Pengertian Korupsi Pengertian Korupsi

BAB II KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF INDONESIA

DAN HUKUM ISLAM

A. Pengertian Korupsi

1. Pengertian Korupsi

Korupsi merupakan gejala sosial yang sangat subur, dan merupakan parasit terhadap pembangunan nasional, sehingga tindakan pencegahan, penanggulangan, dan pemberantasannya tidak bisa diabaikan. 1 Kata Korupsi berasal dari bahasa Latin, yakni Corruptio atau Corruptus yang kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis Corruptio dalam bahasa Belanda korruptie dan selanjutnya dalam bahasa Indonesia Korupsi. 2 Secara harfiah korupsi adalah segala macam perbuatan yang tidak baik seperti kebusukan, keburukan, kejahatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. 3 Korupsi dalam prakteknya memiliki beragam pengertian. Sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu bersilang pendapat untuk merumuskan 1 Juniadi Soewartoyo, Korupsi Pola Kegiatan dan Penindakannya Serta Peran Pengawasan dan Penanggulangannya, Jakarta, Restu Agung,1992, h. 45. 2 Andi Hamzah, Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara, Jakarta: Sinar Grafika 1985 h. 78 3 Adami Chazawi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Malang, Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2005, Cet ke-2 h. 1 14 pengertian yang paling memadai. Menurut Wetheim seorang pejabat dikatakan melakukan korupsi apabila ia menerima hadiah dari seseorang agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan pemberi hadiah. Meminta hadiah atau balas jasa karena terlaksananya suatu tugas yang padahal sebenarnya adalah kewajiban, bagi Wetheim juga dapat digolongkan tindakan korupsi, dan tindakan korupsi juga dikenakan kepada pejabat yang mengunakan uang Negara yang berada dibawah pengawasannya untuk kepentingan pribadi. 4 Secara harfiah dapat diartikan bahwa korupsi memiliki arti yang sangat luas: 5 a. Penyelewengan dan penggelapan uang Negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi dan orang lain. b. Korupsi dapat berarti busuk, rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya, dapat disogok melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Dalam analisis fenomenologis, menurut Syed Hussen Alatas, korupsi mengandung dua unsur penting yaitu penipuan dan pencurian. Bila bentuknya pemerasan itu berarti pencurian melalui pemaksaan korban. Apabila bentuknya penyuapan terhadap pejabat, ini berarti membantu terjadinya 4 Munawar Fuad Noeh, Islam dan Gerakan Moral Anti Korupsi, Jakarta: Zikrul Hakim, 1997, Cet I, h. 77 5 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, Cet. I. pencurian. Jika terjadi dalam bentuk kontrak, korupsi berarti pencurian keputusan sekaligus pencurian uang hasil keputusan. 6 Menurut Baharuddin Lopa, pengertian umum tentang tindak pidana korupsi adalah suatu tindak pidana yang berhubungan dengan perbuatan penyuapan dan manipulasi serta perbuatan-perbuatan lain yang merugikan atau dapat merugikan keuangan atau perekonomian Negara, merugikan kesejahteraan dan kepentingan rakyat. Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU 311999, memberi pengertian tentang Tindak Pidana Korupsi adalah “perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara” atau “perbuatan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain serta dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”. Termasuk dalam pengertian tindak korupsi adalah suap terhadap pejabat atau pegawai Negeri. 7 Di dalam The Lexicon Webster Dictionary, dimuat arti kata corrupt antara lain adalah: ajakan dari seorang pejabat politik dengan pertimbangan- pertimbangan yang tidak semestinya melakukan pelanggaran tugas. 8 6 Alatas, Korupsi: Sifat, Sebab dan Fungsi Jakarta: LP3S h. 129 7 Artikel di Akses Pada 5 juni 2009. http:hamdanzoelva.wordpress.com20080811fenomena-korupsi-dari-sudut-pandang- filsafat-ilmu 8 Robert Klitgaard, Membasmi Korupsi, Terjemah: Hermoyo Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, h. 29. Max Weber mengatakan, 9 orang tidak boleh membuat definisi sebelum membuat derivasi dari definisi tersebut, yang berupa ciri-ciri dari korupsi. Syed Hussen Alatas menjelaskan ciri-ciri korupsi sebagai berikut: 10 a. Suatu penghianatan terhadap kepercayaan. b. Penipuan terhadap daban pemerintah, lembaga swasta dan masyarakat umum. c. Dengan sengaja melalaikan kepercayaan umum untuk kepentingan khusus. d. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang-orang berkuasa atau bawahannya menganggap tidak perlu. e. Melibatkan lebih dari satu pihak atau orang. f. Adanya kewajiban atau keuntungan bersama dalam bentuk uang atau barang. g. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan mereka yang dapat mempengaruhi. h. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korupsi dalam bentuk pengesahan hukum. i. Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi. 9 Robert Klitgaard, Membasmi Korupsi, h. 31 10 Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya jakarta: Gramedia 1984, h. 9 Melihat dari ciri-ciri di atas korupsi dapat diartikan Tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan Negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi perorangan, keluarga dekat, keluarga sendiri atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan berupa tingkah laku. Karena luasnya tindakan yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan korupsi, maka definisinya selalu berkembang, baik secara normatif maupun secara empiris. Dalam hal ini, istilah dari Bank dunia cukup mewakili, korupsi adalah penyalahgunaan kewenangan publik untuk memperoleh keuntungan pribadi The abuse of public office for privat gain. 11

2. Jenis-jenis Korupsi