45
menurutnya belum pernah ada dari pihak pejabat yang berwenang
1
. Menurut ustad Sanu’i terjadinya perceraian di masyarakat khususnya di desa
Kahiyangan ada beberapa hal dalam melakukan thalaq. Ada yang berpendapat jika kita mengucapkan, maka dengan ucapan itu terjadi talaq, dan ada yang
berpendapat juga bahwa bila dilakukan di depan sidang pengadilan baru bisa terjadi talaq dengan me
nghadirkan dua orang saksi. Bahkan ia bapak Syaf’i menambahkan jika tidak berhasil mendamaikan maka dikembalikan pada Al-
Qur’an dan Hadis. Sedangkan akibat hukum yang terjadi setelah perceraian setahu bapak Syafi’i ini ada nafkah iddah dan nafkah anak
2
.
Tidak berbeda dengan pendapat bapak kiyai Maksud. Ketika peneliti konfirmasi tentang pemahaman tentang undang-undang pasal 39 ayat 1 Tahun
1974 dan Kompilasi Hukum Islam pasal 115 bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan agama setelah pengadilan agama
tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Beliau sangat setuju bahwa perceraian itu harus dilakukan pengadilan, jangan bercerai
dengan salah satu pihak saja
3
. Lain lagi menurut bapak Dedi Mulyadi yang mengaku belum pernah tahu sama sekali tentang Kompilasi Hukum Islam.
Menurutnya, pantangan untuk mengucapkan talak walaupun saya tidak mengerti hukum. Setahu saya kalo udah cekcok terus menerus antara suami
istri maka di situlah peran keluarga-keluarga yang lainnya untuk dapat
1
. Wawancara dengan bapak Madham di tempat, 10 Februari 2011
2
. Wawancara dengan bapa Syafi’i di tempat, 14 Februari 2011
3
. Wawancara dengan kiyai Maksud di tempat, 15 Februari 2011
46
mendamaikan, bagaiman caranya agar tidak terjadi perceraian, ini yang kita pegang
.
B. Analisa Tentang Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Di Desa
Kahiyangan
Yang melatar belakangi penyebab terjadinya suami istri melakukan perceraian sepihak disebabkan beberapa hal. Dari hasil penelitian penulis
terhadap beberapa responden yang melakukan perceraian sepihak, penulis mendapati beberapa hal yang menjadi alasan pasangan suami istri melakukan
perceraian sepihak antara lain: 1.
Faktor Ekonomi Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya perceraian sepihak, karena kita tahu faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat vital bagi hidup dan kehidupan baik individu maupun
golongan, karena setiap manusia membutuhkannya. Dari jumlah populasi yang penulis jadikan sempel dalam penelitian ini. Bahwa dari setiap
pasangan terutama dari pihak suami telah memiliki pekerjaan, baik tetap maupun tidak tetep, akan tetapi penghasilan yang dapat itu masih sangat
minim sekali jika dibandingkan dengan kebutuhan rata-rata perbulan masyarakat desa kahiyangan. Jadi faktor ekonomi inilah yang paling
mendasar dari rata-rata responden yang melakukan perceraian. Biaya persidangan yang begitu besar, memicu terjadinya
perceraian di luar pengadilan. Ini bisa dirasakan oleh masyarakat desa kahiyangan yang mayoritas ekonominya lemah, sehingga mereka tidak
sanggup membayar
47
Menurut kepala KUA kecamatan pancalang yang berhasil kami wawancara, bahwa salah satu yang memberatkan masyarakat melakukan
perceraian sepihak tanpa melalui pengadilan biasanya karena mereka terbebani masalah biaya pengadilan, karena memang biaya pengadilan
sangat besar bagi orang-orang yang berekonomi menengah kebawah, padahal pengadilan yang bersangkutan dapat memberikan keringanan
biaya jika benar-benar tidak mampu
4
. Hal ini dialami oleh ibu emay dan jurupah, dia melakukan cerai
spihak diluar pengadilan karena merasa terbebani oleh masalah biaya administrasi. Emay mengatakan: ”biaya cerai dipengadilan itu mahal,
kalaupun punya uang lebih baik digunakan untuk biaya sekolah anak sekolah dan biaya hidup sehari-hari.
Akibat perceraian ialah bahwa suami dan istri hidup sendiri- sendiri, istri atau suami dapat bebas untuk menikah lagi dengan orang lain,
istri berselingkuh awal mulanya perselingkuhan karena adanya alat, berupa hanpone atau suami dikarnakan merantau terlalu jauh sehingga istri
melakukan hal-hal yang tidak wajar, perceraian membawa konsekwensi yuridis yang berhubungan dengan status istri, setatus anak dan setatus
harta kekayaan, sesudah perceraian bekas istri dapat bebas untuk menikah setelah masa iddah berakhir. Persetubuhan antara mantan suami dan
mantan istri dilarang, sebab mereka sudah tidak terikat dalam pernikahan
4
. Wawancara dengan bapak Aman Rahmana, di KUA Pancalang, 21 Februari 2011