44 Pohon-pohon yang masih berbuah antara
lain adalah durian, kepundung, salak, nangka belanda, kelengkeng dan gandaria
Pohon yang berbunga antara lain adalah sawo manilo,kepel dan gayam. Pohon yang
berbuah adalah wuni, kepundung dan alpukat
Pohon yang berbunga antara lain adalah kawista, durian dan sawokecik. Pohon
yang berbuah antara lain adalah alpukat, duku, kepundung, dan wuni. Padi di
sawah mulai berisi dan bahkan ada yang mulai menguning
Pohon alpukat, jeruk nipis, duku dan salak berbuah
Umbi-umbian dan padi-padian mulai panen
Pohon yang berbuah adalah jeruk keprok, nanas, alpukad dan kesemek
7 Kapitu
8 Kawolu
9 Kasanga
10 Kadasa 11 Dhesta
12 Sadha
2.4.2. Konservasi kebun dan pekarangan rumah
Tingkat kepadatan penduduk yang rendah di kawasan pedesaan menyebabkan penduduk mempunyai banyak tempat
untuk menanam tumbuhan. Berbacam-macam tumbuhan telah ditanam oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan. Pada
mulanya, bisa jadi kebun dan pekarangan rumah adalah tempat “penimbunan” sumberdaya penghasil makanan, buah dan
sumberdaya lainnya disekitar manusia tinggal. Tujuannya jelas, yaitu memudahkan akses terhadap sumberdaya, dan
mengurangi resiko kecelakaan atau bahaya lainnya saat memperoleh sumberdaya tersebut diluar lingkungan
pemukiman.
45 Nampaknya sistem-sistem manajemen pengelolaan kebun
dan pekarangan rumah ini berjalan dan berkembang seiring dengan gagasan kultivasi spesies-spesies dalam sejarah pertanian
dan peternakan umat manusia. Perbedaan antara manajemen kebun dan pekarangan rumah dengan area persawahan
kemudian menjadi sangat jelas. Jenis-jenis yang kemudian mempunyai nilai strategis dalam hal perekonomian kemudian
lebih mengalami ekstensifikasi perluasan lahan pengelolaan dan intensifikasi terkait dengan usaha pemuliaan bibit yang
dilakukan terus menerus, sementara jenis-jenis tanaman yang bersifat “melengkapi” kehidupan sehari-hari, terutama yang
terkait sosial dan budaya tetap dikonservasi dalam kebun dan pekarangan rumah.
Karena masyarakat tumbuh secara bebas terhadap kelompok lainnya, sedemikian juga budaya dan sistem-sistem
kemasyarakatan yang dikembangkannya, maka terdapat pola- pola arsitektural dan manajemen pengelolaan kebun dan
pekarangan rumah yang berbeda sebagai wujud keragaman apresiasi masyarakat terhadap tanaman disekitarnya. Satra-
sastra lokal seringkali memberikan petunjuk dalam hal manajemen kebun dan pekarangan sebagai bagian dari anjuran
dan pantangan menjalani hidup. Kitab-kitab tertentu dalam sastra Jawa telah membuat daftar tetumbuhan yang
diperbolehkan ditanaman dihalaman rumah, dan jenis-jenis yang tidak baik untuk ditanaman didepan rumah. Catatan
sebelumnya yang lebih kuno tentang kebun dan pekarangan tertera dan terpahat dalam relief candi-candi di Pulau Jawa.
Tumbuh-tumbuhan yang ditunjukkan dalam relief Candi Borobudur antara lain adalah Durian, Lontar, Kelapa, Duku,
sejenis Jambu, Pisang, Kecubung, Nangka, Manggis, Mangga, Pinang sirih, Talas-talasan, dan Kembang sepatu adalah jenis-
jenis yang digambarkan tumbuh disekitar komunitas manusia pada relief-relief candi.
Di Indonesia, ekosistem kebun dan pekarangan rumah adalah salah satu pusat bagi keanekaragaman hayati di area
46 pemukiman penduduk di pedesaan. Banyak penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa kebun dan pekarangan rumah adalah habitat bagi anekaragam tumbuhan. Kubota et al., 2009
mencatat bahwa kebun dan pekarangan rumah di desa Selajambe Jawa Barat setidaknya mengandung 169 tanaman berguna. Di
Desa Rajegwesi yang merupakan desa pesisir selatan di Kabupaten Banyuwangi, Pamungkas et al., 2013 menyatakan
bahwa kebun dan pekarangan rumah adalah habitat potensial bagi konservasi rempah-rempah. Penelitian Pamungkas et al.,
2013 sebelumnya mengidentifikasi keberadaan rempah-rempah di kebun masyarakat pesisir Banyuwangi di Rajegwesi. Kebun-
kebun dan pekarangan rumah kaya akan rempah-rempah dari kelompok tumbuhan penghasil rimpang, antara lain Jahe,
Kencur, Pandan, Piper dan lainnya. Beberapa kebun dan pekarangan rumah adalah habitat bagi vanili. Pada kebun-kebun
di dataran tinggi Tengger, seringkali dijumpai tanaman Adas yang tumbuh liar dan tidak dibudidayakan. Sampai sejauh ini,
tidak ada indikasi Adas menjadi salah satu komoditas bernilai ekonomi tinggi di desa-desa Tengger.
Kelompok-kelompok rumah adat di Bali memiliki lebih dari 30 jenis tumbuhan dihalamannya, dan sebagain besar ditanaman
untuk keperluan upacara adat. Jarang sekali tanaman-tanaman di pekarangan tersebut diperjual belikan. Masyarakat Kayan
Menyarang di Kalimantan Timur juga diketahui memiliki motif yang berbeda dengan masyarakat Bali. Masyarakat Kayang
Mentarang memanfaatkan kebun dan pekarangan rumahnya sebagai tempat konservasi jenis-jenis sayuran dan buah guna
menunjang kehidupan sehari-hari. Namun demikian, jika hasil dari kebun sangat berlebih, dan terutama untuk menghindari
pembusukan, maka ada kalanya hasil berlebih tersebut dijual.
Jenis-jenis pohon yang mencolok di pedesaan Jawa dan Bali adalah beringin. Kepercayaan masyarakat Jawa dan Bali
mengganggap bahwa pohon ini adalah kediaman- roh-roh, dan ada pantangan tegas untuk tidak mengganggunya. Dapat
dikatakan bahwa hampir setiap tempat-tempat tradisional dan
47 mempunyai nilai spiritual mempunyai pohon beringin. Pohon
lain, yang seringkali disebut-sebut dalam sastra Jawa dan Bali adalah Nagasari dan Kepuh. Penggambaran Kepuh dalam
gunungan wayang kulit Jawa adalah cermin apresiasi masyarakat Jawa terhadap pohon Kepuh. Jenis-jenis semak dan perdu
pekarangan rumah antara lain adalah Acalypha, Jahe merah, Kembang merak, Bunga pagoda, Hanjuang, Kembang sepatu,
Bugenvil dan perdu berbunga lainnya. Jenis-jenis tersebut banyak berfungsi sebagai komponen ornamental dalam lingkungan
peruamahan.
Karakter kebun yang berbeda ditunjukkan oleh masyarakat Tengger. Jika diamati, maka kebun dan pekarangan rumah
Tengger miskin jenis-jenis pohon tetapi kaya akan semak dan herba. Iklim dan kondisi fisik desa-desa di Pengunungan Tengger
membatasi aneka ragam jenis-jenis tumbuhan dataran rendah untuk tumbuh di pegunungan Tengger Gambar 2.4. Halaman
depan rumah-rumah di desa Tengger mempunyai aneka ragam tumbuhan berbunga dan berdaun indah seperti Bunga calla
putih, Bunga cana, Mawar, Brojo lintang, Bakung, Agave, Hanjuang, Daun suji, aneka ragam Aglaonema, Gladiol dan
Dahlia. Di sekitar pegunungan Tengger, hal yang menakjubkan adalah keberadaan tanaman apel di setiap halaman depan
rumah. Apel tumbuh di Indonesia karena introduksi yang dilakukan oleh bangsa Eropa. Saat ini Apel adalah salah satu
kekayaan hayati Indonesia yang tumbuh terbatas di wilayah Malang dan sekitarnya. Tanaman ini mulai dibudidayakan
secara intensif di Batu Malang Barat sejak tahun 1960 dan tahun 1970an mulai ditanam di dataran tinggi Poncokusumo Malang
Timur serta Nongkojajar. Beberapa kultivar apel yang telah dibudidayakan antara lain adalah rome beauty, anna, manalagi,
dan princes noble.
48 Gambar 2.4. Komposisi tumbuhan di pekarangan rumah di empat
desa Tengger: Gubukklakah, Wonokitri, Ngadas dan Ranupani. Sumber: Hakim et al., 2007
Di desa-desa suku Osing, Banyuwangi, kebun dan pekarangan rumah hampir mirip hutan heterogen. Selain
tanaman ornamental de depan rumah, seringkali kebun mempunyai tanaman Kopi yang bercampur dengan Durian,
Manggis, Mahoni, Jabon, Kelapa, Kayu Wuru, Cengkih, Pala, Rambutan, Lansat, Jambu air, dan tumbuhan lainnya. Kebun
dan pekarangan rumah juga merupakan pusat dari rempah- rempah yang dimanfaatkan sehari-hari oleh masyarakat untuk
aneka kebutuhan Hakim et al., 2014. Beberapa jenis diantaranya yang tumbuh liar dan dibudidayakan dirangkum
dalam Table 2.5. Beberapa spesies adalah tumbuhan asli dari Indonesia fitoregion Malesia, dan beberapa jenis adalah
tanaman yang berasal dari kawasan lainnya namun telah ternaturalisasi dalam kawasan Malesia.
49 Table 2.5. Tanaman rempah yang tumbuh dan dibudidayakan
di Kebun masyarakat Osing di Banyuwangi. Spesies
Distribusi asal Cengkeh
Kemiri Lengkuas
Jahe
Kunyit
Cabe rawit
Kencur Sereh
Daun suji Kayu manis
Tumbuhan asli Indonesia, saat ini juga telah dikultivasi di zona paleotropik
Tumbuhan asli di kawasan Asia temperate, Asia tropik dan Australasia
Distribusi asli meliputi Asia temperate – Asia tropik, selanjutnya banyak dikultivasi
di Asia temperate-tropik dan Amerika selatan
Kemungkinan asli Asia tropik; saat ini banyak dijumpai di semua wilayah tropic di
dunia
Kemungkinan asli dari India tropik, saat ini sudah menyeber dan dikultivasi di seluruh
area tropik
Tumbuh alamiah di Amerika utara AS, Meksiko sampai Amerika selatan. Saat ini
banyak dikultivasi di Afrika dan Asia tropik
Rempah asli Asia tropik Tumbuh secara alamiah di Amerika selatan,
saat ini sudah dikultivasi di Afrika, Asia temperate, Asia tropik dan Amerika selatan
Diduga asli Afrika dan Asia selatan. Saat ini banyak tumbuh di kawasan tropik
Tumbuhan asli Asia temperat dan Asia tropik. Dikultivasi pada pulau-pulau di
Pasifik
50 Diduga asli dari India timur, tumbuh alami
di Asia temperate. Saat ini banyak dikultivasi di Asia temperate dan Asia
tropik
Tersebar secara luas di dunia Kemungkinan asli Indonesia, saat ini telah
dikultivasi di beberapa daerah di Asia tropik serta Karibia
Asli Asia tropic dan Asia temperate; saat ini telah dikultivasi di berbagai daerah
Berasal dari Meksiko dan Amerika tengah Karibia, Meso Amerika, Brazilia.
Dikultivasi pada kebanyakan negara tropis karena nilai ekonomi yang prospektif dalam
perdagangan rempah dunia
Tanaman asli Afrika, Asia temperate, Asia tropic, ternaturalisasi di Australisia
Tumbuhan asli Asia temperat-tropik, saat ini dikultivasi di berbagai daerah
Jeruk nipis
Tomat Pala
Jeruk purut Vanili
Kemangi Temu kunci
Catatan: Data distribusi diolah dari basis data Germ Plasm Resources Information Network.
Bambu adalah tumbuhan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Penggunaan bambu juga sangat
beragam. Penanaman bambu di kebun dan pekarangan rumah sangat beragam dan dipengaruhi oleh adat-istiadat. Beberapa
kelompok masyarakat mentabukan menanam bambu di depan rumah, sementara kelompok lainnya tidak mempermasalahkan
hal tersebut. Beberapa bambu yang mempunyai nilai estetika seperti Bambu kuning, Bambu talang, Bambu gendang dan
Bambu pagar secara sengaja ditanaman didepan rumah sebagai ornamen taman. Dibagian belakang seringkali tumbuh Bambu
51 ori, Bambu petung, Bambu apus, dan Bambu jawa. Beberapa
jenis dimanfaatkan sebagai bahan bangunan atau kontruksi sipil lainnya, sementara bagian tunas muda rebung dimanfaatkan
sebagai sayur. Masyarakat juga diketahui memanfaatkan bambu sebagai bagian dari teknologi sederhana penanggulangan
longsor dengan menanam bambu ditebing-tebing yang curam. Masyarakat Indonesia adalah salah satu masyarakat yang secara
intensif memanfaatkan anekaragam jenis bambu untuk kontruksi sipil dan pembuatan peralatan sehari-hari.
2.4.3. Lansekap budaya Cultural landscape