Pengaruh Manajemen Laba, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Barang Konsumsi Ynag Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH MANAJEMEN LABA, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

OLEH:

NAMA : MARGARET AMETA

NIM : 050503153

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN 2010


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Pengaruh Manajemen Laba, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Barang Konsumsi Ynag Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 7 Maret 2010 Yang Membuat Pernyataan,

Margaret Ameta Nim: 050503153


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Manajemen Laba, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, yang disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail,MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis didalam proses penyelesaian skripsi ini.


(4)

4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak. selaku Dosen Penguji I dan Ibu Dra. Naleni Indra, MSi, Ak. selaku Dosen Penguji II atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.

5. Kedua orangtua penulis tercinta, B. Sitepu dan B. Ginting. Terima kasih banyak untuk semua pengorbanan, cinta dan kasih yang telah diberikan kepada penulis. Penulis sungguh sangat bersyukur memiliki keluarga yang Tuhan tempatkan dalam hidup penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan kasih-Nya. Amin.

Medan, 7 Maret 2010 Penulis,

Margaret Ameta NIM : 050503153


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba,

mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia sejak tahun 2004 sampai dengan 2007. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap kinerja keuangan.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website ringkasan kinerja perusahaan yang diperoleh melalui ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Variabel penelitian ini adalah manajemen laba sebagai variabel X1, persentase kepemilikan saham oleh institusi sebagai variabel X2, persentase kepemilikan saham oleh manajemen sebagai variabel X3, komite audit sebagi variabel X4, komisaris independen sebagai variabel X5 dan kualitas audit sebagai variabel X6 serta kinerja keuangan sebagai variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak 14 perusahaan.

Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham secara bersama-sama, tetapi secara parsial manajemen laba dan kualitas audit berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keeuangan, komisaris independen berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja keuangan, persentase kepemilikan saham oleh manajemen, persentase kepemilikan saham oleh institusi dan komite audit tidat berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Kata Kunci: manajemen laba, persentase kepemilikan saham oleh institusi, persentase kepemilikan saham oleh manajemen, komite audit, komisaris independen, kualitas audit, dan kinerja keuangan.


(6)

ABSTRACT

This study analyzed the influence earnings management, corporate governance mechanisms, and quality audits of the financial performance of companies listed on stock exchanges in Indonesia since 2004 until 2007 up to 2007. The study also aims to find out where the benchmark had the most significant influence on financial performance.

The data used are the financial reports of each sample company, which www.idx.co.id published through the website, and a summary of corporate performance obtained through ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Method of data analysis used in this research is quantitative method, with the classic assumption test, and statistical analysis of multiple linear regression analysis. Sampling method that used is purposive sampling. Variables that used in this research are earnings management as the variable X1, the percentage of stock ownership by institutions as a X2 variable, the percentage of stock ownership by management as the variable X3, the audit committee as X4 variable, independent commissioners as variable of X5 and audit quality as X6 variable and financial performance as a variable Y with the total samples per year as many as 14 companies.

This research concludes that all of the independent variables have positive significant influence toward financial performance in simultan, but in partial earnings management and audit quality have positive significant to the financial performance, independent commissioners have a negative significant effect to the financial performance, percentage of stock ownership by management, the percentage of ownership shares by the institution and the audit committee have insignificant effect to the financial performance. Keywords: Earnings management, the percentage of stock ownership by institutions, the percentage of stock ownership by management, audit committees, independent commissioners, audit quality and financial performance.


(7)

DAFTAR ISI SKRIPSI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Manajemen Laba………..9

a. Pengertian Manajemen Laba ... 9

b. Sasaran Manajemen Laba ... 10


(8)

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen

Laba………...…11

2. Teori Keagenan (Agency Theory)……….12

3. Corporate Governance………...14

4. Kualitas Audit………....16

5. Kinerja Keuangan... 18

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………...….20

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... .…29

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 32

C. Metode Pengumpulan Data ... 32

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 33

F. Defenisi Operasional ... 38

G. Pengukuran Variabel………39

1. Kinerja Keuangan………...39

2. Manajemen Laba………39

3. Mekanisme Corporate Governance………40

4. Kualitas Audit………40

H. Metode Analisis Data ... 41


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian ... 52

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif ... 52

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas ... 55

b. Uji Multikolinearitas ... 58

c. Uji Heteroskedastisitas ... 61

d. Uji Autokorelasi ... 63

3. Analisis Regresi a. Persamaan Regresi ... 64

b. Analisis Koefisien dan Koefisien Determinasi .... 66

c. Pengujian Hipotesis ... 68

C. Pembahasan Hasil penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Keterbatasan Penelitian ... 76

C. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 30

Gambar 4.1 Histogram ... 56

Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot ... 57


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

Tabel 3.1 Populasi, Kriteria dan Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman ... 35

Tabel 3.2 Defenisi Operasional ... 38

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 51

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2004 sampai tahun 2007 ... 53

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data ... 55

Tabel 4.3 Coefficients ... 58

Tabel 4.4 Coefficients Correlations ... 59

Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin Watson………63

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi ... 65

Tabel 4.7 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 67

Tabel 4.8 Hasil Uji t ... 68


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman ... 84

Lampiran ii Data Penelitian Tahun 2004 ... 85

Lampiran iii Data Penelitian Tahun 2005 ... 87

Lampiran iv Data Penelitian Tahun 2006………...89

Lampiran v Data Penelitian Tahun 2007 ... 91

Lampiran vi Statistik Deskriptif ... 93

Lampiran vii Hasil Uji Normalitas ... 94

Histogram ... 94

Grafik Normal P-P Plot ... 94

Analisis Statistik……….95

Lampiran viii Hasil Uji Multikolinearitas ... 96

Koefisien Korelasi...96

Lampiran ix Hasil Uji Autokorelasi ... 97

Lampiran x Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 98

Lampiran xi Variabel Entered/Removed dan Adjusted R2………..99

Lampiran xii Hasil Uji t………...100

Hasil Uji F………100

Lampiran xiii Tabel t dengan signifikansi 5%...101


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba,

mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia sejak tahun 2004 sampai dengan 2007. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap kinerja keuangan.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website ringkasan kinerja perusahaan yang diperoleh melalui ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Variabel penelitian ini adalah manajemen laba sebagai variabel X1, persentase kepemilikan saham oleh institusi sebagai variabel X2, persentase kepemilikan saham oleh manajemen sebagai variabel X3, komite audit sebagi variabel X4, komisaris independen sebagai variabel X5 dan kualitas audit sebagai variabel X6 serta kinerja keuangan sebagai variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak 14 perusahaan.

Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham secara bersama-sama, tetapi secara parsial manajemen laba dan kualitas audit berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keeuangan, komisaris independen berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja keuangan, persentase kepemilikan saham oleh manajemen, persentase kepemilikan saham oleh institusi dan komite audit tidat berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Kata Kunci: manajemen laba, persentase kepemilikan saham oleh institusi, persentase kepemilikan saham oleh manajemen, komite audit, komisaris independen, kualitas audit, dan kinerja keuangan.


(14)

ABSTRACT

This study analyzed the influence earnings management, corporate governance mechanisms, and quality audits of the financial performance of companies listed on stock exchanges in Indonesia since 2004 until 2007 up to 2007. The study also aims to find out where the benchmark had the most significant influence on financial performance.

The data used are the financial reports of each sample company, which www.idx.co.id published through the website, and a summary of corporate performance obtained through ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Method of data analysis used in this research is quantitative method, with the classic assumption test, and statistical analysis of multiple linear regression analysis. Sampling method that used is purposive sampling. Variables that used in this research are earnings management as the variable X1, the percentage of stock ownership by institutions as a X2 variable, the percentage of stock ownership by management as the variable X3, the audit committee as X4 variable, independent commissioners as variable of X5 and audit quality as X6 variable and financial performance as a variable Y with the total samples per year as many as 14 companies.

This research concludes that all of the independent variables have positive significant influence toward financial performance in simultan, but in partial earnings management and audit quality have positive significant to the financial performance, independent commissioners have a negative significant effect to the financial performance, percentage of stock ownership by management, the percentage of ownership shares by the institution and the audit committee have insignificant effect to the financial performance. Keywords: Earnings management, the percentage of stock ownership by institutions, the percentage of stock ownership by management, audit committees, independent commissioners, audit quality and financial performance.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Definisi laporan keuangan menurut standar akuntansi keuangan (2002:2), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba tugi, laporan perubahan posisi keuangan ( seperti laporan arus kas), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Definisi lainnya yaitu laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (id.wikipedia.org).

Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan


(16)

kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Ujiyantho, 2007: 2 ). Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Haris, 2004 dalam Ujiyantho, 2007: 2 ). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) (Richardson, 1998 dalam Ujiyantho, 2007: 2 ).

Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett, Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006 dalam Ujiyantho, 2007: 2 ). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005 dalam Ujiyantho, 2007: 2 ).

Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor salah satunya dialami oleh Enron, cukup membuktikan bahwa kecurangan banyak dilakukan oleh orang-orang dalam. Terungkapnya skandal-skandal sejenis ini menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat khususnya


(17)

masyarakat keuangan, yang salah satunya ditandai dengan turunnya harga saham secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus.

Timbulnya kasus-kasus serupa menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan yang terdistribusi luas atau yang lebih dikenal dengan corporate governance yang sekali lagi mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme good corporate governance yang baik belum diterapkan. Hal ini dapat menjadi pemicu perusahaan atau pihak manajemen untuk mengeluarkan informasi-informasi yang memberi dampak positif terhadap harga saham dan dapat mendorong perusahaan untuk cenderung melakukan manipulasi akuntansi dengan menyajikan informasi tertentu guna menghindari terpuruknya harga saham.

Corporate Governance merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholders. Pelaksanaan Good Corporate Governance menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham, terutama pemegang saham minoritas. Prinsip-prinsip atau pedoman pelaksanaan Corporate Governance menunjukkan adanya perlindungan tersebut.

Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholders . Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kedua kewajiban perusahaan


(18)

transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholders (YPPMI & SC, 2002 dalam re-searchengines.com). Atau secara singkat ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good Corporate Governance ini yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan Good Corporate Governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan (Beasly et.al, 1996 dalam re-searchengines.com). Chtourou et.al.(2001) dalam re-searchengines.com juga mencatat prinsip GCG yang diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat (constrain) aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan (re-searchengines.com). Penerapan prinsip Corporate Governance tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan pemakai laporan keuangan termasuk investor.

Selain dari pihak perusahaan, external auditor juga harus turut bertanggung jawab terhadap merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi seperti ini. Posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat juga mulai banyak dipertanyakan apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang


(19)

saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi.

Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan (Kieso dan Weygandt, 1995 dalam Ujiyantho, 2007: 3 ), sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono, 2004 dalam Ujiyantho, 2007: 3 ).


(20)

menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham (Cornett et al., 2006 dalam Ujiyantho, 2007: 3).

Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Menurut Theresia (2005) dalam Ujiyantho, 2007: 3 manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas kinerja yang dilaporkan oleh manajemen (Gideon, 2005 dalam Ujiyantho, 2007: 4).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas apakah terdapat pengaruh manajemen laba, mekanisme corporate governance dan kualitas audit terhadap kinerja keuangan dengan objek penelitian perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2004-2007. Pemilihan kelompok perusahaan yang tergabung ke dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan yang diteliti dengan pertimbangan bahwa industri ini menyediakan kebutuhan primer manusia sehingga tetap dapat menjadi prioritas utama konsumen meskipun kondisi perekonomian kurang mendukung. Bagaimanapun buruknya kondisi kehidupan konsumen, mereka masih tetap membutuhkan makanan dan minuman untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kondisi ini turut mempengaruhi pergerakkan harga saham perusahaan


(21)

dalam kategori makanan dan minuman, yang diakibatkan meningkatnya kegiatan penawaran dan permintaan saham kategori tersebut di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan ketertarikan investor terhadap saham perusahaan tersebut yang tercermin pula melalui fluktuasi harga sahamnya, dan penulis menuangkan penelitian ini dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Pengaruh Manajemen Laba, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: “apakah manajemen laba, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesia baik secara parsial maupun simultan?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh manajemen laba, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap kinerja keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesia baik secara parsial maupun simultan.


(22)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini:

1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti sehubungan dengan pengaruh independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi investor, memberikan masukan untuk mengambil keputusan investasi.

3. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Manajemen Laba

a. Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Principle (GAAP).

Menurut Sugiri (1998:1-18) membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu :

1) Definisi Sempit.

Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba.

2) Definisi Luas.

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

Pengertian manajemen laba oleh Merchan (1989) dalam Merchan dan Rockness (1994) dalam Ma’ruf , 2006: 32 didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bias memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan.


(24)

b. Sasaran Manajemen Laba

Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :

1) Kebijakan Akuntansi.

Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.

2) Pendapatan.

Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan. 3) Biaya.

Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment).

c. Alasan Dilakukan Manajemen Laba Alasan dilakukan manajemen laba karena :

1) Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer.

2) Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinyadengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan


(25)

memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan. 3) Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya.

d. Terjadinya Manajemen Laba

Menurut Ayres (1994:27-29) manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer.

2) Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan. Yaitu antara menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.

3) Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu dari sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (GAAP).

e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Watts dan Zimmerman 1986) secara empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan agent sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah manajemen laba.


(26)

Faktor-faktor yang diajukan oleh Watt dan Zimmerman sebagaimana dikutip oleh Sugiri (1998:1-18):

1) Hipotesis Bonus Plan.

Bahwa pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. 2) Debt To Equity Hypothesis.

Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatakan pendapatan atau laba.

3) Political Cost Hypothesis

bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan.

2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Ujiyantho, 2007: 5 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002 dalam Ujiyantho, 2007: 5).


(27)

Eisenhardt (1989) dalam Ujiyantho, 2007: 5 menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004 dalam Ujiyantho, 2007: 5).

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002 dalam Ujiyantho, 2007: 6 ). Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry).

Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Penelitian Richardson (1998)


(28)

dalam Ujiyantho, 2007: 6 menunjukkan adanya hubungan positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba.

3. Corporate Governance

Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance (I Nyoman Tjager dalam Deny,2005) sebagai:

Corporate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.

Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan yang baik (good corporate governance) perusahaan wajib memiliki:

1. Komisaris independen yang yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh komisaris.

2. Komite Audit

Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk mengaudit operasi dan keadaan. Badan ini bertugas memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor akuntan publik. (Siegel, 1996 dalam Susiana,2007: 8)


(29)

Komite audit adalah suatu badan yang dibentuk didalam perusahaan klien yang bertugas untuk memelihara independensi akuntan pemeriksa terhadap manajemen. (Supriyono, 1998 dalam Susiana,2007: 8)

3. Sekretaris perusahaan.

Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran mekanisme corporate governance adalah:

a. Persentase saham yang dimiliki oleh institusi

Persentase saham institusi ini diperoleh dari penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun di luar negeri serta saham pemerintah dalam maupun luar negeri.

b. Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen

Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya.

c. Keberadaan komite audit dalam perusahaan

Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern.


(30)

1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum.

2. Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai.

3. Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang meterial di bidang keuangan dan implikasi hukumnya.

4. Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.

d. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan

Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait.

4. Kualitas Audit

Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi. (Li Dang et al, 2004) O’Keefe (1994) berpendapat bahwa auditor industry specialization berhubungan


(31)

positif dengan kualitas audit diukur dengan penilaian kepatuhan auditor terhadap GAAS. Auditor yang memiliki banyak klien dalam industri yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang risiko audit khusus yang mewakili industri tersebut, tetapi akan membutuhkan pengembangan keahlian lebih daripada auditor pada umumnya. Tambahan keahlian ini akan menghasilkan return positif dalam fee audit. Sehingga, para peneliti memiliki hipotesis bahwa auditor dengan konsentrasi tinggi dalam industri tertentu akan memberikan kualitas yang lebih tinggi (Deis and Giroux, 1992 dalam Wooten 2003).

Teoh (1993) dalam Susiana,2007: 10 berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings, yang diukur dengan Earnings Response Coefficient (ERC). Penelitian kali ini menilai kualitas auditor berdasarkan pengelompokkan auditor big four dengan non big four, dikarenakan salah satu KAP big five yaitu Arthur Andersen telah dinyatakan collapsed.

Teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dengan kualitas audit (Lennox, 2000 dalam Susiana,2007: 10). Penelitian DeAngelo (1981) yang dikutip dari penelitian Lennox (2000) dalam Susiana,2007: 10 mengemukakan bahwa KAP yang besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak reputasinya dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil.


(32)

5. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan.

Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, 503) adalah merupakan kata banda yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja, sedangkan penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997, 419) adalah penentuan secara periodic efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.

Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan Laba (Sucipto, 2003 : 2).

Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur.


(33)

Sedangkan tujuan penilaian kinerja (Mulyadi, 1997 dalam Sucipto, 2003:2) adalah:

" Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran."

Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan prilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan prilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat instrinsik maupun ekstrinsik.

Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan (Kieso dan Weygandt, 1995 dalam Ujiyantho, 2007: 3), sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono,


(34)

Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham (Cornett et al., 2006 dalam Ujiyantho, 2007 : 3 ).

Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Menurut Theresia (2005) dalam Ujiyantho, 2007 : 3 manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas kinerja yang dilaporkan oleh manajemen (Gideon, 2005 dalam Ujiyantho, 2007 : 4).

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh manajemen laba, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap kinerja keuangan antara lain:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti dan

Tahun Penelitian

Judul Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

Sari (2004)

Hubungan

Komite Audit Terhadap Kinerja

Variabel

Independen : Komite Audit

1. Tidak terdapat pengaruh secara signifikan komite audit


(35)

Keuangan

Melalui Good Corporate Governance Sebagai Variabel Intervening Variabel Dependen: Kinerja Keuangan Variabel

Intervening : Good Corporate

Governance

terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

2. Tidak terdapat pengaruh secara signifikan komite audit

terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. 3. Terdapat pengaruh secara signifikan positif

manajemen laba sebagai pengukur Good

Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Dengan koefisien jalur yang positif menunjukkan bahwa semakin baik penerapan good corporate governace maka semakin tinggi kinerja perusahaan. 4. GCG yang diwakili oleh manajemen laba bukan merupakan variabel intervening hubungan komite audit

terhadap kinerja keuangan. Halim (2005) Pengaruh Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Termasuk Dalam Indeks LQ-45 Variabel Independen: Manajemen Laba Variabel Dependen: Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

Penelitian yang dilakukan pada 34 perusahaan manufaktur yang termasuk Indeks

LQ-45 terlihat melakukan tindakan manajemen laba. Dalam melihat hubungan

manajemen laba dengan indeks pengungkapan ternyata manajemen laba

berpengaruh signifikan positif pada tingkat pengungkapan laporan keuangan


(36)

Management. Namun sebaliknya,

tingkat pengungkapan berpengaruh signifikan negatif pada manajemen laba sejalan

dengan perspektif Opportunistic Earnings Management. Asimetri informasi,

kinerja masa kini dan masa depan, faktor leverage, ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan pada manajemen laba. Ukuran perusahaan dan return kumulatif

berpengaruh signifikan pada tingkat pengungkapan namun belum cukup bukti

untuk menyatakan faktor current ratio berpengaruh signifikan pada tingkat

pengungkapan. Utami (2005) Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur) Variabel Independen: Manajemen Laba Variabel Dependen: Biaya Modal Ekuitas

1. Hasil penelitian

memberikan bukti empirik bahwa manajemen laba berpengaruh

positip dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Artinya bahwa semakin

tinggi tingkat akrual, maka semakin tinggi biaya modal ekuitas. Hal ini

menunjukan bahwa tingkat manajemen laba di Indonesia yang relatif tinggi

seperti yang diungkap Leuz et al. (2003) telah diantisipasi dengan cermat oleh

investor di Bursa Efek Jakarta.

2. Manajemen laba yang

diproksi dengan rasio akrual modal kerja dengan

penjualan (model Utami) terbukti memberikan kontribusi yang paling besar

dalam menjelaskan variasi biaya modal ekuitas. Temuan


(37)

ini sejalan dengan

pendapat McNichols (2000) serta Dechow dan Skinner (2000) yang menyatakan

bahwa manajemen laba lebih baik diproksi dengan spesifik akrual dan

menggunakan model yang sederhana (tidak rumit).

Ma’ruf (2006)

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen

Laba Pada Perusahan Go Publik

di Bursa Efek Jakarta Variabel Independen: Jumlah Dewan Direksi, Reputasi Auditor, Leverage, Persentase Saham yang Ditawarkan Kepada Publik saat IPO,

Variabel Dependen: Manajemen Laba

Dari hasil analisis data yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan

Bahwa pada tahun penelitian tidak terjadi manajemen laba yang disebabkan

antara lain:

1. Tidak sesuai dengan hipotesis, bahwa jumlah dewan direksi tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba, Jadi manajemen laba terjadi tidak dipengaruhi oleh

jumlah dewan direksi tetapi karena perbedaan informasi tentang informasi

perusahaan antara dewan direksi dengan manajer perusahaan.

2. Sesuai dengan hipotesis, bahwa reputasi auditor berpengaruh terhadap

manajemen laba. Jadi auditor independen yang kompeten (mempunyai reputasi

baik) dapat mengidentifikasi terjadinya manajemen laba 3. Tidak sesuai dengan hipotesis, Leverage tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba. Jadi leverage tidak mempengaruhi manajemen laba karena

perbedaan tahun yang digunakan pada penelitian


(38)

Widyaningdya (2001) dan juga perbedaan metode untuk mencari discretionary accruals.

4. Tidak sesuai dengan hipotesis, bahwa persentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini

terjadi karena manajemen laba dilakukan atas laporan keuangan (dua tahun)

sebelum melakukan penawaran saham perdana

untuk menarik investor menanamkan investasinya Pranata (2007) Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Variabel Independen: Penerapan Corporate Governance Variabel Dependen: Kinerja Keuangan Perusahaan

1. Penerapan GCG oleh perusahaan sampel berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE (b

1=1.486, t=5.853, p=0.000). Koefisien regresi tersebut menunjukkan jika skor

penerapan GCG meningkat 1 maka ROE

perusahaan sampel akan meningkat sebesar 1.486%. Nilai R²adjusted= 49.4% hal ini

menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada ROE perusahaan

sampel, 49.4% penyebabnya adalah perubahan yang terjadi pada skor penerapan GCG sedangkan 50.6% sisanya disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak tercakup dalam model regresi.

2. Penerapan GCG oleh perusahaan sampel


(39)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPM (b

1=1.251, t=5.132, p=0.000). Koefisien regresi tersebut menunjukkan jika skor

penerapan GCG meningkat 1 maka NPM

perusahaan sampel akan meningkat sebesar 1.251%. Nilai R²adjusted=0.427 atau

42.7%: hal ini

menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada NPM perusahaan

sampel, 42.7% penyebabnya adalah perubahan yang terjadi pada skor penerapan GCG sedangkan 57.3% sisanya disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak tercakup dalam model regresi.

3. Penerapan GCG oleh perusahaan sampel berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tobins Q (b

1=99,057.661,

t=5.706, p=0.000). Koefisien regresi tersebut

menunjukkan jika skor

penerapan GCG meningkat 1 maka Tobins

Q perusahaan sampel akan meningkat sebesar 99,057.661%. Nilai R²adjusted=0.481 atau 48.1%: hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada Tobins Q perusahaan sampel,


(40)

adalah perubahan yang terjadi pada skor penerapan GCG sedangkan 51.7% sisanya

disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak tercakup dalam model regresi Susiana (2007) Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate

Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan Variabel Independen: Independensi, Mekanisme Corporate

Governance, dan Kualitas Audit Variabel Dependen: Integritas

LaporanKeuangan

1. Penelitian tahun 2000, 2001, 2002 untuk pengujian

hipotesis pertama menunjukkan bahwa independensi yang diukur dengan fee audit tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

2. Penelitian tahun 2003 untuk pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa independensi yang diukur dengan fee audit memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

3. Penelitian tahun 2000 dan 2001 untuk pengujian hipotesis kedua menunjukkan mekanisme corporate governance yang diukur dengan keberadaan komite audit dalam perusahaan, keberadaan komisaris independen dalam perusahaan, persentase saham yang dimiliki oleh institusi, serta persentase saham yang dimiliki oleh manajemen memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap integritas laporan


(41)

keuangan.

4. Penelitian tahun 2002 dan 2003 untuk pengujian

hipotesis kedua menunjukkan mekanisme

corporate governance yang diukur dengan keberadaan komite audit dalam perusahaan, keberadaan komisaris independen dalam perusahaan, persentase saham yang dimiliki oleh institusi, serta persentase saham yang dimiliki oleh manajemen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

5. Penelitian tahun 2000 sampai 2003 untuk pengujian hipotesis ketiga menunjukkan kualitas audit yang diukur dengan ukuran KAP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Ujiyantho (2007)

Mekanisme Corporate

Governance , Manajemen Laba

Dan Kinerja Keuangan

( Studi Pada Perusahaan go publik Sektor Manufaktur ) Variabel Independen: Mekanisme Corporate Governance , Kinerja Keuangan Variabel Dependen:

Manajemen Laba

1) Kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba

2) Kepemilikan manajerial

berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba

3) Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba

4) Jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh secara


(42)

institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama teruji dengan tingkat pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba

6) Manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (cash flow return on assets).

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi karena hasil penelitian yang diperoleh masih saja berbeda-beda dan tidak konsisten satu sama lain. Penelitian ini menggunakan indikator penilaian yang berbeda dalam pengukuran variabel yang akan diteliti.

Beda penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian Ujiyantho (2007) yaitu dalam hal pengukuran manajemen laba dimana peneliti terdahulu menggunakan Model Modified Jones (Ujiyantho,2007:11). Sementara penulis menggunakan model akrual modal kerja. Alasan penulis tidak menggunakan Model Modified Jones karena model ini rumit dan tidak dapat dipahami oleh praktisi. Demikian juga dalam hal mengukur mekanicme corporate governance, penulis mengukur dengan persentase kepemilikan saham institusional, persentase kepemilikan saham manajemen, komisaris independen dan komite audit sedangkan peneliti terdahulu mengukur mekanisme corporate governance hanya dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan proporsi dewan


(43)

komisaris independen (Ujiyantho,2007:10). Selain itu penulis juga menambahkan satu variabel independen dalam penelitian ini yaitu variabel kualitas audit.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual

Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham (Haris, 2004 dalam Ujiyantho, 2007 : 6).

Bryshaw dan Eldin (1989) dalam Ujiyantho, 2007 : 6 menemukan bukti bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah: (1) skema kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan: serta (2) fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan pengambilalihan secara langsung.

Cornett et al., (2006) dalam Ujiyantho, 2007 : 6 menemukan adanya pengaruh mekanisme corporate governance terhadap penurunan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan


(44)

Manajemen Laba (X1)

CFROA merupakan fungsi positif dari indikator mekanisme corporate governance. Mekanisme corporate governance dapat mengurangi dorongan manajer melakukan earnings management, sehingga CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya.

Dengan demikian, kerangka konseptual penelitian ini, yaitu pengaruh manajemen laba, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat digambarkan sebagai beriku:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Persentase Saham

Institusi (X2)

Kualitas Audit (X6)

Kinerja Keuangan (Y)

Persentase Saham Manajemen (X3) Komite Audit (X4)

Komisaris Independen (X5)

Manajemen Laba (X1)


(45)

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermuda dalam menganalisisnya. Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: “manajemen laba, mekanisme corporate governance, kualitas audit secara bersama-sama berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap kinerja keuangan.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal. Desain ini berguna untuk menganalisa hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan sebagai variabel independen, serta harga saham sebagai variabel dependen.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2004:13), dan data tersebut juga merupakan data sekunder yaitu data/informasi yang telah diolah dan diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2005-2007, melalui situs perusahaan yang diperoleh melalui ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mendokumentasi data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan keuangan dan ringkasan kinerja yang dipublikasikan oleh BEI.


(47)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan makanan dan minuman kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007 dengan interval 1 tahun. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah tertentu sebagai sampel. Dimana sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004:73).

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004:78). Pertimbangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian yaitu dari tahun 2004-2007

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian yaitu dari tahun 2004-2007

3. Perusahaan tidak mengalami delisting selama periode penelitian dimana perusahaan yang disebut delisting tersebut memiliki kriteria sebagai berikut (Muliaman D. Haddad dkk, 2003 : 11-12 dalam Peraturan Pencatatan Bursa Efek Jakarta No.1B tahun 2000 dan 2001): a. Selama 3 tahun berturut-turut menderita rugi, atau terdapat saldo

rugi sebesar 50% atau lebih dari modal disetor dalam neraca perusahaan pada tahun terakhir.

b. Selama 3 tahun berturut-turut tidak membayar deviden tunai (untuk saham). Melakukan tiga kali cedera janji (untuk obligasi). c. Jumlah modal sendiri kurang dari Rp3.000.000.000,- (tiga miliar


(48)

d. Jumlah pemegang saham kurang dari 100 pemodal (orang/badan) selama 3 (tiga) bulan berturut-turut berdasarkan laporan bulanan emiten/Biro Administrasi Efek.

e. Selama 6 bulan berturut-turut tidak terjadi transaksi.

f. Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM.

g. Melanggar ketentuan bursa pada khususnya dan ketentuan pasar modal pada umumnya.

h. Melakukan tindakan-tindakan yang melanggar kepentingan umum berdasarkan keputusan instansi yang berwenang.

i. Emiten dilikuidasi baik karena merger, penggabungan, bangkrut, dibubarkan (reksadana) atau alasan lainnya.

j. Emiten dinyatakan pailit oleh pengadilan.

k. Emiten menghadapi gugatan/perkara/peristiwa yang secara material mempengaruhi kondisi dan kelangsungan hidup perusahaan

4. Perusahaan yang digunakan hanya perusahaan yang tergolong kategori tidak teregulasi.

5. Perusahaan telah membentuk komite audit atau komisaris independen sesuai dengan peraturan yang berlaku,

6. Perusahaan yang data harga saham dari IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) tersedia selama periode estimasi dan pengamatan.

Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan di atas didapatlah 14 perusahaan sebagai sampel. Daftar perusahaan yang menjadi sampel adalah sebagai berikut:


(49)

Tabel 3.1

Populasi ,Kriteria dan Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

NO NAMA PERUSA HAAN POPULA SI KODE EMITE N KRITERIA Sampe l Terda ftar di BEI dari tahun 2004-2007 Menerbit kan Laporan Keuanga n dari tahun 2004-2007 Tidak Mengal ami Delistin g Tidak Terugul asi Memili ki Komite Audit atau Komisa ris Indepen den Data Harga Saha m Terse dia

1. PT. Ades Waters Indonesia

Tbk

ADES √ √ X √ √ √ -

2. PT. Aqua Golden Mississip pi Tbk

AQUA √ √ √ √ √ √ 1

3. PT

Cahaya Kalbar

Tbk

CEKA √ √ √ √ √ √ 2

4. PT

Davomas Abadi

Tbk

DAVO √ √ √ √ √ √ 3

5. PT Delta Djakarta

Tbk

DLTA √ √ √ √ √ √ 4

6. PT Fast Food Indonesia

Tbk

FAST √ √ √ √ √ √ 5

7. PT

Indofood Sukses Makmur

Tbk

INDF √ √ √ √ √ √ 6


(50)

Tbk

9. PT

Mayora Indah

Tbk

MYOR √ √ √ √ √ √

8

10. PT Prashida

Aneka Niaga Tbk

PSDN √ √ √ √ √ √

9

11. PT Pioneerin do Gourmet Internatio nal Tbk.(For merly PT Putra Sejahtera Pioneerin do Tbk)

PTSP √ √ √ √ √ √

10

12. PT. Sierad Produce

Tbk

SIPD √ X √ √ √ √

-

13. PT Sekar Bumi

Tbk

SKBM √ X X √ √ √

- 14.

PT Sekar Laut Tbk

SKLT √ √ √ √ √ √

11

15. PT. SMART

Tbk

SMAR √ X √ √ √ √

-

16 PT

Siantar TOP Tbk

STTP √ √ √ √ √ √

12 17. PT. Tiga

Pilar Sejahtera Food Tbk

AISA √ √ X √ √ √

-

18. PT Tunas Baru Lampung

TBLA √ √ √ √ √ √


(51)

Tbk 19. PT Ultra

Jaya Milk Tbk

ULTJ √ √ √ √ √ √


(52)

F. Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.2

Definisi Operasional Nama

Variabel Definisi Operasional Variabel

Terikat (Dependen)

Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan

Variabel Bebas

(Independen)

Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989)

Mekanisme Corporate Governamce

Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance (I Nyoman Tjager dalam Deny,2005) sebagai:

Corporate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.

Kualitas Audit

Teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dengan kualitas audit (Lennox, 2000). Penelitian DeAngelo (1981) yang dikutip dari penelitian Lennox (2000) mengemukakan bahwa KAP yang besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak reputasinya dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil.


(53)

G. Pengukuran Variabel

1. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan cash flow return on asset (CFROA). CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva (Ujiyantho, 2007:12).

CFROA = EBIT + Dep Assets Keterangan:

CFROA = Cash flow return on assets EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak Dep = Depresiasi

Assets = Total aktiva

2. Manajemen Laba

Manajemen laba diproksi berdasarkan rasio akrual modal kerja dengan penjualan (Utami, 2005:6).

Manajemen laba (ML) = Akrual Modal kerja (t) / Penjualan periode (t) Akrual modal kerja = AL - D HL - D Kas


(54)

D AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t D HL = Perubahan hutang lancar pada periode t

D Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t

Data akrual modal kerja dapat diperoleh langsung dari laporan arus kas aktivitas operasi, sehingga investor dapat langsung memperoleh data tersebut tanpa melakukan perhitungan yang rumit.

3. Mekanisme Corporate Governance Hal ini diukur dengan (Susiana,2007:11) : 1. Persentase saham yang dimiliki oleh institusi. 2. Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen.

3. Keberadaan komite audit, diukur dengan variabel dummy yang diberi nilai 1 jika perusahaan memiliki komite audit, dan nilai 0 jika perusahaan tidak memiliki komite audit.

4. Keberadaan komisaris independen, yang juga diukur dengan menggunakan variabel dummy dan diberi nilai 1 jika ternyata perusahaan memiliki komisaris independen dan nilai 0 jika perusahaan tidak memiliki komisaris independen

4. Kualitas Audit

Ukuran KAP ini digunakan untuk mengukur proksi kualitas audit (Susiana,2007:11). Ukuran KAP ini dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP big-four dan KAP non big-four. Variabel ini diukur dengan menggunakan


(55)

variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit perusahaan merupakan auditor dari KAP big four dan 0 jika ternyata perusahaan diaudit oleh KAP non big four.

Adapun KAP big-four per 01 Agustus 2001 yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Drs. Hadi Sutanto dan Rekan.

2. Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Hans, Tuanakotta dan Mustofa.

3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta, Siddharta, dan Harsono.

4. Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Hanadi, Sarwoko, dan Sandjaja.

H. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis statistik, namun terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.

1. Uji Asumsi klasik

Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik seperti normalitas data, autokorelasi, heteroskedastisistas dan asumsi


(56)

klasik lainnya. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110). Menurut Ghozali (2005:110), ”cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:


(57)

H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Bila signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan H0 diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima. Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto (2004:172), yaitu:

1) dengan melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu: Logaritma Natural, akar kuadrat, Logaritma 10,

2) lakukan trimming, yaitu memangkas observasi yang bersifat outlier,

3) lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai-nilai data outliers menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusinya menjadi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya menunjukkan tidak terjadinya korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen santara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas tidak ortogonal.


(58)

Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.

Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel independen. Ada tidaknya multikolonieritas dapat dideteksi dengan melihat:

1) melihat nilai tolerance,

nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance > 0,10,

2) melihat nilai variance inflation factor (VIF),

nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai VIF < 10,

3) menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen,

menurut Ghozali (2005:93) untuk matrik korelasi adanya indikasi multikolonieritas dapat dilihat jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,95,

4) membandingkan nilai R2 model utama (awal) terhadap nilai R2 dari masing-masing auxilary regression antar variabel independen,

dengan ketentuan Nilai R2 model utama > R2 masing-masing auxilary regression antar variabel independen,


(59)

jika nilai CI antara 10 dan 30 terdapat multikolinearitas moderat ke kuat, sedangkan jika nilai CI > 30 artinya terdapat multikolinearitas sangat kuat.

Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah: (a)koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, (b)nilai standar error setiap regresi menjadi tak terhingga. Apabila terjadi korelasi antara variabel independen, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan situasi dimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Erlina (2007:108) menyatakan “jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda, maka disebut heterokedasitas”. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain:

1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,


(60)

2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

Menurut Ghozali (2005:107) ”analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil”.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini paling sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.

Untuk mengetahui adanya autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan Durbin Watson statistik. Menurut Ghozali (2002: 96) cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah


(61)

dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut:

1) tidak ada autokorelasi positif, jika 0 < d < dl, 2) tidak ada autokorelasi positif, jika dl ≤ d ≤ du, 3) tidak ada korelasi negatif, jika 4 - dl < d < 4, 4) tidak ada korelasi negatif, jika 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl,

5) tidak ada autokorelasi, positif atau negatif, jika du < d < 4 – du.

Run test sebagai bagian dari statistik non parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random yaitu dengan melihat nilai probabilitasnya. Menurut Ghozali (2005: 103) bila signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti residual random dan H0 diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti residual tidak random dan H0 ditolak.

2. Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksi melalui variabel independen secara individual. Analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independen.


(62)

variabel dependen, yaitu kinerja keuangan yang diduga mempunyai hubungan interaktif (saling mempengaruhi) antara variabel-variabel tersebut, sehingga penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression).

Persamaan atau model ekonometriknya adalah sebagai berikut :

Y

= β

0

+ β

1

X1

+ β

2

X2

+ β

3

X3

+ β

4

X4

+ β

5

X5

+ β

6

X6

+ є

Keterangan :

Y = Kinerja Keuangan.

β0 = Konstanta.

β1,β2,β3,β4,β5,β6 = Koefisien regresi X1, X2, X3, X4, X5, X6 X1 = Manajemen Laba

X2 = persentase kepemilikan saham oleh institusi X3 = persentase kepemilikan saham oleh manajemen X4 = komite audit, yang diukur dengan menggunakan

variabel dummy dan diberi nilai 1 jika perusahaan memiliki komite audit dan nilai 0 jika tidak.

X5 = komisaris independen, yang juga diukur dengan menggunakan variable dummy dan diberi nilai 1 jika perusahaan mempunyai komisaris independen dan 0 jika perusahaan tidak memiliki komisaris independen

X6 = kualitas audit, variabel ini menggunakan ukuran KAP yang diukur dengan menggunakan variabel


(63)

dummy dan diberi nilai 1 jika KAP merupakan KAP big four dan nilai 0 jika sebaliknya.

ε = Tingkat kesalahan pengganggu

3. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji signifikansi simultan (F test) dan uji parsial (t test).

a. Uji Parsial (t-Test)

Uji secara parsial untuk menguji setiap variabel bebas atau independent variable (Xi) apakah mempunyai pengaruh atau tidak, terhadap variabel tidak bebas atau dependent variable (Yi). Bentuk pengujiannya adalah:

H0 : bi = 0, artinya manajemen laba, persentase kepemilikan saham oleh institusi, persentase kepemilikan saham oleh manajemen, komite audit, komisaris independen, dan kualitas audit secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

Ha : bi ≠ 0, artinya manajemen laba, persentase kepemilikan saham oleh institusi, persentase kepemilikan saham oleh manajemen, komite


(64)

pengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (alpha) 5% dan derajat kebebasan (df) ≥ 20, kemudian dibandingkan t tabel dengan thitung untuk menguji signifikansi pengaruh. Apabila nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak.

b. Uji Signifikansi Simultan (F- test)

Uji F dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0 artinya manajemen laba, persentase kepemilikan saham oleh institusi, persentase kepemilikan saham oleh manajemen, komite audit, komisaris independen, dan kualitas audit secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

Ha : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ b5≠ b6≠ 0 artinya manjemen laba, persentase kepemilikan saham oleh institusi, persentase kepemilikan saham oleh manajemen, komite audit, komisaris independen, dan kualitas audit secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.


(65)

Pengujian signifikansi dilakukan dengan mengamati Fhitung pada nilai signifikan (alpha) 5%. Apabila nilai Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak.

I. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian yang direncanakan sebagai berikut: Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian Agt Sept Okt Nov Des

Pengajuan Proposal Skripsi Bimbingan Proposal Skripsi Seminar Proposal

Bimbingan dan Penulisan Skripsi Penyelesaian Skirpsi


(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analsisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 15. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapat 14 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2004-2007 dimana hal ini dapat dilihat pada lampiran i.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari berupa data keuangan sampel perusahaan manufaktur kategori barang konsumsi subbagian makanan dan minuman dari tahun 2004 sampai tahun 2007 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.


(67)

Variabel dari penelitian ini terdiri dari manajemen laba, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit sebagai variabel bebas (independent variable) dan kinerja keuangan sebagai variabel terikat (dependent variable). Statistik deskriptif dari variabel tersebut dari sampel perusahaan makanan dan minuman selama periode 2004 sampai dengan tahun 2007 disajikan dalam tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2004 sampai Tahun 2007

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KINERJA KEUANGAN 56 .01 .98 .1684 .19089

MANAJEMEN LABA 56 .01 .99 .1366 .18905

% SAHAM INSTITUSI 56 .12 .62 .3564 .13413

% SAHAM MANAJEMEN 56 .38 .98 .7405 .18048

KOMITE AUDIT 56 .00 1.00 .9821 .13363

KOMISARIS INDEPENDEN

56 .00 1.00 .9286 .25987

KUALITAS AUDIT 56 .00 1.00 .5714 .49935

Valid N (listwise) 56

Sumber: Data yang diolah penulis, 2010.

Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel kinerja keuangan, manajemen laba, persantase saham institusi, persentase saham manajemen, komite audit, komisaris independen, dan kualitas audit memiliki nilai minimum dan maksimum positif hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal.


(1)

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

a Predictors: (Constant), KUALITAS AUDIT, % SAHAM MANAJEMEN, MANAJEMEN LABA, KOMITE AUDIT, KOMISARIS INDEPENDEN, % SAHAM INSTITUSI

b Dependent Variable: KINERJA KEUANGAN Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson 1 .612(a) .375 .299 .15988 1.989


(2)

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Grafik Plot

Regression Standardized Predicted Value

3 2

1 0

-1 -2

R

e

g

re

s

s

io

n

S

tu

d

e

n

ti

ze

d

R

e

s

id

u

a

l

4

2

0

-2

Scatterplot


(3)

Variable Entered/ Removed dan adjusted R2

Model Summary(b)

a Predictors: (Constant), KUALITAS AUDIT, % SAHAM MANAJEMEN, MANAJEMEN LABA, KOMITE AUDIT, KOMISARIS INDEPENDEN, % SAHAM INSTITUSI

b Dependent Variable: KINERJA KEUANGAN Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .612(a) .375 .299 .15988


(4)

Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji t

Hasil Uji F

Coefficientsa

.432 .264 1.638 .108

.329 .117 .326 2.820 .007 .956 1.046 .180 .216 .126 .831 .410 .552 1.811 -.070 .165 -.066 -.423 .674 .525 1.906 .010 .164 .007 .059 .954 .970 1.031 -.420 .093 -.572 -4.501 .000 .791 1.265 .104 .046 .272 2.240 .030 .867 1.154 (Constant)

MANAJEMEN LABA % SAHAM INSTITUSI % SAHAM MANAJEMEN KOMITE AUDIT KOMISARIS INDEPENDEN KUALITAS AUDIT Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: KINERJA KEUANGAN a.

ANOVAb

.752 6 .125 4.902 .001a

1.252 49 .026

2.004 55 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KUALITAS AUDIT, % SAHAM MANAJEMEN, MANAJEMEN LABA, KOMITE AUDIT, KOMISARIS INDEPENDEN, % SAHAM INSTITUSI a.

Dependent Variable: KINERJA KEUANGAN b.


(5)

TABEL t dengan signifikansi 5%

Df Tabel t one tail Tabel t two tail

1 6.3138 12.7062

2 2.9200 4.3027

3 2.3534 3.1824

4 2.1318 2.7764

5 2.0150 2.5706

6 1.9432 2.4469

7 1.8946 2.3646

8 1.8595 2.3060

9 1.8331 2.2622

10 1.8125 2.2281

11 1.7959 2.2010

12 1.7823 2.1788

13 1.7709 2.1604s

14 1.7613 2.1448

15 1.7531 2.1314

16 1.7459 2.1199

17 1.7396 2.1098

18 1.7341 2.1009

19 1.7291 2.0930

20 1.7247 2.0860

30 1.6973 2.0423

40 1.6839 2.0211

50 1.6759 2.0086

77 1.6649 1.9913

78 1.6646 1.9908

79 1.6644 1.9905

80 1.6641 1.9901

81 1.6639 1.9897

82 1.6636 1.9893


(6)

Tabel F dengan signifikansi 5 %

n = 1 2 3

df = 1 161.4476387 199.5 215.7073453

2 18.51282051 19 19.16429213

3 10.12796448 9.552094496 9.276628154

4 7.708647421 6.94427191 6.591382117

5 6.607890969 5.786135043 5.409451318

6 5.987377584 5.14325285 4.757062664

7 5.591447848 4.737414128 4.346831402 8 5.317655063 4.458970108 4.066180557 9 5.117355008 4.256494729 3.862548358 10 4.964602701 4.102821015 3.708264819 11 4.844335669 3.982297957 3.587433703 12 4.747225336 3.885293835 3.490294821 13 4.667192714 3.805565253 3.410533646 14 4.600109908 3.738891832 3.343888681 15 4.543077123 3.682320344 3.287382108 20 4.351243478 3.492828477 3.098391224

25 4.24169898 3.385189962 2.991240911

30 4.170876757 3.315829501 2.922277194 35 4.121338148 3.267423525 2.874187489 40 4.084745651 3.231726993 2.838745406 45 4.056612342 3.204317292 2.811543517

50 4.034309546 3.182609852 2.79000842

51 4.030392426 3.178799292 2.786228828 52 4.026631222 3.175140971 2.782600438 53 4.023016811 3.171625948 2.779114361 54 4.019540907 3.168245967 2.775762386 55 4.016195438 3.164993396 2.772536925 60 4.001191306 3.150411311 2.758078316 65 3.988559738 3.138141935 2.745915295 70 3.977779289 3.127675601 2.735541477 75 3.968470872 3.118642128 2.726589185 80 3.960352283 3.110766166 2.718785013 85 3.953209117 3.103838661 2.711921434 90 3.946875558 3.097698035 2.705838087 95 3.941221357 3.092217439 2.700409069 100 3.936142779 3.087295893 2.695534261


Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Governance dan Leverage Ratio terhadap manajemen laba pada perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 35 108

Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

2 41 133

ANALISIS MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN GO PUBLIK TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA Analisis Mekanisme Corporate Governance Dan Manajemen Laba Perusahaan Go Publik Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.

0 2 12

ANALISIS MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN GO PUBLIK TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA Analisis Mekanisme Corporate Governance Dan Manajemen Laba Perusahaan Go Publik Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.

0 3 25

MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 11

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

0 1 15

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 7

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 14

PENDAHULUAN PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan go public Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010).

0 1 15