BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Industri Properti dan Real Estate
Aktivitas pengembangan subsektor industri properti dan real estate menurut BAPPEPAM adalah kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun perumahan
atau bangunan komersial dan atau bangunan industri. Bangunan tersebut dimaksudkan untuk dijual atau disewakan kembali, sebagai satu kesatuan atau secara
eceran retail. Aktivitas pengembangan ini juga mencakup perolehan kapling tanah untuk dijual tanpa bangunan.
Secara spesifik perbedaan antara aktivitas dari subsektor properti dan real estate adalah sebagai berikut, aktivitas subsektor industri real estate lebih mengarah
pada kegiatan pengembangan perumahan konvensional disertai dengan sarana pendukung berupa fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya. Di sisi lain, aktivitas
subsektor industri properti lebih mengarah kepada kegiatan pengembangan bangunan hunian vertikal antara lain apartemen, kondominium, rumah susun, bangunan
komersial antara lain perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan industri. Dari segi pengelolaannya, subsektor industri real estate lebih membebaskan
pemindahan hak kepemilikan dari pengembang kepada pemilik bangunan baru penghuni pemukiman sehingga pemeliharaan dan pengelolaan bangunan
diserahkan sepenuhnya kepada pemilik yang bersangkutan, sedangkan subsektor industri properti lebih memiliki ketergantungan dalam hal pemeliharaan dan
pengelolaan bangunan miliknya. 6
Universitas Sumatera Utara
Dari segi pendapatan, pendapatan subsektor industri real estate diperoleh dari penjualan dan peningkatan harga tanah, sedangkan pendapatan subsektor industri
properti berasal dari penjualan, penyewaan, pengenaan service charge, dan lain-lain.
2.2 Manajemen Laba 2.2.1 Pengertian manajemen laba
Manajemen laba merupakan kegiatan yang dilakukan manajemen dalam memilih metode akuntansi yang berlaku untuk memaksimalkan laba atau
pendapatan perusahaan. Manajemen laba dalam praktik legalnya berarti usaha untuk mempengaruhi angka laba yang tidak bertentangan dengan aturan
pelaporan keuangan yang berlaku dalam prinsip-prinsip akuntansi berterima umum PABU, di jaman sekarang ini sudah menjadi hal umum yang
dilakukan oleh para manajer, adapun pengertian dari manajemen laba menurut beberapa peneliti tergantung dari sudut pandang masing-masing, adalah:
Scott 1997 mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Given that
managers can choose accounting policies from a set for example, GAAP, it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own
utility andor the market value of the firm ”. Dari definisi tersebut manajemen
laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka
dan atau nilai pasar perusahaan. Scott 1997 membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi
dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku opportunistik manajer untuk
7
Universitas Sumatera Utara
memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontak utang, dan political costs opportunistic earnings management. Kedua, dengan
memandang manajemen laba dari prespektif efficient contracting efficient earnings management, dimana manajemen laba memberi manajer suatu
fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-
pihak yang terlibat dalam kontrak. Dari sudut pandang etika, Schipper 1998 dalam Sutrisno 2002
menyatakan bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh
beberapa keuntungan pribadi sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut.
Fischer dan Rosenzweig 1995 mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan
menurunkan laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan penurunan profitabilitas ekonomi
unit.
2.2.2 Alasan dilakukannya manajemen laba
Dalam mengukur prestasi kerja manajemen secara khusus dan perusahaan secara umum maka manajemen melakukan manajemen laba
sedemikian rupa agar prestasi kerja mereka terlihat baik. Scott 2000 mengemukakan beberapa motivasi lain terjadinya
manajemen laba, yaitu
:
8
Universitas Sumatera Utara
1. Bonus purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen labadengan
memaksimalkan laba saat ini.
2. Political motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkanpada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi labayang
dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yangpaling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan
tujuanuntuk penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja
perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial public offering IPO
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
2.2.3 Teknik-teknik manajemen laba
Menurut Sulistyanto 2008, ada banyak cara yang dilakukan manajer dalam mempengaruhi laporan keuangan, yang secara singkat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Memilih metode dan standar akuntansi
Kebijakan ini relatif lebih mudah diketahui oleh pemakai laporan keuangan, karena prosedur yang digunakan manajer dalam menyusun laporan
keuangan harus diungkapkan dengan jelas dalam catatan laporan keuangan bersangkutan, termasuk jika terjadi perubahan metode dan prosedur
akuntansi yang digunakan.
9
Universitas Sumatera Utara
2. Mengendalikan berbagai akrual
Kebijakan ini relatif lebih sulit terdeteksi oleh pemakai laporan keuangan, sehingga manajer lebih cenderung memilih kebijakan rekayasa dengan
mengendalikan berbagai akrual. Manajemen laba dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan,
sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan
melakukan penyusunan laporan keuangan. Alasannya, komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan bukti kas secara fisik
sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan perusahaan.
Basis akuntansi ini merupakan dasar pencatatan akuntansi yang mewajibkan perusahaan mengakui hak dan kewajiban tanpa memperhatikan kapan kas
akan diterima atau dikeluarkan. Sebagai contoh, untuk memperkecil laba, perusahaan dapat menunda mengakui pendapatan periode berjalan menjadi
periode berikutnya,
c
ontoh rekayasa periode biaya atau pendapatan yaitu : mempercepat pengakuan biaya riset pada periode sekarang atau menunda
pengakuan biaya riset dan pengembangan sampai dengan periode akuntansi selanjutnya.
Selain itu dapat dilakukan dengan pemilihan metode pencatatan, menggunakan pendekatan pendapatan atau pendekatan beban, sebagai
contoh : “Pendapatan diterima di muka” misalnya pada tanggal 1 Oktober 2012, perusahaan menyewakan bangunan untuk masa satu tahun sebesar 24
10
Universitas Sumatera Utara
juta. Apabila perusahaan menggunakan pendekatan pendapatan maka pada tanggal 1 Oktober perusahaan mencatat kas pada sewa diterima dimuka
sebesar Rp. 24.000.000,-. Sedangkan apabila perusahaan menggunakan pendekatan beban maka perusahaan akan mencatat kas pada pendapatan
sewa sebesar Rp. 24.000.000,-. Maka dari pencatatan dengan menggunakan pendekatan pertama diperoleh
kas di neraca sebesar Rp. 24.000.000,- , dan sewa diterima di muka juga dicatat di neraca sebesar Rp. 24.000.000,-. Sedangkan untuk pendekatan
beban, perusahaan mencatat kas di neraca sebesar Rp. 24.000.000,- dan pendapatan sewa di laba rugi sebesar Rp. 24.000.000,-. Pada metode
pertama hutang bertambah sebesar Rp. 24.000.000 sedangkan untuk metode kedua diakui sebagai pendapatan sebesar Rp. 24.000.000,-
2.2.4 Model-model manajemen laba
Scott 2000 menyatakanan beberapa bentuk atau model-model dari manajemen laba :
1. Taking a bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar untuk
meningkatkan laba di masa yang akan datang. 2.
Income minimization menurunkan laba Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas
yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
11
Universitas Sumatera Utara
3. Income maximization meningkatkan laba
Dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang
tinggi untuk bonus yang lebih besar dan untuk mendapatkan reaksi yang positif dari pasar.
4. Income smoothing perataan laba
Income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang
terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.2.5 Teori manajemen laba
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui positive accounting theory PAT dan agency theory.
1. Positive accounting theory PAT
Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman 1986
adalah : a.
The bonus plan hypothesis Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer
perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat
ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.
12
Universitas Sumatera Utara
b. The debt to equity hypothesis debt covenant hypothesis
Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana
tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.
c. The political cost hypothesis size hypothesis
Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang
dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul
dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.
2. Agency theory
Teori agen memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata- mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan
konflik kepentingan antara principal dan agent. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat
memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal.
13
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Discretionary accruals
Manajemen laba dihitung dengan menggunakan discretionary accrual DA. Menurut Sulistyanto 2008, akuntansi akrual terbagi menjadi dua
komponen yaitu discretionary accruals dan nondiscretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual hasil rekayasa manajerial
dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar akuntansi.
Nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang diperoleh secara alamiah dari dasar pencatatan akrual
dengan mengikuti standar akuntansi yang diterima umum. Contoh dari nondiscretionary accruals adalah metode depresiasi dan penentuan persediaan
yang dipilih harus mengikuti metode yang diakui dalam prinsip akuntansi. Sedangkan dalam discretionary accruals lebih diberi kebebasan, sehingga
lebih mudah untuk dipermainkan dengan kebijakan manajerial. Discretionary accruals yang dihitung dengan cara menselisihkan total
accruals TA dan nondiscretionary accruals NDA. Model Modified Jones yang merupakan perkembangan dari model Jones yang dapat mendeteksi
manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya.
2.3 Pengungkapan Laporan Keuangan 2.3.1 Laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dari data-data keuangan
perusahaan untuk pihak-pihak tertentu di luar perusahaan yang membutuhkan,
14
Universitas Sumatera Utara
Menurut Syafri 105, laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu dan dan
jangka waktu tertentu. Pada umumnya laporan keuangan yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, meliputi: neraca balance sheets, laporan
laba rugi income statement, laporan arus kas cash flows statements, laporan perubahan ekuitas statements of changes in equity dan catatan atas laporan
keuangan notes to financial statements. Menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan” IAI, 2002:4, tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban stewardship. Adapun para pengguna laporan keuangan
dapat berasal dari dalam perusahaan internal maupun dari luar perusahaan eksternal.
Laporan keuangan yang dibuat harus memenuhi kriteria persyaratan laporan akuntansi keuangan. PAI dan APB statement No.4 memiliki persepsi
yang sama tentang karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu: 1.
Relevan Informasi dalam laporan keuangan harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan yaitu harus dapat membantu mereka mengevaluasi peristiwa-peristiwa masa lalu, masa kini,
15
Universitas Sumatera Utara
atau masa depan. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.
2. Dapat dipahami
Kualitas informasi yang ditampung dalam laporan keuangan haruslah dapat dipahami oleh pemakai. Informasi keuangan yang dapat dipahami
adalah informasi yang disajikan dalam bentuk dan bahasa teknis yang sesuai dengan tingkat pengertian pengguna.
3. Andal
Informasi dalam laporan keuangan memiliki kualitas yang andal reliable dan dapat diuji kebenarannya yaitu bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur faithful representation.
4. Netral
Laporan keuangan yang disajikan haruslah netral dan tidak berpihak dan tidak ditujukan untuk suatu kalangan tertentu saja, laporan keuangan harus
dapat digunakan oleh semua kalanganpemakai. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak.
5. Tepat waktu
Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk
menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut. 6.
Dapat dibandingkan
16
Universitas Sumatera Utara
Informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan dengan informasi akuntansi periode sebelumnya pada perusahaan yang sama, atau dengan
perusahaan sejenis lainnya pada periode waktu yang sama.
2.3.2 Konsep pengungkapan
Kata disclosure
memiliki arti
tidak menutupi
atau tidak
menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan
penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha Chairi dan Ghozali, 2003:235.
Wolk et al., 2008: 281-282 mendefiniskan tingkat pengungkapan sebagai berikut:
“Disclosure is concerned with information in both the financial statements and supplementary communications including footnote, post statement events,
managements discussion and analysis of operations for the forth coming year, financial and operating forecasts, the summary of significant accounting
policies and additional financial statements covering segmental disclosure and
extensions beyond historical costs”. Atas dasar definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat
pengungkapan laporan keuangan merupakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan maupun komunikasi pelengkap yang mencakup catatan-
catatan kaki, peristiwa setelah pelaporan, analisis manajemen tentang operasi yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi, serta laporan keuangan
tambahan. Menurut Hendriksen 2002:432 ada tiga konsep pengungkapan yang
umumnya diusulkan, yaitu : pengungkapan cukup adequate disclosure,
17
Universitas Sumatera Utara
pengungkapan wajar fair disclosure, dan pengungkapan penuh full disclosure.
1. Pengungkapan cukup adequate disclosure
Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup atau sepantasnya, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh
peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.
2. Pengungkapan wajar fair disclosure
Pengungkapan wajar atau seperlunya secara tidak langsung menyiratkan suatu tujuan etis, yaitu memberikan perlakuan yang sama
kepada semua pemakai laporan keuangan dengan menyajikan informasi yang layak terhadap pembaca potensial
3. Pengungkapan penuh full disclosure
Pengungkapan penuh menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi sebagian orang pengungkapan penuh berarti penyajian
informasi secara berlimpah sehingga tidak tepat. Menurut mereka, terlalu banyak informasi akan membahayakan. Karena penyajian rinci dan yang
tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan membuat laporan keuangan sulit ditafsir
2.3.3 Jenis pengungkapan
Ada dua jenis pengungkapan laporan keuangan, yaitu: pengungkapan wajib mandatory disclosure dan pengungkapan sukarela voluntary
disclosure. 18
Universitas Sumatera Utara
1. Pengungkapan wajib mandatory disclosure
Pengungkapan wajib mandatory disclosure adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Luas
pengungkapan wajib tidak sama antara negara yang satu dengan negara yang lain. Negara maju dengan regulasi yang lebih baik akan
mensyaratkan pengungkapan minimum atau lebih banyak butir dibandingkan dengan yang disyaratkan negara berkembang.
2. Pengungkapan sukarela voluntary disclosure
Pengungkapan sukarela voluntary disclosure adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa
diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara
lebih luas informasi yang didapat tergantung pada tingkat pengungkapan dari
laporan keuangan yang bersangkutan. Definisi tingkat disclosure adalah tingkat pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan
keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan. Informasi ini menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan. Informasi penjelasan mengenai kesehatan keuangan dapat juga diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus diungkapkan
termasuk infomasi kuantitatif dan kualitatif yang akan sangat membantu pengguna laporan keuangan.
19
Universitas Sumatera Utara
Wolk 1991 dalam Bambang Subroto 2003 mengemukakan bahwa pengungkapan merupakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan
maupun komunikasi pelengkap yang mencakup catatan kaki, peristiwa setelah pelaporan, analisis manajemen tentang operasi yang akan datang, peramalan
keuangan dan operasi dan laporan keuangan tambahan. Laporan keuangan dan komunikasi pelengkap itu disebut dengan pelaporan keuangan financial
reporting. Informasi
yang diungkapkan
dalam laporan
tahunan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib mandatory disclosure dan pengungkapan sukarela voluntary disclosure. Pengungkapan
wajib merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang.
Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.3.4 Tujuan pengungkapan
Menurut Belkaouli 2000:219 tujuan dari pengungkapan antara lain: a.
untuk menjelaskan item-item yang diakui dan item-item yang belum diakui serta menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut,
b. untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui
dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan returnnya.
20
Universitas Sumatera Utara
c. untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di
masa mendatang.
2.4 Hubungan Manajemen Laba dan Pengungkapan Laporan Keuangan
Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham tidak dapat
mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi yang lebih
sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya dan yang disediakan untuk melakukan manajemen laba.
Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pemegang saham memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Glosten
and Milgrom 1985 dalam Lobo and Zhou 2001 mengatakan bahwa peningkatan informasi dalam pengungkapan laporan keuangan akan menurunkan asimetri
informasi. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengungkapan menyebabkan fleksibilitas manajer untuk melakukan manajemen laba akan berkurang karena
berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham, begitu pula sebaliknya sebaliknya semakin rendah tingkat pengungkapan maka akan
menyebabkan fleksibilitas manajer melakukan manajemen laba semakin tinggi karena asimetri informasi antara manajer dan pengguna laporan keuangan semakin
bertambah.
21
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian