14
Setelah resmi dibentuk Yayasan P3 Islam mulai membangun sekolah- sekolah di sekitar daerah Ujung Malang dengan mengumpulkan anak-anak dan
para pemuda untuk melanjutkan sekolah. Hingga tahun 1952 Yayasan P3 Islam berhasil mendirikan enam buah Madrasah Ibtidaiyah SRI : Sekolah Rakyat
Islam di Ujung Malang, membangun Masjid JDPL¶ WWDTZD VHUWD PHPEHULNDQ bantuan kepada pejuang kemerdekaan dengan memberikan sebagian hasil
mengelola persawahannya. Untuk menampung para pelajar lanjutan madrasah ibtidaiyah, Yayasan P3
Islam membangun pondok pesantren dengan nama Perguruan Menengah Islam Pesantren Bahagia.
12
Ketua perguruan tersebut adalah KH Noer Ali, tetapi karena kesibukan beliau sebagai ketua DPD Masyumi Bekasi, maka sebagai direkturnya
ditunjuk KH Abdurrahman. Setelah organisasi Masyumi dibubarkan pada tahun 1960, KH Noer Ali
mulai aktif kembali membangun kampungnya dalam bidang pendidikan, di komplek masjid Attaqwa, beliau membangun pondok pesantren dengan nama
Pondok Pesantren Attaqwa PPA. Di tengah-tengah aktivitas pendidikan pondok pesantren yang dibangun
oleh Yayasan P3 Islam ini, lokasi perguruan menengah Islam Pesantren Bahagia, yaitu pesantren yang ada di desa teluk pucung waktu itu sebelum adanya pondok
pesantren attaqwa diperlukan oleh pemerintah untuk kantor Komando Distrik Militer Kodim 0507 Bekasi
Dengan demikian maka para santri yang belajar harus pindah ke pesantren lain, di antara mereka bannyak yang pindah ke PPA yang dipimpin oleh KH Noer
12
Ibid., h. 5.
15
Ali. Dengan bertambahnya santri yang tertampung di PPA, makin berkembang pula sistem pendidikan di pondok pesantren tersebut. Pada tahun 1962, PPA
mengubah sistem pendidikannya dari sistem non klasikal tradisional menjadi klasikal, yaitu dengan membangun Madrasah Menengah Attaqwa MMA Putra,
yang setingkat dengan Tsanawiyah dan Aliyah dengan mata pelajaran 50 pengetahuan agama dan 50 pengetahuan umum. Tujuan dari perubahan tersebut
adalah agar para lulusan dari madrasah ini dapat melanjutkan pendidikannya ke berbagai perguruan tinggi baik agama maupun umum.
Pada tahun 1986 setelah berusia 30 tahun, Yayasan pembangunan, Pemeliharaan,
dan Pertolongan Islam
YP3I mengadakan regenerasi kepengurusan dan sekaligus mengadakan perubahan nama serta perbaikan
anggaran dasar untuk menyesuaikan dengan Undang-Undang Keormasan No. 8 Tahun 1982, dengan demikian maka YP3I berubah nama menjadi Yayasan
Attaqwa. Perubahan tersebut disahkan oleh notaris Soedirja, SH pada tanggal 17 Desember 1986 dengan No. Register 16.
13
Pada saat ini lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan Attaqwa berjumlah 99 unit, dengan siswa berjumlah 18.718 orang. Mereka terdiri
atas pelajar tingkat Taman Kanak-Kanak Islam, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Aliyah, SMA Islam, Pesantren Tinggi Attaqwa dan Sekolah Tinggi Agama Islam
Attaqwa STAIA.
13
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Rekapitalisasi Global Lembaga-lembaga di bawah Yayasan Attaqwa Pusat, Ujung Harapan: yayasan attaqwa,1986, h 4.
16
C. Visi, Misi, dan Orientasi Pondok Pesantren Attaqwa
Visi pondok pesantren attaqwa merupakan gambaran cita-cita yang ingin diwujudkan oleh pendiri dan pengurus pondok pesantren attaqwa melalui semua
kegiatannya. Visi itu diformalisasikan dalam kalimat singkat yaitu Ikhlas, Berdzikir, Berpikir, Beramal.
14
Ikhlas adalah titik tolak kegiatan semua insan Muslim menuju keridhoan Allah SWT. Tidak ada kegiatan insan mukhlis yang tidak didasari oleh tujuan
ibadah kepada-Nya. Ikhlas diperintahkan Allah SWT dalam firmannya surah al-Bayyinah ayat 5,
yang berbunyi : ˵Ϧ˸ϳ˶Ω˴Ϛ˶ϟ˴Ϋ˴ϭ˴ΓϮ˴ϛ͉ΰϟ˸Ϯ˵Η˸Ά˵ϳ˴ϭ˴ΓϮ˴Ϡ͉μϟ˸Ϯ˵Ϥ˸ϴ˶Ϙ˵ϳ˴ϭ˴˯˴ϔ˴Ϩ˵Σ˴Ϧ˸ϳ͋Ϊϟ˵Ϫ˴ϟ˴Ϧ˸ϴ˶μ˶Ϡ˸Ψ˵ϣ˴Ϳ˸ϭ˵Ϊ˵Β˸ό˴ϴ˶ϟ͉ϻ˶·˸ϭ˵ή˶ϣ˵˴ϣ˴ϭ
˶Δ˴Ϥ͋ϴ˴Ϙ˸ϟ `
5 Artinya :Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus. Dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
inilah agama yang lurus.QS al-Bayyinah 98 : 5
Berdzikir adalah aktivitas yang diperintahkan dan merupakan amalan yang sangat mulia sebagaimana firman Allah surat al-Ahzab ayat 41 :
˱ήϴ˶Μ˴ϛ˱ή˸ϛ˶Ϋ˴Ϳϭ˵ή˵ϛ˸ΫϮ˵Ϩ˴ϣ˴˯˴Ϧϳ˶ά͉ϟΎ˴Ϭ͊ϳ˴˴ϳ `
41 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah dengan menyebut nama
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. {QS al-Ahzab 33 : 41 }
˴Ϧϴ˶Ϡ˶ϓΎ˴ϐ˸ϟ˴Ϧ͋ϣϦ˵Ϝ˴Η˴ϻ˴ϭ˶ϝΎ˴λ˴Ϸ˸˴ϭϭ˵Ϊ˵ϐ˸ϟΎ˶Α˶ϝ˸Ϯ˴Ϙ˸ϟ˴Ϧ˶ϣ˶ή˸Ϭ˴Π˸ϟ˴ϥϭ˵Ω˴ϭ˱Δ˴ϴ˸ϔ˶Χ˴ϭΎ˱ϋ͊ή˴π˴Η˴Ϛ˶δ˸ϔ˴ϧϲ˶ϓ˴Ϛ͉Α͉έή˵ϛ˸Ϋ˴ϭ `
205 Artinya : Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri
dan rasa takut, dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. {QS al-Araf 07 : 205 }
14
Brosur Pendaftaran Murid Baru 20102011, Yayasan Attaqwa, Pondok Pesantren Attaqwa Putra Bekasi.
17
Berdzikir bisa bermakna tanda kesyukuran seorang hamba kepada Allah SWT sebagai Khaliq yang telah menciptakan dirinya dan memfasilitasi hidup dan
kehidupannya, dengan berdzikir selain hati akan merasa tenteram dapat juga memberikan kekuatan dan rasa percaya diri seorang hamba. Sehingga sang hamba
merasa yakin bahwa hidupnya benar-benar selalu dalam pengawasan Rabbul alamin. Menurut pengasuh PPA dengan berzikir maka Allah akan memberikan
karunia-Nya yang kadang berupa kemudahan bagi santri dalam belajar, kemudahan bagi guru dalam mengajar, dan keberkahan suatu lembaga.
Berpikir merupakan kelebihan yang dimiliki manusia bahkan dia menjadi pembela yang utama dibandingkan dengan hewan. Di dalam al-Quran banyak
perintah Allah kepada manusia untuk memikirkan segala penciptaan-Nya. Firman Allah dalam surah al-Baqarah 266 menyatakan :
˵Ϫ˴ΑΎ˴λ˴˴ϭ˶Ε˴ή˴Ϥ͉Μϟ͋Ϟ˵ϛϦ˶ϣΎ˴Ϭϴ˶ϓ˵Ϫ˴ϟ˵έΎ˴Ϭ˸ϧ˴Ϸ˸Ύ˴Ϭ˶Θ˸Τ˴ΗϦ˶ϣϱ˶ή˸Π˴Η˳ΏΎ˴Ϩ˸ϋ˴˴ϭ˳Ϟϴ˶Ψ͉ϧϦ͋ϣ˲Δ͉Ϩ˴Ο˵Ϫ˴ϟ˴ϥϮ˵Ϝ˴Ηϥ˴˸Ϣ˵ϛ˵Ϊ˴Σ˴͊Ω˴Ϯ˴ϳ˴ ˴ϥϭ˵ή͉Ϝ˴ϔ˴Θ˴Η˸Ϣ˵Ϝ͉Ϡ˴ό˴ϟ˶ΕΎ˴ϳ˴Ϸ˸˵Ϣ˵Ϝ˴ϟ˵Ϳ˵Ϧ͋ϴ˴Β˵ϳ˴Ϛ˶ϟ˴ά˴ϛ˸Ζ˴ϗ˴ή˴Θ˸ΣΎ˴ϓ˵˵έΎ˴ϧ˶Ϫϴ˶ϓ˵˵έΎ˴μ˸ϋ˶·˴Ϭ˴ΑΎ˴λ˴΄˴ϓ˵˯˴ϔ˴ό˵ο˲Δ͉ϳ͋έ˵Ϋ˵Ϫ˴ϟ˴ϭ˵ή˴Β˶Ϝ˸ϟ
` 266
Artinya : Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai
dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun
itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah, demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya. {QS. al-
Baqarah 02 :266 }
Dengan berpikir, manusia akan menelurkan perbuatan-perbuatan yang tidak semena-mena karena setiap gerak geriknya sudah termenej dan terpikirkan dengan
baik dan siap bertanggungjawab sebagai konsekuensi dan buah dari setiap apa yang ia perbuat. Berpikir juga akan mewujudkan insan yang cerdas, pintar,
18
berwawasan luas dan akan menjadi sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan potensi alam untuk kesejahteraan manusia yang pada akhirnya
dapat mewujudkan Islam sebagai agama yang \D¶OXZDOD\X¶ODDODLK, yaitu agama yang tinggi dengan sendirinya.
Di samping itu dengan berpikir akan memperkuat keyakinan dan keimanan akan kebesaran Allah dan menjadi modal untuk mencapai kebahagiaan hakiki
dunia dan akhirat. Bila berdzikir dan berpikir tergabung dalam diri seorang insan maka akan melahirkan manusia yang ulul albab orang-orang yang cerdas dan
berpikir. Hakikat kebesaran Allah SWT hanya akan muncul dan dirasakan oleh
orang-orang yang berdzikir dan berpikir. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam semua kondisi dan berpikir terhadap ciptaan Allah SWT yang dapat
disaksikan melalui alam yang terbentang, mereka akan merasakan indahnya sistem ilahi yang dapat membawa manusia kepada kesuksesan, kebaikan, dan
kebahagiaan Ummat.
15
Beramal merupakan konsekuensi logis dari berpikir dan berdzikir. Insan yang berdzikir dan berpikir akan memunculkan dari mulutnya ucapan sanjungan
dan pengakuan bahwa Allah tidak menciptakan alam ini sia-sia, semua yang diciptakan-Nya membawa manfaat dan hikmah. Oleh sebab itu ia akan melakukan
berbagai amal shalih menggapai ridho Allah. Beramal merupakan mata rantai yang keempat dari rangkaian mata rantai di atas yang tidak boleh terputus, karena
amal merupakan penentu atau hasil dan buah pikir dan dzikir. Tanpa amal manusia tidak mempunyai nilai apa-apa. Sukses atau tidaknya seseorang sangat
15
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Rekapitulasi Global Lembaga-lembaga dibawah Yayasan Attaqwa Pusat, h. 8.