Pengisian tentang Kala II Pengisian tentang Kala III

pencatatan bila terjadi rujukan sangat penting karena melalui pencatatan yang dilakukan oleh bidan bila terjadi rujukan dapat mempermudah tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan yang tepat untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

h. Pengisian tentang Kala I

Pelaksanaan pengisian kala I telah dilakukan oleh bidan. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa pengisian partograf melewati garis waspada, masalah lain jika melewati garis waspada dan penatalaksanaan masalah tersebut mayoritas diisi dalam partograf sebanyak 34 97,1. Namun tampak dari pengisian hasil dari masalah tersebut dalam partograf masih rendah sebanyak 25 71,4. Hal ini tidak sesuai dengan pengisian kala I pada halaman belakang partograf. Menurut Depkes 2011, pengisian kala I pada halaman belakang partograf berisi tentang partograf melewati garis waspada, masalah lain jika melewati garis waspada, penatalaksanaan masalah tersebut dan hasil dari masalah tersebut. Seharusnya bidan melakukan pengisian hasil dari masalah tersebut terhadap seluruh partograf. Pengisian hasil dari penatalaksanaan masalah yang telah dilakukan oleh bidan sangat penting, karena hasil tersebut dapat menjadi bukti bahwa bidan telah memberikan asuhan yang tepat terhadap ibu dan bayi, dan juga menjadi tolak ukur dalam keberhasilan pelayanan yang telah diberikan.

i. Pengisian tentang Kala II

Pelaksanaan pengisian kala II telah dilakukan oleh bidan. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa pengisian distosia bahumayoritas diisi dalam partograf sebanyak 33 94,3. Namun tampak dari pengisian episiotomidalam partograf masih rendah sebanyak 23 65,7. Universitas Sumatera Utara Hal ini tidak sesuai dengan pengisian kala II pada halaman belakang partograf. Menurut Depkes 2011, pengisian kala II pada halaman belakang partograf terdiri dari episiotomy, pendamping pada saat persalinan, gawat janin jika terjadi, distosia bahu,masalah lain jika terjadi. Seharusnya bidan melakukan pengisian episiotomi terhadap seluruh partograf. Menurut Sumarah 2008, episiotomi adalah insisi perineum,episiotomi dilakukan secara rutin terutama pada primipara, tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat episiotomi, pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat menyebabkan peningkatan jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum bagian posterior, meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari pertama post partum. Indikasi episiotomi dilakukan bila terjadi gawat janin, persalinan pervaginam dengan penyulit, terdapat jaringan parut pada perineum atau vagina, perineum kaku dan pendek. Pola episiotomi dapat dilakukan secaraa lateral, medial dan medio lateral.

j. Pengisian tentang Kala III

Pelaksanaan pengisian kala III telah dilakukan oleh bidan. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa pengisian berapa lama kala III berjalan, pemberian oksitosin 10 U IM, masase fundus uteri dan plasenta lahir lengkap seluruhnya diisi dalam partograf sebanyak 35 100. Namun tampak dari pengisian laserasi perineum dalam partograf masih rendah sebanyak 27 77,1. Hal ini tidak sesuai dengan pengisian kala III pada halaman belakang partograf. Menurut Depkes 2011, pengisian kala III pada halaman belakang partograf terdiri dari Universitas Sumatera Utara inisiasi menyusui dini, berapa lama kala III berjalan, pemberian oksitosin 10 U IM, pemberian ulang oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir 30 menit, laserasi, laserasi perinieum derajat, atonia uteri, jumlah darah yang keluar jika terjkadi atonia uteri, masalah dan penatalaksanaan atonia uteri. Seharusnya bidan melakukan pengisian laserasi perineum terhadap seluruh partograf. Menurut Cunningham 2013, laserasi perineum dapat diklasifikasikan dari derajat satu sampai dengan derajat empat. Laserasi derajat satu adalah robekan superficial yang elibatkan mukosa vagina atau kulit perineal, laserasi derajat dua meluas ke fasia dan otot yang melingkari vagina, laserasi derajat tiga meluas ke otot spingter ani eksternus dan laserasi derajat empat meluas kearah lumen anorektal, dengan demikian meliputi kerusakan spingter ani eksternus dan internus. Pengisian laserasi perineum merupakan data pasien yang harus diisi oleh bidan terhadap tindakan apa saja yang telah diberikan oleh bidan dan berguna untuk mengetahui sejauh mana terjadinya robekan jalan lahir yang terjadi pada ibu, seperti kita ketahui bahwa bidan hanya mempunyai kompetensi untuk melakukan penjahitan luka perineum derajat satu dan dua.

k. Pengisian tentang Kala IV