KH 0D¶DOL6\DPVXGGLQ

42 Hasilnya pondok pesantren pada periode beliau mengalami kemajuan hingga sekarang dengan masih di terapkannya metode Bahasa Asing untuk memperkuat ilmu bahasa para santri. HJLWX MXJD GHQJDQ VLVWHPQ\D .+ 0D¶DOL 6\DPVXGGLQ PHPDVXNNDQ pelajaran umum 50 dan pondok 50 dalam kurikulumnya. Agar santri dapat bersaing di masa depan. Peran Politik KH 0D¶DOL 6\DPVXGGLQ memasuki dunia politik setelah lepas jabatan dari MMA di PPA dan menjadi kepada desa Ujung Malang Tengah. Semua itu atas saran KH Noer Ali karena merebaknya aksi komunisme yang meresahkan warga Ujung Malang. Pada tahun 1977-1987, KH 0D¶DOL 6\DPVXGGLQ PHQHUXVNDQ karier perpolitikannya, karena banyaknya dukungan dari teman dan warga, akhirnya ia menjadi anggota DPRD Kabupaten Bekasi. Sepuluh tahun KH 0D¶DOL Syamsuddin menjadi anggota DPRD Bekasi, setelah itu menjadi sekretaris Korpri unit Departemen Agama Kabupaten Bekasi pada tahun 1990-1995. Pada rentang waktu itu juga KH 0D¶DOL 6\DPVXGGLQ PHQMDGL SHQDWDU haji Kabupaten Bekasi dari tahun 1984-2007. Barulah di usia tuanya, KH 0D¶DOL 6\DPVXGGLQ PHQJLVL waktu dengan ibadah dan mendirikan KBIH Al-Ihsan pada tahun 2000 dan sampai sekarang masih berjalan. 43

B. KH A. Tajuddin Marzuki

Beliau adalah KH A. Tajuddin seorang sosok suami dari Hj. Maqbulah binti H. Mahmud dan seorang panutan dari delapan anaknya. Beliau dilahirkan 59 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1941, di Kampung Lor, sebuah dusun yang terletak di belahan utara Desa Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Ayahnya bernama H. Marzuki Anwar yang memiliki garis keturunan ulama meskipun orang lebih mengenalnya sebagai lurah Ujung Malang yang semasa hidupnya sangat peduli dengan keadaan masyarakat desa yang dipimpinnya. Ibunya bernama Hj. Siti Maryamah, seorang perempuan desa yang dalam banyak hal selalu sederhana tetapi memiliki kharisma kuat baik di mata anak-anaknya maupun di mata orang lain. Seandainya kemudian KH A. Tajuddin menjadi pribadi yang dihormati dan disegani di masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kedua orang tua yang melahirkannya itu sangat membekas. Dari ayahnya yang masih saudara sekandung dengan KH Noer Ali, KH A. Tajuddin mewarisi jiwa kepemimpinan dan pendidik. Sedangkan dari ibunya yang berasal dari Pondok Soga, sebuah kampung di pesisir pantai utara laut Jawa, ia mewarisi keteguhan dan ketegasan sikap. Pribadi-pribadi inilah yang menghantarkannya ke PPA di mana dalam usia yang masih sangat muda, KH A. Tajuddin sudah dipercaya oleh KH Noer Ali KH Noer Ali telah resmi menjadi pahlawan nasional Indonesia untuk memimpin lembaga pendidikan putri al-Baqiyatus Sholihat yang sekarang berganti nama menjadi Pondok Pesantren Attaqwa Putri PPA Putri. Umumnya anak-anak desa, dunia tempat KH. A.Tajuddin menghabiskan masa kecilnya tidak jauh dari lingkungan keluarga. Pada pagi hari mengaji kepada guru-guru terdekat, siang membantu orang tua di sawah sambil menggembala 44 kerbau, dan malam harinya mengaji lagi di rumah. Kadang-kadang, beliau juga disuruh menumbuk padi di lumbung ± suatu pekerjaan yang biasa dilakukan anak perempuan. Maklum, beliau anak pertama, dan seperti diakuinya, anak pertama adalah contoh sekaligus tumbal dalam keluarga. Meskipun demikian KH A. Tajuddin Marzuki tidak kehilangan masa kecilnya yang paling indah. Hidup dalam keluarga yang mempunyai aturan ketat tidak membuatnya tersisih dari pergaulan. Di waktu-waktu tertentu beliau sempatkan diri bermain benteng 37 dengan anak laki-laki dan anak perempuan tetangga, atau mandi di sungai bersama teman-teman sebaya sampai menjelang petang. Resiko kalau ketahuan memang bisa diobong 38 di kandang kerbau hingga seluruh badan bau asap. Tetapi beliau tidak pernah mengeluhkan hukuman yang pernah diterimanya. Malah dari kekerasan hidup yang dialaminya beliau bisa belajar bagaimana berkelakar. Selama ini, selain dikenal sebagai orang serius, beliau juga dikenal sebagai humoris sejati. Kemampuannya berkelakar hampir mendekati budayawan Mahbub Djunaidi atau Jaya Suprana. Pendidikan Terusirnya penjajah Belanda dari bumi pertiwi pada tahun 1949 memberi kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk membangun dirinya sendiri. Pendidikan yang sebelumnya menjadi monopoli anak-anak pejabat pemerintahan Hindia Belanda kemudian diambil alih pengelolaannya oleh kalangan pribumi, sehingga bangsa Indonesia yang sangat terbelakang berkesempatan membangun diri melalui pendidikan. 37 Benteng adalah permainan yang di mainkan beberapa orang dengan dibagi dua kelompok, masing-masing melindungi bentengnya yang terbuat dari batu yang di susun dari lawan agar tidak hancur. 38 Diobong yaitu di kurung didalam kandang kerbau dan di bawahnya dibuatkan tabunan atau bakaran sehingga mengeluarkan asap yang membuat pengap. 45 Upaya membangun diri melalui pendidikan juga tampak semarak di kampung Ujung Malang. KH Noer Ali yang baru saja kembali dari medan pertempuran merasa perlu mengajak tokoh-tokoh masyarakat untuk melanjutkan kembali kegiatan-kegiatan pendidikan yang pernah dirintis sebelumnya. Di tengah-tengah kesibukannya pula sebagai ketua Dewan Pemerintahan Kabupaten Bekasi dan sebagai anggota Konstituante, KH Noer Ali dan kawan-kawan telah berhasil membangun enam buah Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Rakyat Islam SRI dan sebuah masjid berdaya tampung 2500 orang jamaah. Hingga tahun 1956 telah banyak putra-putra Ujung Malang yang memenuhi panggilan belajar. Sebagian ada yang bersekolah di SRI Ujung Malang, dan sebagian lagi bersekolah di Pesantren Bahagia Bekasi. Pada waktu itu agak sulit mencari putra-putra terbaik Ujung Malang yang bisa dikader. Mereka yang dulunya pernah mengenyam pendidikan formal jarang yang mau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena faktor-faktor finansial atau sudah keburu menikah. Pilihan sudah pasti jatuh kepada mereka yang masih punya kemauan untuk belajar dan dukungan finansial. Kebetulan pada waktu itu banyak para pelajar Ujung Malang yang mondok di Pesantren Bahagia Bekasi pulang kampung karena sekolahnya bubar. Di antara mereka adalah KH 0D¶DOL Syamsuddin, KH A. Tajuddin Marzuki, dan beberapa yang lainnya. Setelah mengadakan musyawarah KH Noer Ali dan kawan-kawannya akhirnya