investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai.
Dan pada dasarnya tujuan investasi dalam saham adalah untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang berupa dividen dan
capital gain. Dividen adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam suatu periode tertentu.
Sedangkan Capital gain adalah selisih antara harga saham awal periode dengan harga akhir periode. Bila harga saham pada akhir
periode lebih tinggi maka dikatakan investor memperoleh capital gain, namun apabila terjdi sebaliknya maka investor dikatakan menderita
capital loss. Dengan demikian tingkat keuntungan suatu saham dapat di
hitung dengan rumus sebagai berikut Sabar Warsini :2009;79
Dimana :
Rit : return saham I periode ke-t Pt : Harga saham pada periode t
Pt-1: Harga saham pada periode t-1
1 1
− −
− =
t t
P P
Pt Rt
Komponen return meliputi: 1.
Capital Gain loss merupakan keuntungan kerugian bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual harga beli diatas
harga beli harga jual yang keduanya terjadi dipasar sekunder. 2.
Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa deviden atau bunga. Yield
dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan.Abdul
Halim,2003
b. Pengertian Risiko
Menurut Ni Putu 2007;303 risiko merupakan penyimpangan tingkat keuntungan yang diperoleh dari nilai yang diharapkan oleh
seorang investor. Sedangkan Risiko menurut Dermawan Syahrial 2008: 69 sering dihubungkan dengan penyimpangan dari hasil yang
diterima dengan yang diharapkan. Pada prinsipnya risiko dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu sebagai berikut: 1.
Risiko tidak sistematik UnsystematicRisk Merupakan risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari
avoidable atau diperkecil melalui diversifikasi diversifiable. 2.
Risiko sistematik Systematic Risk Merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal
yang bersangkutan. Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi sekalipun. Dan menurut Rodoni
Ahmad dan Herni Ali 2010;89 risiko sistemati adalah setiap risiko yang mempengaruhi sebagian besar asset dengan tingkat
risiko yang bermacam-macam. Contoh dari risiko sistematik termsuk ketidakpastian mengenai keadan ekonomi secara umum
seperti GNP, tingkat bunga atau inflasi. Selain dua bagian risiko tersebut, sikap investor terhadap
menghadapi risiko yang muncul dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1. Risk Averse adalah sikap seorang investor yang akan memilih
investasi yang memiliki risiko yang lebih rendah dengan tingkat return yang diharapkan sama besar.
2. Risk Neutral adalah sikap seorang investor yang akan memilih
investasi yang tingkat return-nya sesuai dengan risiko yang dihadapi.
3. Risk Seeker adalah sikap seorang investor yang akan memilih
investasi yang memiliki risiko investasi yang lebih tinggi dengan tingkat return yang diharapkan sama besar.
Adapun rumus penggunaan beta dengan menggunakan teknik regresi menurut jogiyanto dalam jurnal Ni Putu 2007:305 adalah
sebagai berikut:
m im
i
2
σ σ
β
=
Dimana :
βi = Beta saham i σim = Covarian return saham i dan return pasar
2
σ = Varians return pasar Atau dapat diuraikan sebagai berikut:
∑ ∑
= −
− −
− =
n t
mt mt
n t
mt mt
it it
R R
R R
R R
i
1 2
1
β
Untuk menghitung return pasar digunakan rumus sebagai berikut:
1 1
− −
− =
t t
t
Dimana:
Rmt = Return pasar priode ke-t IHSGt = Indeks IHSG periode ke-t
IHSGt-1 = Indeks IHSG periode ke t-1 Return pasar adalah tingkat pengembalian yang diperoleh dari
investasi pada saham yang ada di bursa, yang tercermin dari indeks indeks IHSG untuk periode semesteran yang dukur dengan persentase.
IHSG IHSG
IHSG Rmt
3. Penentuan Portofolio Optimal Dengan Single Indeks Model SIM
Model Indeks Tunggal atau model satu factor Single Indeks Tunggal mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian antara dua efek
atau lebih akan berkorelasi, yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu factor atau indeks tunggal yang dimasukan
dalam model. Factor atau indeks tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan IHSG.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya metode ini mengasumsikan bahwa suatu return sekuritas dipengaruhi oleh satu factor
yaitu indeks pasar. Single Indeks Model dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: Abdul Halim:2005:82.
Dimana:
Ri : Tingkat pengembalian yang diharapkan atas efek i αi : Bagian dari tingkat pengembalian efek I tang tidak terpengaruh
oleh perubahan pasar konstanta βi : Kepekaan tingkat pengembalian efek I terhadap tingkat
pengembalian indeks pasar parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada Ri jika terjadi perubahan pada Rm
Rm : Tingkat penfembalian dari indeks pasar ei : Faktor pengganggu yang tidak dimasukan dalam model
i i
i
e Rm
Ri +
+ =
β α
Rumus diatas merupakan persamaan regresi linier sederhana, dimana Ri : variable dependen,
αi : konstanta, βi : koefisien regresi, Rm : variable independent, dan ei : factor pengganggu yang tidak dimasukan
dalam model. Dalam proses pembentukan portofolio optimal menurut Single
Indeks Model, untuk menentukan saham mana yang termasuk kedalam portofolio optimal, dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.
1 Meghitung Excess Return to Beta Ratio ERB masing-masing saham
dan mengurutkan berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai terkecil. 2
Portofolio yang optimal terdiri dari investasi pada saham yang nilai ERB nya lebih besar dari pada titik pembatas tertentu atau Cut Off
Rate Ci. Adapun formula yang digunakan untung menghitung ERB dan Ci
adalah sebagai berikut Ghazi F.Momani:2008: ¾
Menghitung Excess Return to Beta Ratio ERB. Excess Return to Beta Ratio ERB adalah merupakan
kelebihan pengembalian atas tingkat keuntungan bebas risiko pada asset lain.
Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
ERB =
i Rf
Ri β
−
Dimana:
ERB = Excess return to Beta Ratio
Rf = Risk free
Ri = expected stock return
Βi = stock beta
¾ Menentukan Nilai Titik Pembatas Cut Off Point = Ci
Untuk menentukan batas nilai ERB untuk memilih kandidat pembentuk portofolio diperlukan sebuah titik pembatas Cut Off
Point. Nilai penentu titik pembatas ini diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung:
Dan :
setelah nilai Ai dan Bi diperoleh, titik pembatas Ci dihitung dengan cara sebagai berikut:
Dimana:
Ci
: Cut Off Point per stock meant to examine it quality Ai =
ei
i Rf
Ri
2
]. [
σ β
−
Bi =
ei i
2 2
σ β
Ci =
∑ ∑
= =
+ −
1 1
2 2
2 1
2 2
1
i ei
i m
n i
ei i
f i
m
R R
σ β
σ σ
β σ
m
2
σ : fluctuation of the market index. Ri : stock return
Rf : risk – free return
i
β : sytematic risk per stock
ei 2
σ : unsystematic risk per stock return Dari persamaan ini, dapat ditemukan Cut Off Point per saham,
serta dapat membedakan saham yang optimal dan yang tidak optimal dengan membandingkan Cut Off pint dengan Excess Return to Beta Ratio
ERB. Jika rasio ERB lebih besar tinggi dari Cut Off point ERB Ci, maka saham termasuk portofolio yang optimal. Dan sebaliknya Jika rasio
ERB kurang dari Cut Off point ERB Ci, maka saham tidak termasuk portofolio optimal.
H Penilaian Kinerja Saham
Tujuan penilaian kinerja portofolio menurut Abdul Halim 2005:68 adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah portofolio yang dibentuk
telah dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan investasi sehingga dapat diketahui portofolio mana yang memilki kinerja yang lebih baik jika
ditinjau dari tingkat pengembalian dan risikonya masing-masing. Menurut Tandelilin 2010:489 bahwa dalam mengevaluasi kinerja
suatu portofolio ada beberapa factor yang perlu kita perhatikan, yaitu sebagai berkut:
1. Tingkat Risiko, dalam mengevaluasi kinerja portofolio harus didasarkan
pada ukuran yang bersifat risk-asjusted, artinya bahwa pengukuran kinerja portofolio tidak hanya dilihat dari besarnya return portofolio saja tetapi
juga harus memperhatikan besarnya risiko yang harus ditanggung untuk memperoleh besarnya return tersebut.
2. Periode waktu: Factor waktu perlu diperhatikan karena kan mempengaruhi
return portofolio. 3.
Penggunaan patok duga benchmark yang sesuai: Dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio, diperlukan untuk membandingkan return
portofolio tersebut dengan return yang bisa dihasilkan oleh alternatif portofolio lain yang sebanding.
4. Tujuan Investasi: Evaluasi kinerja suatu portofolio juga perlu
memperhatikan tujuan yang ditetapkan oleh investor atau manajer investasi.Tujuan investasi yang berbeda akan mempengaruhi kinerja
portofolio yang dikelolanya. Seperti telah dijelaskan diatas bawa untuk melihat kinerja portofolio
tidak bisa hanya melihat tingkat return yang dihasilkan portofolio tersebut, tetapi juga harus memperhatikan tingkat risiko portofolio juga.
Beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah memasukan factor risiko adalah Indeks Sharpe, Indeks Treynor dan Indeks Jensen.
1. Indeks Sharpe
Dalam metode ini kinerja portofolio diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko yaitu selisih rata-rata tingkat
pengembalian portofolio dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi total
risiko. Secara matematis indeks sharpe dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan Simbol : Spi
= Indeks Sharpe portofolio i Rpi
= rata-rata tingkat pengembalian portofolio i Rf
= rata-rata batas bunga investasi bebas risiko SDpi
= standar deviasi dari tingkat pengembalian portofolio i Rpi – Rf
= premi risiko portofolio i Dalam teori portofolio, standar deviasi merupakan risiko total yang
merupakan penjumlahan dari risiko pasar systematic risk dengan risiko tidak sistematik unsystematic risk. Dengan memperhitungkan risiko,
makin tinggi nilai pengukuran sharpe, makin baik kinerja portofolio Ni Putu 2007:307.
Spi = Rpi – Rf SDpi
2. Indeks Treynor
Dalam metode ini kinerja portofolio diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko yaitu selisih rata-rata tingkat
pengembalian portofolio dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan beta risiko pasar atau
risiko sistematis. Secara matematis indeks Ttreynor dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan Simbol : Tpi
= Indek Treynor portofolio i Rpi
= rata-rata tingkat pengembalian portofolio i Rf
= rata-rata batas bunga investasi bebas risiko βpi
= beta portofolio risiko pasar atau risiko sistematis Rpi – Rf
= premi risiko portofolio i Dengan mempertimbangkan risiko sistematik, makin tinggi nilai
pengukuran treynor, makin baik kinerja portofolio Ni Putu 2007:307. Tpi = Rpi – Rf
βpi
3. Indeks Jensen
Metode ini didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas security market line – SML yang merupakan garis yang menghubungkan
portofolio pasar dengan kesempatan investasi yang bebas risiko, sehingga secara matematis dirumuskan Rp = Rf + Rm – Rf
βp. Kemiringan SML dinyatakan sebagai Rm – Rf
βp, dan konstantanya adalah Rf. Dalam keadaan ekuilibrium semua portofolio diharapkan berada pada SML. Jika
terjadi penyimpangan, artinya, jika dengan risiko yang sama tingkat pengembalian suatu portofolio berbeda dengan tingkat pengembalian pada
SML, maka perbedaan tersebut disebut dengan Indeks Jensen ; dimana risikonya dinyatakan dalam beta risiko pasar atau risiko sistematis.
Apabila tingkat pengembalian actual dari suatu portofolio lebih besar dari tingkat pengembalian yang sesuai dengan persamaan SML, berarti indeks
Jensen akan bernilai positif. Sebaliknya, apabila tingkat pengembalian aktual dari suatu portofolio lebih kecil dari tingkat pengembalian yang
sesuai dengan persamaan SML, berarti indek Jensen akan bernilai negatif. Berdasarkan uraian diatas, maka indeks Jensen dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan Simbol : Jpi
= Indeks Jensen portofolio i Rp
= rata-r ata tingkat pengembalian portofolio i Rf
= rata-rata bunga investasi bebas risiko Rm
= rata-rata tingkat pengembalian pasar diwakili IHSG βpi
= beta portofolio I risiko pasar atau risiko sistematis Rpi-Rf
= premi risiko portofolio i Rm-Rf
= premi risiko pasar Jpi = Rpi – Rf – Rm – Rf
βpi
I. Penelitian Terdahulu
Pengujian mengenai variable makro ekonomi telah dilakukan oleh
Murti Lestari 2005. Murti Lestari menganalisis tentang pengaruh variable
makro ekonomi terhadap return saham di BEJ, variable makro yang digunakan dalam penelitiannya adalah tingkat suku bunga SBI, inflasi, dan
nilai kurs valuta asing. Sample yang dunakan dalam penelitiannya adalah data return saham perusahaan yang listed di BEJ dari tahun 1998 sampai dengan
2003. Dengan metode yang digunakan adalah dengan tiga model, yaitu meliputi model klasik, model auto regressive dan model kausalitas granger.
Hasil pengujian murti lestari mengenai pengaruh variable makro ekonomi terhadap return saham dengan menggunakan model klasik, model auto
regressive menunjukan bahwa variable makro ekonomi terhadap return saham tidak berpengaruh secara signifikan. Namun dengan menggunakan model
Kausalitas granger hasil penelitiannya menunjukan bahwa variable makro tersebut mempengaruhi return saham.
Robiatul Auliyah dan Ardi Hamzah 2006
telah melakukan penelitian dengan judul Analisis karakteristik perusahaan, industri dan
ekonomi makro terhadap return dan beta saham. Sample yang digunakan dalam penelitiannya adalah saham- saham yang terdaftar di Jakarta Islamic
indeks selama tahun 2001-2005 dengan munggunakan teknik purposive sampling. Variabel-variabel pada karakteristik perusahaan yang dijadikan
dalam penelitian ini adalah earning per share, dividend payout, leverage, current ratio, return on investmen dan cyclicality. Dan Variabel-variabel
industrinya dilihat jenis industri dan ukuran industri. Variabel jenis industri dibedakan antara industri manufaktur dan non manufaktur. Untuk ukuran
industri digunakan nilai 0 untuk industri kecil dan 1 untuk industri besar yang dikelompokkan berdasarkan nilai dari total aset perusahaan. Sedangkan
variabel-variabel ekonomi makro nya dilihat dari kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto PDB. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
secara simultan variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5 terhadap
return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5 terhadap beta saham syariah. Pengujian regresi secara parsial dengan t test
menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variable-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh secara signifikan pada
return saham syariah, sedangkan variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh terhadap beta saham, saham yang
mempunyai pengaruh signifikan pada tingkat 5 adalah cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto PDB.
Penelitian mengenai variable makro ekonomi juga telah dilakukan oleh
Nil Gunsel dan Sadik Cukur 2007 di London Stock Exchange. Mereka
menganalisis mengenai pengaruh variable makro ekonomi terhadap return saham. Sample yang digunakannya adalah perusahaan yang terdaftar di
London stock exchange dari periode Januari 1980 sampai dengan Desember 1993. metode yang digunakannya adalah APT Arbitrage Pricing Theory.
Variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri atas 7 spesifik variable makro ekonomi yaitu: struktur jangka waktu suku bunga,
inflasi tak terduga, perubahan dalam tingkat produksi unanticipated sectoral industrial production, risiko premium, kurs, uang beredar dan Dividen yield
unanticipated dividend yield. Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa
faktor-faktor ekonomi makro berpengaruh signifikan di pasar bursa saham Inggris, namun, setiap faktor dapat mempengaruhi industri yang berbeda
dalam cara yang berbeda. Artinya, faktor makroekonomi satu industri dapat mempengaruhi secara positif, tetapi dapat mempengaruhi industri lainnya
negatif.
Disamping itu juga penelitian mengenai variable makro ekonomi telah
dilakukan oleh Zulfi Skendra. Zulfi Skendra melakukan penelitian dengan
judul Analisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan Bunga Deposito terhadap portofolio optimum saham-saha blue chip di BEI, dengan menggunakan
metode Single indeks model. Penelitian ini dilakukan pada 10 perusahaan yang tergabung dalam saham LQ 45 dengan kategori saham-saham blue chip
saham- saham unggulan pada periode tahun 2002 dan 2004. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis saham yang masuk dalam portofolio optimum
dengan adanya pengaruh inflasi, nilai tukar dan bunga deposito terjadi penambahan. Yang tadinya hanya lima saham yang masuk dalam portofolio
optimum, yaitu: ASII, AALI, ISAT, TLKM, dan SMGR. Dengan adanya pengaruh Inflsi, nilai tukar, dan bunga deposito menjadi enam saham yang
masuk dalam portofolo optimum yaitu: ASII, AALI, ISAT, TLKM, SMGR, dan UNVR.
Penelitian portofolio optimal dengan metode Single Indeks Model juga
telah dilakukan oleh Ghazi F. Momani 2008 di Amman stock market –
Jordan. Ghaji F. Momani meneliti perusahaan perbankan di yordania dari periode 2003-2007. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa hanya terdapat
satu saham yang memilki ERB Ci, yaitu: Bank arab dengan nilai ERB : 3.36923 dan Ci : 3.369116. yang lainnya nilai ERB nilai Ci sehingga tidak
masuk dalam portofolio optimal.
Tidak hanya varibel makro ekonomi yang dapat mempengaruhi return saham namun rasio profitabilitas juga dapat mempengaruhi return saham.
Seperti yang telah dilakukan oleh I G. K. A. ULUPUI 2006 yang telah
meneliti mengenai Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitiannya adalah perusahaan-perusahaan yang masuk dalam industri
konsumsi, khususnya makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ sejak tahun 1999—2005. Salah satu variable Independen yang digunakan dalam
penelitianya adalah rasio Profitabilitas yaitu Return On Asset. Dan hasil penelitiannya menunjukan bahwa baik secara simultan maupun secara parsial,
Variabel return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Rincian penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1 halaman berikutnya.
Tabel 2.1 Rincian Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Tahun Peneliti
an Judul Variabel
Penelitian Metode Analisis
Hasil Penelitian
Murti Lestari
2006 1998
- 2003
Pengaruh variable
Makro terhadap
return saham di BEJ:
pendekatan beberapa
model 1.
Tingkat bunga SBI
jangka pendek
2. Laju inflasi
3. Kurs Valuta
Asing 4.
Return Saham 1.
Model Klasik 2.
Model Autoregresive 3.
maodel Kausalitas Granger
Model Klasik
: semua variabel makro tersebut
tidaka ada yang signifikan dalam mempengaruhi return
saham
Model Autoregresive:
t statistiknya menunjukan bhwa variabel makro tersebut
tidak ada yang signifikan dalam mempengaruhi return
saham.
Model Kausalitas Grenger
- pada lag 1 bulan, variabel makro tersebut
mempengaruhi return saham.
- Pada lag 3 bulan,variabel makro tersebut
mempengaruhi return saham, dan begitu sbaliknya
return saham mempengaruhi variabel
makro.
- dan pada lag 1 tahun, hasilnya sama dengan pada
lag 1 bulan. Robiatul
Auliyah, Ardi
Hamzah, dan
universita s
Trunojoyo 2006
2001 -
2005 Analisa
Karakterstik Perusahaan,
Industri dan Ekonomi
Makro Terhadap
Return Dan Beta Saham
Syariah Di Bursa Efek
Jakarta Karkteristik
Perusahaan: EPS,Dividend
Payout,Lever age,Current
Ratio,ROI,Cy clicality
Variabel industri:
manufaktur, non
manufaktur
Ukuran Industri: nilai
nol untuk industri kecil,
nilai satu untuk industri
besar
Variabel Analisis Regresi
Linier Berganda • Uji F
• Uji t Secara simultan F hitung
maupun secara parsial t hitung menunjukan bahwa variabel -
variabel karakteristik perusahaan, industri dan
ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham syariah. Secara simultan F test
menunjukan bahwa variabel- variabel karakteristik
perusahaan, industri dan ekonmi makro berpengaruh secara
signifikan pada tingkat 5 terhdap beta saham syariah.
Secara parsial t test menunjukan bahwa variabel-
variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonmi
makro terhadap beta saham
Ekonomi makro: Kurs
rupiah, PDB Produk
Domestik Bruto.
Return dan Beta saham
Syariah mempunyai pengaruh signifikan
pad tingkat 5 adalah cyclicality, kurs rupiah terhadap
dollar dan Produk domestic Bruto PDB.
I. G. K. A. ULUPUI
1999 -
2005 Analisis
Pengaruh Rasio
Likuiditas, Leverage,
Aktivitas, Dan
Profitabilitas Terhadap
Return Saham
Return saham Likuiditas
-Current Ratio
Rasio Leverage
-DER Rasio
Likuiditas - Total Assets
turnover Rasio
Profitabilitas - ROE
- ROA Analisis Regresi
Berganda • Uji F
• Uji t Melalui uji t, hanya variabel
Current Ratio dan Return On Assets yang berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Melalui uji F menunjukan bahwa variabel independent Current
Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over dan
ROA secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
return saham satu tahun kedepan.
Nil Gunsel
Dan Sadik
Cukur 2007
Januari 1980
sampai dengan
Desemb er 1993
The Effects of
Macroecono mic Factors
on the London
Stock Returns: A
Sectoral Approach
interest rate unanticipated
inflation unanticipated
sectoral industrial
production Risiko
premium real axchange
rate money supply
MO Unanticipated
dividend yield APT Arbitrage
PricingTheory Faktor-faktor ekonomi makro
tersebut berpengaruh signifikan dipasar bursa saham inggris
return saham, namun setiap factor dapat mempengaruhi
industri yang berbeda. Artinya, faktor ekonomi satu industri
dapat mempengaruhi secara poitif, tetapi dapat mempengaruhi
industri lainnya negatif.
Zulfi Skendra
2005 2002
2004 Analisis
pengaruh Inflasi, Nilai
Tukar dan Bunga
Deposito terhadap
portofolio optimum
saham-saha blue chip di
BEJ. -
Inflasi -
Nilai tukar rupiah
- Bunga
Deposito -
Portofolio Optimum
- Return saham
- ERB
- Ci
SIM Regresi linier
Berganda - Uji F
- UJi t Indeks Sharpe
Indeks treynor Indeks Jensen
Hanya terdapat lima jenis saham blue chip yang masuk kedalam
portofolio optimum dari sepuluh saham perusahaan yang menjadi
sample penelitian dengan menggunakan Single Indeks
Model SIM, yaitu saham ASII, AALI, ISAT, TLKM dan
SMGR.
Dengan melaui uji t variabel indeks nilai tukar NT-1 dan
bunga deposito pemerintah B Dpst pmrt berpengaruh secar
nyata pada selang kepercayaan 99 terhadap return pasar.
Dan dengan melalui uji F Inflasi dan Nilai tukar pada bulan
bersangkutan berpengaruh positif terhadap return pasar
IHSG..
Setelah ada inflasi, nilai tukar dan bunga deposito, jumlah jenis
saham yang masuk ke dalam portofolio optimum bertambah
satu yaitu UNVR, sehingga yang masuk kedalam portofolio
optimum dengan adanya pengaruh inflasi, nilai tukar dan
bunga deposito menjadi enam saham, yaitu: ASII, AALI,
ISAT, TLKM, SMGR, dan UNVR.
Kinerja saham yang termasuk kedalam portofolio optimum
apabila dilihat dari indeks sharpe yang menduduki
peringkat pertama adalah TLKM kemudian diikuti oleh saham
ISAT, AALI, SMGR dan UNVR.
Dan apabila dilihat dari indeks Treynor kinerja saham
portofolio optimum. saham yang menduduki peringkat pertama
adalah saham Astra Argo Lestari, diikuti oleh Semen
Gresik, Astra Internasional, Indosat, Telkom, dan Unilever.
Kemudian apabila berdasarkan Indeks Jensen kinerja saham
portofolo optimum, saham yang menduduki peringkat pertama
vadalah saham Astra internasional, yang kemudian
dikuti oleh Astra Argo Lestari, Indosat, Semen Gresik, Telkom
dan UNVR.
Ghazi F. Momani
2008 2003
- 2007
Simple Techniques
for Determining
the Optimal Portfolio
Case Study: Investment
in Banks Sector in
Amman Stock
Market - Return Saham
ERB Ci
Portofolio
Optimalideal Stock Turnover
Stock return Single Index Model
SIM Regresi sederhana
Uji t Setelah dilakukan pengujian
terhadap saham sector perbankan di amman stock
market dengan menggunakan model SIM yang masuk
kedalam portofolio optimalideal, ternyata hanya
ada satu saham perbankan yang termasuk kedalam portofolio
optimal yaitu saham Arab Bank dari 11 saham perbankan yang
menjadi sample dalam penelitianya.
Jordan Melalui uj t hasil penelitian ini
menunjukan bahwa tidak ada indikasi hubungan statistic
antara stock turnover dan posisi portofolio dalam portofolio
optimal atau ideal.
begitu juga dengan stock return, bahwa tidak ada indikasi
hubungan statistic antara return saham dan posisi portofolio
dalam portofolio yang optimal.
J. Kerangka Pemikiran
Awal penelitian ini dilakukan dengan mengamati perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia dimulai dari tahun 2005 sampai tahun
2008. Kemudian selajutnya menyeleksi perusahaan perbankkan yang mengeluarkan laporan keuangan setiap tahunnya.
Penelitian ini mengambil data laporan keuangan berupa laporan tahunan dari BEI atas perkembangan Rasio Profitabilitas khususnya DER,ROA, harga
saham, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap US,Bunga deposito, frekuensi perdagangan saham, dan Tingkat bunga deposito sebagai ukiran rik
free. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi berapa jumlah jenis saham
yang memenuhi portofolio optimal dengan model indeks tunggal Single Index Model untuk saham-saham perbankan yang go public di BEI, yaitu dengan
cara membadingkan nilai ERB dai Ci, jika ERB lebih besar atau tinggi dari nilai Ci, maka saham tersebut termasuk saham yang memiki portofolio
optimal, dan sebaliknya jika ERB lebih kecil dari Ci maka saham tersebut tidak termasuk portofolio optimal.
Kemudian langkah selajutnya adalah menganalisis perbedaan jumlah jenis saham yang memenuhi portofolio optimal tanpa memasukan variable
Leverage DER, profitabilitas ROA, dan variable makro ekonomi tingkat inflasi, perubahan nilai kurs dan suku bunga deposito dengan saham-saham
Bank yang masuk dalam portifolio optimal dengan memasukan leverage DER, profitabilitas ROA dan variable makro ekonomi tingkat inflasi,
perubahan nilai kurs dan suku bunga deposito. Uji perbedaan dilakukan dengan pengujian hipotesis yaitu dengan uji T.
Kemudian langkah yang terakhir adalah melihat perbedaan antara kinerja saham perbankan yang masuk dalam portofolo optimal tanpa memasukan
variable leverage, profitabilitas, dan variable makro ekonomi dengan kinerja saham perbankan yang masuk dalam portifolio optimal dengan memasukan
leverage, profitabilitas dan variable makro ekonomi. Uji perbedaan dilakukan dengan pengujian hipotesis yaitu dengan uji T.
Sehingga secara ringkas pola pemikiran tersebut dapat diskemakan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka pemikiran penelitian
Perusahaan perbankan yang go public selama tahun 2005-2008 di
BEI
Penentuan portofolio optimal dengan Single Indeks Model
Analisis Regresi Berganda
return saham Return pasar
Variabel makro ekonomi Inflasi
Kurs Bunga deposito
Leverage DER
Profitabilitas ROA
ERB Ci Kandidat portofolio
optimal ERB Ci
Bukan kandidat portofolio optimal
Uji T ERB Ci
Kandidat portofolio optimal
ERB Ci Bukan
kandidat portofolio
Kinerja saham
Indeks Sharpe Indeks Treynor
Indeks Jansen
Kinerja saham
Interpretasi
Penentuan portofolio optimal dengan Single Indeks Model
K. Hipotesis
Untuk memenuhi tujuan penelitian, sejumlah hipotesis nol Ho telah dirumuskan. Berikut Hipotesis dalam penelitian ini:
1. Ho :
β
1
≠0 tidak terdapat pengaruh antara variabel leverage, profitabilitas dan variable makro ekonomi terhadap return saham Bank di
Bursa Efek Indonesia. H
1
: β
1
= 0 Terdapat pengaruh antara variable leverage, profitabilitas dan variable makro ekonomi dengan jumlah jenis saham yang
memenuhi portofolio optimal, 2.
Ho : µ
1
≠ µ
2
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara saham-saham Bank yang masuk dalam portofolo optimal tanpa dan dengan
dipengaruhi oleh variable leverage, profitabilitas, inflasi, nilai tukar dan bunga deposito.
Ho : µ
1
= µ
2
Ada perbedaan yang signifikan antara saham-saham Bank yang masuk dalam portofolo optimal tanpa dan dengan
dipengaruhi oleh variable leverage, profitabilitas, inflasi, nilai tukar dan bunga deposito.
3. H
1
: µ
1
≠ µ
2
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja saham perbankan dengn menggunakan Indeks Sharpe, Indeks
Treynor, dan Indeks Jensen yang masuk dalam portofolo optimal tanpa dan dengan dipengaruhi oleh variabel leverage,
profitabilitas, inflasi, nilai tukar dan bunga deposito.