Faktor Ekstern Analisis Pengaruh Iklim Organisasi, Motivasi Dan Kompensasi Terhadap Semangat Kerja Petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas II-B Lubuk Pakam

60

3. Faktor Ekstern

Contoh faktor ekstern pegawai dan organisasi yang mempengaruhi besarnya kompensasi adalah sebagai berikut: a. Penawaran dan Permintaan Kerja Mengacu pada hukum ekonomi pasar besar, kondisi dimana penawaran supply tenaga kerja lebih dari .permintaan demand akan menyebabkan rendahnya kompensasi yang diberikan. Sebaiknya, bila kondisi pasar kerja menunjukkan besarnya jumlah permintaan tenaga kerja sementara penawaran hanya sedikit, maka kompensasi yang diberikan akan besar. Besarnya nilai kompensasi yang ditawarkan suatu organisasi merupakan daya tarik calon pegawai untuk memasuki organisasi tersebut. Namun dalam keadaan dimana jumlah tenaga kerja lebih besar dari lapangan kerja yang tersedia, besarnya kompensasi sedikit banyak menjadi terabaikan. b. Biaya Hidup Besarnya kompensasi terutama upahgaji harus disesuaikan dengan besarnya biaya hidup cost of living. Yang dimaksud biaya hidup disini adalah biaya hidup minimal. Paling tidak kompensasi yang diberikan harus sama dengan diatas biaya hidup minimal. Jika kompensasi yang di berikan dari biaya hidup minimal, maka yang terjadi adalah proses pemiskinan bangsa. c. Kebijaksanaan Pemerintah Sebagai pemegang kebijakan, pemerintah berupaya melindungi rakyatnya dari sewenang-wenangan dan keadilan. Dalam kaitannya dengan kompensasi, 61 pemerintah menentukan upah minimum jam kerjahari, untuk pria dan wanita, pada batas umur tertentu. Dengan peraturan tersebut pemerintah menjamin berlangsungnya proses pemakmuran bangsa sehingga dapat mencegah praktek- praktek organisasi yang dapat memiskinkan bangsa d. Kondisi Perekonomian Nasional Kompensasi yang diterima oleh pegawai di negara-negara maju jauh lebih besar dari yang diterima negara-negara berkembang dan atau negara miskin. Besarnya rata-rata kompensasi yang diberikan oleh organisasi-organisasi dalam suatu negara mencerminkan kondisi perekonomian negara tersebut dan penghargaan negara terhadap sumber daya manusianya.

II.4. Teori Tentang Motivasi

II.4.1. Pengertian Motivasi

Pengelolaan sesuatu sangat berkaitan dengan upaya pendayagunaan sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya, sehingga perlu di ketahui bahwa ada teknik- teknik yang dapat memelihara dan mempertahankan loyalitas anggota organisasi yang antara lain melalui pemberian motivasi. Demikan juga instansi pemerintah, jika pendayagunaan pegawai dan pejabatnya tidak diperhatikan, maka instansi tersebut akan kehilangan tenaga-tenaga yang potensial dan berkualitas. Oleh karena itu, Lembaga Pemasyarakatan LAPAS Klas II-B Lubuk Pakam sebagai salah satu instansi pemerintah perlu memperhatikan aspek motivasi terhadap petugas- petugasnya sebagai upaya mempertahankan keberadaan petugas dimaksud yang 62 sekaligus juga meningkatkan kualitasnya untuk mengatasi tantangan tugas di masa yang akan datang. Asnawi 2002 menyatakan bahwa ”Motivasi berasal dari kata “motive” yang berarti suatu pernyataan batin yang berwujud daya kekuatan untuk bertindak atau bergerak, baik secara langsung maupun melalui saluran perilaku yang mengarah kepada sasaran. Dari kata dasar motive inilah lahir kata “ motivasi “ yang berarti dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk berbuat dalam rangka mencapai tujuan”. Padmowihardjo 1994 menyatakan bahwa ”Motivasi berasal dari dua kata, yaitu motiv dan aksi action. Motiv berarti dorongan dan aksi berarti usaha, sehingga motivasi berarti usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan berbuat atau melakukan tindakan”. Motivasi itu tidak dapat dilihat akan tetapi hanya dapat diamati dari perilaku yang dihasilkannya, yaitu dari cara atau pola pemenuhan kebutuhan atau pencapaian yang dikehendaki Keller, 1984. Motivasi dapat menjelaskan tentang alasan seseorang melakukan tindakan, karena motivasi merupakan daya pendorong yang menyebabkan seseorang berbuat maupun tidak berbuat sesuatu guna mencapai tujuan yang diinginkan. Handoko 1992 menyatakan bahwa motivasi sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motif adalah suatu alasandorongan yang 63 menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu tindakan. Motif terdapat dua unsur pokok, yaitu dorongan atau tujuan yang ingin dicapai. Proses interaksi antar kedua unsur ini dalam diri manusia dipengaruhi oleh faktor dalam diri internal dan faktor luar eksternal diri manusia sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Perubahan motivasi dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat, apabila motivasi yang pertama hambatan atau tidak mungkin dipenuhi. Kekuatan relatif motif-motif yang sedang mengusai seseorang pada umumnya dapat dilihat melalui: 1 Kuatnya kemauan untuk berbuat, 2 Jumlah waktu yang tersedia, 3 Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain, 4 Kerelaan untuk mengeluarkan biaya untuk biaya demi perbuatan itu, dan 5 Ketekunan dalam mengerjakan tugas tersebut Handoko, 1995. Selanjutnya Handoko 1995, menyatakan bahwa pada umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu: 1. Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan dalam diri seseorang. 2. Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan dari motif tertentu. Ada tidaknya motivasi dalam diri seseorang dapat dilihat dari beberapa segi tingkah lakunya, antara lain: kekuatan tenaga yang mengeluarkan usahanya, kecepatan reaksinya, dan yang menjadi perhatiannya. Selanjutnya sesuatu yang di terima itu diberikan oleh orang yang bersangkutan menurut minat dan keinginannya. 64

II.4.2. Teori-Teori Motivasi

Kajian terhadap motivasi yang dilakukan oleh para ahli pada akhirnya membawa kepada terbentuknya beberapa teori motivasi. Berdasarkan pada siapa yang mempopulerkanya terdapat beberapa teori motivasi sebagaimana di kemukakan oleh Sutarto 1998 sebagai berikut: 1. Teori Motivasi Klasik dari Frederick W. Taylor Menurut teori motivasi klasik seseorang akan bersedia bekerja apabila ada imbalannya. Konsepsi dasar teori motivasi klasik adalah sesorang akan bersedia dengan baik apabila orang itu berkeyakinan akan memperoleh imbalan yang ada kaitannya langsung dengan pelaksanaan kerjanya. Lebih lanjut teori ini mengemukakan bahwa pemberian imbalan yang menumbuhkan semangat untuk bekerja lebih baik adalah apabila diberikan pada saat yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Teori Motivasi “Kebutuhan“ dari Maslow Teori ini berpendapat bahwa seseorang berperilaku karena adanya dorongan untuk memperoleh pemenuhan dalam bermacam-macam dan menurut teori ini seseorang akan membutuhkan jenjang kebutuhan itu selanjutnya bila kebutuhan sebelumnya sudah tercapai. Sedikitnya ada 5 lima macam jenjang dari kebutuhan dasar sampai kepada kebutuhan lanjutan, yaitu physiological needs, safety needs, love needs, esteem needs dan self actualizations needs . Landasan dari teori ini menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan yang selalu ingin lebih lagi dalam suatu proses yang tiada henti. Selain itu, suatu 65 kebutuhan yang telah terpuaskan tidak akan menjadi motivator perilaku, tetapi akan menjadi motivator perilaku hanyalah kebutuhan-kebutuhan yang belum terpuaskan. 3. Teori Motivasi “Dua Faktor“ dari Frederick Herzberg Teori motivasi ini menyatakan bahwa dalam setiap pelaksanaan pekerjaan akan terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi pekerjaan akan dilaksanakan dengan baik atau tidak, yaitu syarat kerja dari faktor pendorong. Apabila faktor tersebut diperhatikan dengan baik, maka pelaksanaan pekerjaan akan berjalan dengan baik pula. 4. Teori Motivasi “Human Relation“ dari Rensis Likert Dipenuhi sesuai dengan istilah human relation maka teori ini berkaitan erat dengan hubungan kemanusiaan. Inti dari teori ini adalah bahwa seseorang akan melakukan sesuatu jika diangap penting atau berguna. 5. Teori Motivasi “Preference Expectation“ dari Vroom Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa seseorang akan terdorong untuk bekerja dengan baik apabila akan memperoleh sesuatu imbalan pada saat itu sedang sebagai kebutuhan pokok yang harus segera dipenuhi. 6. Teori Motivasi “X dan Y“ dari Mcgregor Teori motivasi “X dan Y“ mulai muncul sejak adanya pendapat bahwa ada dua kelompok sifat orang, yaitu kelompok orang yang bersifat baik dan orang yang bersifat buruk. Sehubungan dengan adanya orang yang bersifat buruk ditumbuhkan oleh teori X dan sehubungan dengan adanya orang yang bersifat 66 baik ditumbuhkan teori Y. Secara singkat teori X berbunyi bahwa orang pada umumnya akan bekerja sedikit mungkin, mereka tidak memiliki ambisi untuk maju, tidak menyukai tanggung jawab, mereka juga melakukan pekerjaan mengutamakan imbalan materi. Teori Y berbunyi pada dasarnya orang senang bekerja karena menganggap pekerjaan mereka sebagai hobi, sehingga akan bekerja dengan penuh pengabdian, maka pengarahan yang dilakukan menjadi lebih longgar dan dapat menerapkan cara demokratis. 7. Teori Kebutuhan “Exsistence, Relatedness and Growth“ dari Alderfer Manusia memiliki tiga macam kebutuhan yaitu: kebutuhan akan keberadaan, kebutuhan berhubungan dan kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan akan keberadaan berkaitan dengan kebutuhan akan kelangsungan hidup seseorang berinteraksi dengan orang lain baik berupa hubungan antar pribadi maupun hubungan sosial. Sedangkan kebutuhan pertumbuhan berkaitan dengan kebutuhan untuk mengembangkan diri. 8. Teori Kebutuhan “Berprestasi“ dari Mc Clelland Teori ini mengatakan bahwa individu memiliki tiga macam kebutuhan yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan untuk berkuasa. Dengan demikian menurut teori ini seseorang akan terdorong berbuat dengan sungguh-sungguh apabila merasa akan memperoleh kesempatan untuk dapat menunjukkan sepenuh kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat diperoleh hasil terbaik. Seseorang juga akan terdorong berbuat dengan sungguh-sungguh apabila merasa bahwa dari hasil kerjanya akan di peroleh persahabatan dengan 67 orang lain. Terakhir seseorang akan terdorong untuk berbuat sesuatu apabila akan memperoleh kedudukan yang diinginkan. 9. Teori Motivasi “Keadilan“ dari Adams Teori ini menyatakan bahwa orang akan cenderung bekerja dengan baik apabila akan memperoleh keadilan. Dengan demikian ketidakadilan akan melemahkan semangat kerja seseorang. Di samping itu, menurut Handoko 1995 ada beberapa kajian teori yang dikemukakan oleh para ahli berkenaan dengan motivasi, diantaranya adalah teori kognitif, teori hidonistis, teori insting, teori psikoanalitis, teori keseimbangan dan teori dorongan. a. Teori Kognitif Teori ini mengatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak digerakkan oleh motivasi tetapi oleh rasio. Teori ini memiliki kelemahan, yaitu tidak menyadari bahwa kadang-kadang tindakan manusia berada di bawah kontrol rasio, sehingga teori ini sukar untuk dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, hal ini akan terjawab bila konsep motivasi mendapat tempat dibelakang setiap tingkah laku, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. b. Teori Hedonitis Teori Hedonitis menyatakan bahwa setiap langkah manusia pada dasarnya mempunyai suatu tujuan hal-hal yang menyenangkan serta menghindari hal- hal yang menyakitkan. Teori ini memiliki kelemahan dan dipandang kurang ilmiah karena hanya melandasi diri pada pengalaman subjektif saja. Masalah 68 keadaan menyenangkan dan menyakitkan yang dialami seseorang akan sangat tergantung pada adaptasi seseorang dengan rangsangan yang mendahuluinya. c. Teori Insting Teori insting berpendapat bahwa setiap orang telah membawa potensi biologis sejak ia dilahirkan. Dengan demikian potensi inilah yang menuntun seseorang bertindak. Teori ini mempunyai kelemahan karena sangat sukar untuk daftar- daftar insting yang mencakup segala bentuk tingkah laku manusia. d. Teori Psikoanalitis Teori psikoanalitis Freud merupakan pengembangan dan teori insting. Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu insting kehidupan seseorang untuk tetap hidup dan insting kematian. Yang mendorong seseorang untuk menghancurkan dirinya sendiri. Selain itu, teori ini juga melihat bahwa motif tidak sadar dapat menampakkan diri dalam berbagai bentuk mimpi dan salah ucap. Kritik terhadap ini berkisar pada keraguan bahwa mimpi dan salah ucap merupakan akibat dan motif yang tidak disadari. e. Teori Kesinambungan Teori keseimbangan berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan dalam diri manusia. Prinsip teori ini adalah diawali dan keadaan tidak seimbang, kemudian menemukan keseimbangan setelah itu menimbulkan ketidakseimbangan baru yang diikuti dengan keseimbangan yang baru dan begitu seterusnya. 69 f. Teori Dorongan Teori dorongan memberi tekanan pada hal yang mendorong terjadinya tingkah laku. Dorongan merupakan suatu tenaga dari dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu. Teori dorongan ini semakin diakui setelah muncul teori keseimbangan karena dorongan merupakan salah satu usaha untuk dapat mengembalikan kepada keadaan seimbang dalam diri seseorang. Melihat kepada berbagai teori di atas, dapat diketahui bahwa tingkah laku manusia disebabkan oleh adanya kebutuhan dan ditambah dengan adanya dorongan tertentu. Dengan adanya kebutuhan dan dorongan ini seseorang merasa siap untuk melakukan sesuatu perilaku tertentu. Jika keadaan siap itu mengarah kepada sesuatu kegiatan kongkrit disebut sebagai motif. Selanjutnya usaha mengingatkan motif-motif tersebut terjadi tingkah laku kongkrit disebut dengan tingkah laku bermotivasi. Manusia akan bermotivasi bila di dahului dengan adanya suatu keinginan. keinginan tersebut muncul melalui proses perspsi yang diterima dan dipengaruhi oleh kepribadian, sikap, pengalaman dan harapan seseorang untuk kemudian sesuatu yang diterima tersebut diberi arti oleh orang yang bersangkutan menurut minat dan keinginannya. Motivasi kerja adalah suatu kerja yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja dalam psikologi karya bisa disebut pendorong semangat kerja. Kuat lemahnya motivasi kerja seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya. Dengan demikian motivasi kerja berarti 70 dorongan atau kehendak seseorang untuk melaksanakan tindakan atau kegiatan dalam lingkup tugas-tugas yang memerlukan pekerjaanjabatannya di lingkungan organisasi Nawawi, 2003.

II.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Mangkunegara 2004 menyatakan ada beberapa faktor-faktor pendorong timbulnya motivasi, diantaranya:

a. Kemampuan individu

Seorang petugas tidak dapat terlepas dari kenyataan bahwa mereka adalah sosok individu yang membutuhkan keinginan dan harapan dari tempat dimana dia bekerja. Pemenuhan kebutuhan dalam rangka peningkatan kesejahteraan hidup dilakukan melalui proses trasformasi kemampuan dan keahlian di suatu perusahaan dengan harapan adanya imbalan atas jasa yang diberikan seorang petugas melalui trasformasi kemapuan dan keahliannya. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang individu harus menguasai dengan benar-benar apa yang menjadi bidang tugasnya. Seorang individu dalam kapasitasnya sebagai seorang petugas diharapkan memiliki kemampuan yang sesuai dengan kompetensinya dalam pelaksanaan pekerjaannya. Dalam kaitannya dengan motivasi, bahwa kemampuan individu dapat dikatakan sebagai suatu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya motivasi. Apabila seorang individu memiliki kompetensi yang baik dalam mendukungnya dibidang pekerjaannya, maka secara tidak langsung akan tumbuh daya motivasi dari dalam 71 dirinya untuk meningkatkan kinerja secara lebih baik melalui kemampuan individunya tersebut.

b. Budaya Organisasi

Menurut Robbins 1996, budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh anggota–anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya. Beberapa karakteristik budaya organisasi diantaranya adalah toleransi terhadap tindakan berisiko, integrasi, dukungan manajemen, kontrol, dan sistem imbalan. Menurut Schein 1992:12, budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi. Di dalam suatu organisasiperusahaan perlu pemeliharaan dan pembinaan budaya organisasiperusahaan secara komprehensif dan terpadu. Perlunya pemeliharaan dan pembinaan tersebut diharapkan mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam rangka peningkatan kinerja, motivasi dan semangat kerja. Dalam kaitannya dengan motivasi, jelas terlihat bahwa dengan adanya iklim kerja yang kondusif dan harmonis oleh karena pemeliharaan dan pembinaan budaya organisasi yang baik, akan meningkatkan motivasi terhadap individu maupun kelompok dalam meningkatkan produktivitas kerja. 72

c. Kepuasan Bekerja

Kepuasan kerja merupakan suatu kondisi pekerjaan yang mendukung atau tidak mendukung diri petugas yang berhubungan dengan pekerjaan maupun dengan kondisi dirinya. Ketika suatu kondisi yang terjadi dilingkungan pekerjaan seorang individu mendukung hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan maupun dengan kondisi dirinya, maka akan dapat dipastikan bahwa dalam diri individu tersebut akan timbul dorongan motivasi untuk melakukan yang terbaik dilingkungan pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja individu yang bersangkutan. Adanya persamaan antara kepuasan kerja dengan motivasi semakin mempererat hubungan bahwa kepuasan kerja merupakan faktor-faktor timbulnya motivasi. Persamaan tersebut digambarkan pada dorongan untuk melakukan sesuatu demi tercapainya suatu tujuan organisasiperusahaan. Dalam kajian umum, faktor-faktor pembentuk timbulnya motivasi terbagi atas 2 dua bagian, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seorang individu intern dan faktor yang berasal dari luar ekstern.

1. Faktor intern

Dokumen yang terkait

Analisis Perubahan Tutupan Lahan Kota Lubuk Pakam Antara Tahun 2012 Dengan 2015

3 63 68

Implementasi Pemberian Remisi Khusus Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Lubuk Pakam

3 88 85

Pengaruh Motivasi Dan Kedisiplinan Terhadap Kinerja Petugas Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan

7 41 160

Analisis Pengaruh Pemberian Insentif Dan Tunjangan Risiko Terhadap Kinerja Petugas Pemasyarakatan Bagian Pengamanan Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Medan

1 48 137

Hubungan Kondisi Kerja Dan Karakteristik Individual Dengan Stres Kerja Pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Lubuk Pakam 2008

3 60 108

Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kepala Lembaga Terhadap Kinerja Petugas Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Di Medan

3 53 126

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS PENGURUS PNPM Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Dan Semangat Kerja Terhadap Produktivitas Pengurus Pnpm (Studi Explanatif Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi dan Semangat

0 1 16

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS PENGURUS PNPM Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Dan Semangat Kerja Terhadap Produktivitas Pengurus Pnpm (Studi Explanatif Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi dan Semangat

0 1 16

Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi terhadap Kinerja Petugas Lembaga Pemasyarakatan.

3 12 18

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - PENGARUH KEPEMIMPINAN, BEBAN KERJA, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PETUGAS JAGA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A MATARAM

0 0 21