21
denganpersyaratan yang berlaku, dicatat register, diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek Sofyan, 2008.
2. Kode etik profesi bidan
Menurut Wahyuningsing 2005 dalam bukunya. Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional Bidan
Indonesia X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam rapat kerja Nasional Rakernas IBI tahun1991, kemudian disempurnakan dan
disahkanpada Kongres Nasional IBI ke XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam perilaku, kode etik bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya
tertuang dalam mukadimah, tujuan dan bab. Secara umum Kode Etik tersebut berisi 7 bab, ketujuh bab dapat dibedakan atas tujuh bagian yaitu :
a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat 6 butir b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya 3 butir
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya 2 butir d. Kewajiban bidan terhadap profesinya 3 butir
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri 2 butir f.
Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air 2 butir g. Penutup 1 butir.
3. Hak dan kewajiban pasien
a. Hak Bidan
1 Bidan berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya. 2
Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
22
3 Bidan berhak menolak keinginan pasien klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi 4
Bidan berhak atas privasi kedirian dan menuntut apabila nama baik nya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.
5 Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai 6
Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai dengan apa yang telah dicapainya.
b. Kewajiban Bidan
Menurut PPIBI, 2006, kewajiban bidan terdiri dari : 1
Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana
pelayanan dimana ia bekerja. 2
Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.
3 Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang
mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien. 4
Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga.
5 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan
ibadah sesuai dengan keyakinannya. 6
Bidan wajib merahasiakan segala ssuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
7 Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang
akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul.
Universitas Sumatera Utara
23
8 Bidan wajib meminta persetujuan tertulis informed consen atas
tindakan yang akan dilakukan. 9
Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien.
10 Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal.
11 Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
Universitas Sumatera Utara
24
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor
yang diaggap penting untuk masalah Hidayat, 2011. Untuk mengetahui pelaksanaan dokumentasi kebidanan pada ibu bersalin, maka penulis menyusun
kerangka konsep sebagai berikut :
Skema 3.1 Kerangka konsep pelaksanaan dokumentasi kebidanan pada ibu bersalin oleh
bidan di Kecamatan Medan Deli Kota Medan tahun 2014.
Pelaksanaan dokumentasi kebidanan pada ibu
bersalin • SOAP
• Partograf
Universitas Sumatera Utara