tidak kembali lagi
2. Suaminya tidak menafkahi istrinya
3. Karena perselingkuhan dari salah satu pihak suami atau istri dan
4. Karena meninggal dunia
Berdasarkan alasan-alasan diatas yang banyak terjadi perceraian di desa kahiyangan di karenakan pihak istri berselingkuh dan yang lebih
parahnya lagi ketika suami pergi merantau yang pulangnya sampai tahunan, pihak istri berselingkuh yang awal mulanya dari alat elektronik
yaitu HP sehingga sampai terjadi persetubuhan diluar nikah. Dengan kurangnya ekonomi bagi masyarakat desa kahiyangan ini
suatu hambatan bagi mereka untuk menjalankan peraturan-peraturan hukum yang ada di Indonesia khususnya mengenai perceraian, masyarakat
desa kahiyangan merasa tidak mampu untuk membayar pengeluaran untuk mengurusi prosedur perceraian yang dilakukan di pengadilan. Maka
mereka memilih untuk bercerai yang tidak sah menurut Negara, yaitu yang dihadiri oleh pihak keluarga dan sesepuh desa, bahkan yang mengurusi
perceraianya itu di lakukan oleh pihak istri. Mengenai putusnya perkawinan yang disebabkan perceraian ada
beberapa alasan yang melatar belakangi kenapa perceraian dapat terjadi. Hal ini dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 116 dan PP No.9
tahun 1975 pasal 19. Terdapat juga pasal 39 ayat 2 UUP No. 1 tahun 1974. Alasan perceraian menurut hukum islam adalah :
53
1. Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suasana rumah
tangga, tidak ada lagi rasa kasih sayang yang merupakan tujuan dan hikmah dari perkawinan
2. Karena salah satu pihak berpindah agama
3. Salah satu pihak melakukan perbuatan keji
4. Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak istri
5. Suami melanggar janji yang pernah diucapkan sewaktu akad
pernikahanTalik Talak. Hal-hal yang menjadi sebab putusnya ikatan perkawinan antara
seorang suami dengan seorang istri yang menjadi pihak-pihak terkait dalam perkawinan menurut undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan pasal 38 dan Kompilasi Hukum Islam KHI menyatakan ada tiga sebab, yaitu karena kematian, perceraian, dan atas keputusan
pengadilan agama. Di dalam PP No. 9 Tahun 1975 pasal 19 dinyatakan hal-hal yang
menyebabkan terjadinya perceraian. Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,
penjudi, dan lain sebagainya yang sungkar disembuhkan. b.
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena
hal lain di luar kemampuannya. c.
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.
54
d. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewjiban suamiistri. e.
Antara suami dan istri terus menerus menjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga.
10