Senyawa metabolit sekunder ETNOBOTANI dan MANAJEMEN KEBUN PEKARANGAN RUMAH

37 Obat-obatan tradisional merupakan dasar pemeliharaan kesehatan penting bagi manusia saat ini, dan hampir 80 penduduk di negara berkembang masih menyandarkan diri pada obat-oban tradisional. Asia, terutama Cina, sampai saat ini adalah kawasan dimana obat-obatan dari bahan alam masih secara intensif dipergunakan. Dalam bidang farmakologi modern, hampir ¼ resep dokter di Amerika Serikat mengandung komponen aktif yang berasal dari tanaman, dan lebih dari 3000 jenis antibiotika berasal dari mikroorganisme. Di Bali, tumbuh-tumbuhan dapat dimanfaatakan sebagai tumbuhan obat disebut Tumbuhan Usada Bali. Tumbuhan Usada Bali muncul sebagai salah satu upaya masyarakat Bali dalam menyembuhkan berbagai penyakit dengan perantaraan tumbuhan atas kehendak Ida Sang Hyang WidhiTuhan Yang Maha Esa melalui para dewa. Terdapat beberapa lontar usada yang menjadi kekayaan literatur kesehatan masyarakat Bali dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai tanaman obat, antara lain adalah Budha Kecapi, Ratuing Usada, Usada Sari, Usada Sasah Bebahi, Usada Netra dan sebagainya. Diperkirakan terdapat lebih dari 50.000 lontar Usada yang memuat hampir 491 tumbuhan. Dari sekitar 121 lontar yang diteliti secara seksama dari Gedong Kertya Singaraja diketahui sebanyak 433 jenis tumbuhan digunakan sebagai tumbuhan obat oleh masyarakat bali. Dari semua jenis lontar usada yang ada, beberapa lontar saat ini masih terawat baik di beberapa tempat seperti, universitas, Gedong Kertya Singaraja dan di Pusat Dokumentasi Provisi Bali. Kebanyakan dari tumbuh-tumbuhan tersebut tumbuh di kebun dan pekarangan rumah masyaraat Bali Siregar et al., 2007.

2.3.2. Senyawa metabolit sekunder

Nilai penting tumbuhan bagi komponen obat-obatan terutama terletak pada berbagai senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan dari tumbuhan. Pertama kali para ahli tumbuhan mempertimbangkan bahwa komponen-komponen ini adalah 38 “sampah metabolisme”, namun demikian saat ini diketahui bahwa senyawa-senyawa tersebut mempunyai peran penting. Bagi tumbuhannya sendiri, beberapa senyawa membantu tumbuhan mengindarkan diri dari gangguan herbivor, dan yang lainnya mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Keberagaman senyawa metabolit sekunder dalam tanaman tersebut membuat orang tertarik untuk mengklasifikasinnya sehingga mudah untuk dipelajari dan digunakan sesuai kepentingannya. Salah satu cara untuk mengklasifikasikan tumbuhan obat adalah berdasarkan senyawa aktif yang dikandungnya. Dua macam komponen senyawa aktif tersebut dapat digolongkan sebagai alkaloid dan glikosid. Alkaloid adalah komponen-komponen senyawa aktif yang saat ini diperkirakan berjumlah kurang lebih 3000 jenis yang telah diidentifikasi dari setidaknya 4000 jenis tumbuhan. Meskipun alkaloid terdistribusi secara luas dalam dunia tumbuhan, namun demikian beberapa famili tumbuhan seperti herba dikotil diketahui kaya akan kandungan alkaloid. Famili- famili penting penghasil alkaloid adalah Fabaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Meskipun secara kimiawi strukturnya sangat beragam, alkaloid mempunyai ciri-ciri utama yaitu: mengandung nitrogen, seringkali adalah senyawa alkali basa, dan mempunyai rasa pahit. Alkaloid mempengaruhi fisiologi manusia dan hewan lewat berbagai cara, tetapi yang paling sering adalah berhubungan dengan sistem syaraf. Meskipun banyak alkaloid digunakan sebagai obat, beberapa adalah racun kuat dan menimbulkan efek halusinasi kuat bagi pemakainya. Dosis alkaloid seringkali digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah alakoid tersebut mempunyai akibat sebagai obat yang menguntungkan atau racun yang merugikan. Jadi, bahan tersebut disebut sebagai racun atau obat akan dipengaruhi oleh dosisnya Makkar et al., 2007. Aplikasi racun adalah teknologi yang telah lama berkembang dikalangan masyarakat tradisional dan saat ini peninggalannya masih dapat diamati terutama pada suku-suku 39 tertentu di pedalaman hutan tropis. Bahan-bahan metabolit sekunder yang diperoleh dari Strychnos nux-vomica, S. toxifera, Chondrodendron tomentosum, Derris elliptica, Fordia coriacea, Diospyros sp., Parartocarpus venenosus, Antiaris toxicaria dan banyak jenis lainnya adalah racun-racun efektif yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari suku-suku dipedalaman untuk berburu dan melumpuhkan lawannya. Racun-racun tersebut terbukti efektif untuk melumpuhkan hewan buruan di hutan-hutan tropic. Sebagaimana alkaloid, glikosid adalah senyawa yang tersebar luas pada tumbuhan. Glikosid berbeda dengan alkaloid karena struktur kimiawinya dilengkapi dengan molekul gula glyco-, sehingga dikenal sebagai glikosid. Komponen- komponen bukan gula dalam struktur kimianya seringkali digunakan sebagai pedoman dalam kategorisasi glokosid. Glikosid-glikosid yang umum dijumpai adalah cyanogenic, glicosides, cardioactive glycosides dan saponins.

2.3.3. Minyak Atsiri