Jenis-jenis Korupsi Pengertian Korupsi

Melihat dari ciri-ciri di atas korupsi dapat diartikan Tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan Negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi perorangan, keluarga dekat, keluarga sendiri atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan berupa tingkah laku. Karena luasnya tindakan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan korupsi, maka definisinya selalu berkembang, baik secara normatif maupun secara empiris. Dalam hal ini, istilah dari Bank dunia cukup mewakili, korupsi adalah penyalahgunaan kewenangan publik untuk memperoleh keuntungan pribadi The abuse of public office for privat gain. 11

2. Jenis-jenis Korupsi

Benveniste dalam bukunya Bureaucrary 1991, membagi korupsi dalam 4 jenis, yakni: discretionary corruption, illegal corruption, Mercenery corruption, dan ideological corruption. Piers Beirne dan James Messerschmidt dalam criminology 1995 membagi korupsi dalam 4 jenis, yaitu: political Bribery, political Kickbacks, Election Fraud dan corrupt Campaign Practice. 12 11 Sudirman Said dan Nizar Suhendra, korupsi dan Masyarakat Indonedsia dalam Hamid Basyaib, mencari Uang Rakyat 16 Kajian Korupsi di Indonesia Jakarta: Yayasan Aksara 2002 h. 99 12 Arya Maheka, KPK Komisi Pemberantasan Korupsi Mengenali dan Memberantas Korupsi, h. 16 Menurut Suara Karya ada tujuh macam korupsi yaitu : a. Korupsi transaksional yaitu korupsi yang melibatkan dua pihak, keduanya sama-sama mendapatkan keuntungan dan mengupayakan secara aktif terjadinya korupsi. b. Korupsi yang bersifat memeras yaitu apabila pihak pertama harus melakukan penyuapan terhadap pihak kedua guna menghindari hambatan usaha dari pihak kedua itu. c. Korupsi yang bersifat ontogenik yaitu hanya melibatkan orang yang bersangkutan. d. Korupsi depensif yaitu ketika seseorang menawarkan uang suap untuk membela dirinya. e. Korupsi yang bersifat investasi memberikan pelayanan barang dan jasa agar nanti mendapatkan uang terima kasih. f. Korupsi yang bersifat nepotisme yaitu penunjukkan “orang-orang saya” untuk jabatan-jabatan umum kemasyarakatan, atau bahwa “keluarga” sendiri mendapatkan perlakuan khusus dalam banyak hal. Korupsi suportif yaitu korupsi yang tidak secara langsung melibatkan uang dan jasa atau pemberian apapun. 13 Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai berikut: 13 Munawar Fuad Noeh, Islam dan Gerakan Moral Antikorupsi Jakarta: Zikrul Hakim, 1997, h. 44. a. Perbuatan melawan hukum . b. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; c. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; d. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara; Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, diantaranya: a. Memberi atau menerima hadiah atau janji penyuapan; b. Penggelapan dalam jabatan; c. Pemerasan dalam jabatan; d. Ikut serta dalam pengadaan bagi Pegawai NegeriPenyelenggara Negara; e. Menerima gratifikasi bagi Pegawai NegeriPenyelenggara Negara. Di dalam pasal 1 Peraturan Penguasa Perang Pusat AD tersebut perbuatan korupsi dibedakan menjadi dua, yakni 1 perbuatan korupsi pidana dan 2 perbuatan korupsi lainnya. Menurut pasal 2, perbuatan korupsi pidana ada tiga macam, yakni sebagai berikut. a. Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dengan secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan Negara atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggaran-kelonggaran dari masyarakat. b. Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dan yang dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan atau kedudukan. c. Kejahatan-kejahatan tercantum dalam pasal 41 sampai 50 Peraturan Penguasa Perang Pusat ini dan dalam pasal 209, 210, 418, 419, dan 420 KUHP. Dari tiga macam perbuatan korupsi pidana tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan pidana korupsi terjadi dalam hal apabila si pembuat melakukan kejahatan atau pelanggaran yang 1 merugikan Negara, atau 2 yang dilakukan dengan menyalahgunakan kekuasaan, atau 3 tindak pidana pasal 41 sampai dengan 50 Peraturan Penguasa Perang pusat ini, dan 4 pasal: 209, 210, 418,419, dan 420 KUHP. Sedangkan perbuatan korupsi lainnya pasal 3 dibedakan menjadi dua macam yakni, pertama Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan perbuatan yang melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan Negara atau daerah atau badan yang menerima bantuan dari keuangan Negara atau daerah atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggaran-kelonggaran dari masyarakat. Kedua Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dan yang dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan atau kedudukan.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi