Metode Pendidikan Tradisional Pondok Pesantren Attaqwa

34 dan dzikir untuk selalu mengingat Allah, dengan otomatis akan memberikan rasa tenteUDPGDQEHUNDKNHSDGDSDUDVDQWULGDQMDPD¶Dh pada umumnya. Kegiatan ini dilaksanakan setelah shalat Maghrib setiap malam JXP¶DW GDQ GLbaca dengan bergantian pada setiap bacaan. C. Sholat Tasbih Kegiatan yang diadakan setiap malam JXP¶DW ED¶GD shalat Isya berjamaah di masjid Attaqwa bertujuan untuk memupuk para santri untuk gemar beribadah dan diharapkan akan menebalkan iman para santri. D. Hapalan Metode pengajaran hapalan ini diterapkan kepada para santri untuk bisa menghapal al-QXU¶DQ KDpalan yang dilakukan memakai metode setoran dengan setiap pertemuan satu kaca satu lembar al-QXU¶DQKingga beberapa juz. Ini juga diterapkan untuk menghafal Ratibul Haddad dan lain-lainnya. E. Muhadhoroh Muhadhoroh adalah kegiatan yang biasa dilakukan di PPA, kegiatan ini dilakukan setiap malam hari-hari biasa seperti Senin dan Rabu. Kegiatan ini melatih mental dan kreativitas santri dalam berdakwah, di mana seorang santri naik ke podium dan berceramah dikelilingi oleh santri lainnya. Semua ini agar para santri terbiasa, dan tidak canggung lagi saat terjun ke masyarakat. F. Mudzakarah Sistem diskusi yang masih dipakai malam hari adalah mudzakarah, yaitu para santri berdiskusi tentang pelajaran yang mereka pelajari di siang hari. Metode ini bertujuan untuk memberikan intensitas belajar kepada para santri agar dapat terus mengingat pelajaran. 35

B. Pembaharuan Pendidikan Pondok Pesantren Attaqwa

Berawal dari lembaga pendidikan yang mengutamakan pendidikan agama Islam, PPA berkembang menjadi lembaga pendidikan yang dinilai tidak kalah dengan lembaga pendidikan non-pesantren. Usaha-usaha ke arah pembaharuan dan modernisasi merupakan konsekuensi dari keberadaan PPA di lingkungan yang berkembang menjadi moderen. Meskipun demikian PPA cenderung masih memiliki batasan-batasan yang konkret. Pembaharuan dan modernisasi yang terjadi diupayakan tidak mengubah atau mereduksi orientasi dan idealisme pesantren. Oleh karena itu PPA cenderung masih mempertahankan tradisi sebagai pondok pesantren yang mempertahankan pendidikan agama, dan memasukkan pendidikan umum untuk memenuhi standar pendidikan nasional. Walaupun PPA mengalami pembaharuan akan tetapi tetap menjaga nilai-nilai moral kemandirian, kesederhanaan, dan kebersamaan yang menjadi ciri khas pondok pesantren. 30 Semua bisa dilihat dari kurikulum yang ada dan metode pendidikan PPA. PPA tetap mempertahankan pelajaran-pelajaran agama yang sudah ada sejak berdirinya MMA Madrasah Menengah Aliyah pada tahun 1963, sekalipun banyak pelajaran-pelajaran umum sekarang ini yang dipakai, untuk menarik minat dan mengembangkan bakat para santri serta memajukan PPA. Kurikulum dan metode pendidikan menjadi sejarah panjang PPA dalam pembaharuan pendidikannya. 30 Wawancara dengan KH 0D¶DOL6\DPVXGGLQOktober 2011, jam 8.30-11.00. 36

a. Kurikulum

Manajemen PPA pada awal berdirinya belum dikembangkan seperti sekarang dan hanya bersifat tradisional. Pada awal berdirinya, PPA hanya mempunyai 300 orang murid. Setelah itu manajemen PPA dikembangkan. Untuk mempermudah pengajaran para murid dibagi dalam lima kelompok, sesuai dengan tingkat kemampuan belajarnya. Sebagian besar murid pesantren adalah laki-laki, sebagaimana halnya pesantren pada masa itu. Tempat belajar, tempat tidur, dan tempat memasak berada dalam satu tempat. Sehingga di dalam ruangan terdapat peti-peti tempat pakaian para murid yang juga berfungsi sebagai alas kitab. 31 Hanya pelajaran agama yang diajarkan seperti fiqih, nahwu, sharaf, kutubussittah, dan pelajaran kitab-kitab kuning lainya, pelajaran yang memang melekat di pesantren-pesantren di Indonesia. Pada tahun 1960-an, setelah KH Noer Ali mulai memikirkan untuk mengembangkan pendidikan di kampung halamannya, barulah PPA mulai mengembangkan manajemen seperti pondok, kelas, dan sarana lainnya. Yayasan P3Islam yang didirikan oleh KH Noer Ali pada tahun 1950 telah berhasil mendirikan enam buah madrasah rakyat, untuk menampung pelajar lanjutan dari madrasah itu maka dibangunlah PPA. Pada tahun 1963, berdirilah Madrasah Menengah Attaqwa MMA, kurikulum pesantren berubah dari non klasikal menjadi klasikal. Dengan membagi MMA menjadi 6 tingkatan setara dengan Tsanawiyah dan Aliyah, dan membagi MMA dan pesantren. MMA dengan materi pelajaran agama 50 dan pelajaran umum 50, sedangkan pesantren lebih mengutamakan agama sebanyak 75 dan 31 Anwar,Ali, KH Noer Ali Tokoh Pendidik,Pejuang dan Ulama, h. 70. 37 pelajaran umum 25. Pelajaran-pelajaran umum mulai masuk ke PPA setelah para santri unggulan yang dikirim KH Noer Ali pulang dari Pondok Pesantren Moderen Gontor, Ponorogo, Jawa Timur dan mengajar di PPA. Materi pelajaran- pelajaran umum yang masuk adalah aljabar atau ilmu matematika sekarang ini, ilmu alam seperti biologi, dan ilmu bahasa seperti bahasa Arab dan Inggris. Kurikulum dan pelajaran-pelajaran mulai menganut sistem Gontor dalam pembaharuan pendidikannya. Materi-materi penunjang atau ekstrakurikuler pun mulai dirintis. Kurikulum ini cukup bertahan lama dan memberikan dampak positif kepada para santri sampai masa kepemimpinan kepala sekolah KH A. Tajuddin. Pada tahun 1987, sistem kurikulum kelas diperbaharui dari jenjang 6 tingkatan menjadi madrasah Tsanawiyah dan Aliyah mengikuti standar pendidikan nasional. Sekarang ini PPA memakai kurikulum terintegrasi integrated curicullum, yaitu kurikulum perpaduan antara kurikulum Departemen sekarang Kementerian Agama, Depdiknas sekarang Kemdikbud, dan kurikulum internasional yang berafiliasi ke Timur Tengah. Dengan integrated curicullum, siswa diharapkan dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri dan dapat hidup berkembang dalam membangun masyarakat. Semua pembaharuan di atas dilakukan untuk mencapai MBI Madrasah Berstandar Internasional yang dapat bersaing dengan madrasah-madrasah internasional lainnya. 32 32 Wawancara pribadi dengan Ust. Emil,Salim, 24 Oktober 2011, jam 09.00-11.00.