Sistem-sistem pertanian ETNOBOTANI dan MANAJEMEN KEBUN PEKARANGAN RUMAH

42 lingkungan disekitarnya. Terminologi ekologi diperkenalkan pertama kali oleh Ernst Haecel 1866, yang terdiri dari kata “oikos” yang berarti rumah dan “logos” yang mengacu pada ilmu pengetahuan. Meskipun terminologi ini telah diperkenalkan tahun 1866, namun pengetahuan manusia terhadap alam disekitarnya telah berkembang jauh sebelum masa itu. Manusia menyadari bahwa keberadaannya adalah bagian dari kosmos yang tidak terpisahkan.

2.4.1. Sistem-sistem pertanian

Berbagai contoh tentang apresiasi masyarakat tradisional terhadap ekosistem disekitarnya diberikan oleh masyarakat agraris. Tidak jelas mulai kapan apresiasi ini timbul, tetapi dapat dipastikan bahwa pengalaman dan pengetahuan nenek moyang mengalami akumulasi dan selanjutnya disintesis menjadi suatu pengetahuan bersama. Pengelolaan lahan secara tradisional oleh masyarakat seringkali diketahui lebih arif dalam menjaga keberlanjutan ekosistem. Sebagai contoh, dalam sistem pertanian tradional di Indonesia telah mengenal siklus pertanian terkait waktu tanam yang dikenal sebagai pranata mangsa Tabel 2.4 Pranata mangsa adalah hitungan tahun jadi merupakan sistem kalender atau penanggalan waktu di alam berdasarkan jalannya matahari yang bergeser dari equator ke utara dan selatan selama enam bulan. Secara ekologis, peredaran matahari dalam setahun tersebut mempengaruhi keadaan musim di bumi. Dengan adanya pranata mangsa, masyarakat agraris di Pulau Jawa pada masa lampau mengenal waktu tanam dan waktu istirahat sehingga memungkinkan lahan pertanian dan ekosistem sekitarnya mempunyai waktu untuk mengembalikan kondisinya. Agaknya, ide dasar bahwa tanah memerlukan waktu untuk beristirahat setelah menjalankan fungsinya dalam memproduksi bahan makanan telah dipahami benar oleh masyarakat tradisional saat itu. Sistem ini dianggap lebih dapat menjamin sustainabilitas lahan Daldjoeni, 1984; Wiriadiwangsa, 2005. Hal yang sama sebenarnya terjadi pada 43 sistem perladangan berpindah yang terjadi pada masyarakat tradional lainnya seperti suku Dayak di Kalimantan. Selain di Pulau Jawa, sistem yang serupa dengan pranata mangsa di Pulau Jawa adalah vorhalakan di Batak, lontara di Sulawesi Selatan, wariga di Bali dan nyali di Flores Timur. Tidak ada teks-teks yang menjadi rujukan bagi masyarakat tradisional, selain transfer pengetahuan dari mulut-kemulut yang dilakukan dari satu generasi ke genarsi. Tabel 2.4. Pembagian pranata mangsa dan relevansinya dengan tetumbuhan dalam sistem pertanian, kebun dan pekarangan rumah di Pulau Jawa. Mangsa Periodisitas dan jenis tumbuhan kebun dan pekarangan rumah 1 Kasa 2 Karo 3 Katelu 4 Kapat 5 Kalima 6 Kanenem Daun-daun berguguran. Tanaman jambu, durian, manggis, nangka, rambutan, srikaya, cerme, dan kedondong berbunga Benih mulai tumbuh. Pepohonan seperti jambu, durian, mangga, gadung, nangka, dan rambutan mulai berbunga. Sementara pohon jeruk dan sawo kecik berbuah Rumpun bambu, gadung, temu-temuan, kunyit, uwi, gembili dan gembolo mulai tumbuh Tanaman tahunan seperti kepel dan asem mulai berbunga. Tanaman duwet, durian, randu dan nangka mulai berbuah Pohon asam berdaun muda sinom, gadung, kunyit dan temu-temuan berdaun banyak. Pohon duwet, mangga, durian, cempedak dan cerme mulai berbuah. Buah mangga, durian dan rambutan mulai masak pada masing-masing pohonnya 44 Pohon-pohon yang masih berbuah antara lain adalah durian, kepundung, salak, nangka belanda, kelengkeng dan gandaria Pohon yang berbunga antara lain adalah sawo manilo,kepel dan gayam. Pohon yang berbuah adalah wuni, kepundung dan alpukat Pohon yang berbunga antara lain adalah kawista, durian dan sawokecik. Pohon yang berbuah antara lain adalah alpukat, duku, kepundung, dan wuni. Padi di sawah mulai berisi dan bahkan ada yang mulai menguning Pohon alpukat, jeruk nipis, duku dan salak berbuah Umbi-umbian dan padi-padian mulai panen Pohon yang berbuah adalah jeruk keprok, nanas, alpukad dan kesemek 7 Kapitu 8 Kawolu 9 Kasanga 10 Kadasa 11 Dhesta 12 Sadha

2.4.2. Konservasi kebun dan pekarangan rumah