Struktur Rantai Pasok Kondisi Rantai Pasok Komoditas Kedelai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Rantai Pasok Komoditas Kedelai

Rantai pasok supply chain adalah seluruh kegiatan yang melibatkan berbagai pihak, baik yang memproduksi dan atau yang menyalurkan barangjasa mulai dari pemasok bahan baku sampai kepada konsumen akhir. Sesuai dengan rencana penelitian, maka rantai pasokpada penelitian ini difokuskan hanya membahas mengenai struktur rantai pasokdan manajemen rantai pasok. Struktur rantai pasokkomoditas kedelai di daerah penelitian melibatkan pelaku- pelaku dimulai dari pemasok bahan baku, petani kedelai, pengolah kedelai, dan pedagang perantara sampai ke tangan konsumen, dimana setiap pihak saling berinteraksi dan terdapat hubungan timbal balik. Kolaborasi manajemenrantai pasokmerupakan bentuk kerjasama dari dua atau lebih perusahaan dalam kegiatan aliran barang yang mempunyai tujuan yang sama. Dalam manajemenrantai pasokdibahas mengenai kemitraan, kesepakatan kontraktual, dan dukungan pemerintah. Adapun tujuan dari sebuah kemitraan rantai pasok adalah untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan skala usaha.Interaksi antar pelaku dalam kemitraan terjalin atas dasar saling membutuhkan.

5.1.1. Struktur Rantai Pasok

Struktur rantai pasok adalahanggota-anggota yang melakukan kegiatan produksi dan penyaluran barangjasa.Struktur rantai pasok komoditas kedelai dapat dianalisis oleh faktor jumlah anggota yang membentuk rantai pasok dan peran yang dimiliki oleh masing-masing anggota. Anggota rantai pasok adalah pihak- 43 Universitas Sumatera Utara pihak yang terlibat dalam aliran produk, aliran finansial, dan aliran informasi. Anggota rantai pasok kedelai dalam penelitian ini terdiri dari pemasok bahan baku, petani kedelai, pengolah kedelai, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen akhir. Konsumen akhir merupakan sumber informasi yang menjadi penentu kualitas dan kuantitas produk. Dalam penelitian ini struktur rantai pasok komoditas kedelai digambarkan sebagai berikut. Gambar 4. Struktur Rantai Pasok Kedelai Dari Gambar 4 yang telah disajikan, dapat diuraikan hubungan antar pelaku dalam struktur rantai pasok komoditas kedelai sebagai berikut: Pemasok Bahan Baku Pemasok bahan baku pada rantai komoditas kedelai merupakan pelaku yang tidak terlibat langsung dalam produksi kedelai namun berperan serta dalam proses produksi sebagai penyedia bahan baku dan alat-alat pertanian. Bahan baku dalam hal ini meliputi benih, pupuk, pestisida, dan alat-alat pertanian yang digunakan untuk menunjang kegiatan usahatani kedelai. Pemasok Bahan Baku Petani Produsen Pedagang Pengumpul Pengolah Kedelai Konsumen Pedagang Pengecer 44 Universitas Sumatera Utara Benih merupakan bahan baku yang sangat penting karena berpengaruh besar terhadap hasil produksi. Apabila kualitas benih yang digunakan petani kurang baik maka tanaman kedelai yang ditanam akan mudah terserang penyakit dan produktivitasnya rendah. Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas benih adalah masa dormansi benih. Jika benih disimpan terlalu lama sedangkan masa dormansinya pendek, benih tersebut tidak dapat diproduksi kembali menjadi kedelai. Pemasok benih di daerah penelitian adalah petani yang menanam kedelai maupun petani yang merupakan penangkar benih kedelai. Petani kedelai yang menjual hasil produksinya ke petani lain untuk dijadikan benih hanya tersedia pada waktu tertentu, yaitu saat panen kedelai. Sedangkan penangkar benih menyediakan benih setiap saat. Ketersediaan benih di daerah penelitian masih tersedia, baik yang bersetifikat maupun tidak bersertifikat.Benih yang dihasilkan oleh penangkar benih dapat bertahan di penyimpanan sampai umur kurang lebih tiga bulan setelah panen. Benih yang dihasilkan oleh penangkar ini merupakan benih bersertifikat karena telah melalui uji coba oleh Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara terlebih dahulu. Biasanya penangkar benih menjual benih kedelai bersertifikat dan berlabel dalam hitungan kilogram. Harga untuk label putih, ungu, ungu1, dan biru masing-masing adalah Rp 15.000, Rp 14.000, Rp 13.000 dan Rp 12.000. Selain penangkar benih, petani juga dapat memperoleh benih kedelai dari petani kedelai. Benih yang diperoleh tidak selalu tersedia karena hanya ada pada saat musim panen. Akan tetapi benih yang diperoleh bukanlah benih bersertifikat 45 Universitas Sumatera Utara sehingga tidak dijamin daya kecambahnya. Benih yang dijual oleh petani kedelai saat panen berkisar antara Rp 9.000-10.000 per kilogram. Pada Tabel 15 menunjukkan bahwa rata-rata biaya benih yang dikeluarkan petani tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh masih banyak petani yang menggunakan benih tidak bresertifikat yang harganya lebih murah daripada benih bersertifikat. Rata-rata harga benih di Kabupaten Langkat adalah Rp 11.711Kg. Semakin tinggi harga benih kedelai maka semakin tinggi juga harga produk kedelai, begitu juga sebaliknya jika harga benih kedelai semakin rendah maka harga produk kedelai juga semakin rendah. Tabel 15. Rata-rata Biaya Penggunaan Benih di Kabupaten Langkat Kategori Penggunaan Benih Kg Harga RpKg Biaya Per petani 39 11.711 471.182 Per hektar 39 11.779 473.920 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 5 Pupuk merupakan unsur hara baik kimia maupun organik yang diberikan kepada tanaman. Tujuannya adalah untuk meningkatkan unsur hara pada lahan dan juga meningkatkan produktivitas tanaman. Pemupukan yang baik adalah jika petani memberikan pupuk kepada tanaman tepat waktu dan tepat dosis. Pemasok pupuk di daerah penelitian merupakan Usaha Dagang UD dan formulator yang bekerja sama maupun tidak bekerja sama dengan pemerintah. UD yang bekerja sama dengan pemerintah menjual pupuk bersubsidi yang harganya jauh lebih murah daripada yang dijual di UD yang tidak bekerja sama dengan pemerintah. Pupuk yang digunakan petani adalah pupuk urea, kandang, TSP, SP36, KCl, Phonska, Agrobost, dan ZPT. Harga pupuk urea, kandang, TSP, SP36, KCl, dan Universitas Sumatera Utara Phonska masing-masing per 50 kilogram yaitu Rp 105.000, Rp 50.000, Rp 360.000, Rp 110.000, Rp 125.000, dan Rp 125.000. Harga pupuk Agrobost, ZPT Score, dan ZPT Regent per liternya masing-masing adalah Rp 42.500, Rp 60.000, dan Rp 260.000. Petani dapat membeli pupuk bersubsidi jika petani tersebut termasuk ke dalam kelompok tani di desa masing-masing. Tabel 16. Rata-rata Biaya Penggunaan Pupuk di Kabupaten Langkat Jenis Pupuk Per Petani Per Hektar Jumlah Biaya Rp Jumlah Biaya Rp Urea 49,69 kg 104.347 49,98 kg 104.953 Kandang 37,11 kg 20.667 37,33 kg 20.787 TSP 11,11 kg 80.000 11,18 kg 80.465 SP36 31,56 kg 69.422 31,74 kg 69,826 KCl 33,22 kg 81.667 33,42 kg 82.141 Phonska 84,44 kg 211.111 84,94 kg 212.338 Agrobost 0,71 liter 30.222 0,72 liter 30.398 ZPT 0,72 liter 30.398 0,37 liter 29.414 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 6 Pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa rata-rata biaya penggunaan pupuk per petani adalah Rp 626.680 dan per hektar adalah Rp 630.322. Penggunaan pupuk rata-rata per hektar oleh petani sudah sesuai anjuran. Misalnya saja untuk pupuk urea, SP36, KCl dianjurkan masing-masing penggunaannya 25-50 KgHa. Tetapi ada juga penggunaan pupuk yang belum sesuai anjuran seperti pupuk kandang yang dianjurkan penggunaannya 5-10 TonHa. Pestisida merupakan pembasmi gulma, hama dan penyakit pada tanaman kedelai. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat menyebabkan kedelai gagal dipanen. Tanaman yang terserang hama dan penyakit juga dapat menyebabkan menurunnya kualitas dan hasil produksi kedelai sehingga dapat merugikan petani. Di daerah penelitian, petani menggunakan pestisida pada tanaman kedelainya sebelum tanam dan saat tanam. Pestisida yang digunakan oleh petani adalah 47 Universitas Sumatera Utara seperti Round Up, Dursban, Virtako, Prevathon dan Decis. Harga masing-masing pestisida yaitu Round Up Rp 70.000 per 1000 ml, Dursban Rp 45.000 per 500 ml, Virtako Rp 90.000 per 100 ml, Prevathon Rp 130.000 per 200 ml, dan Decis Rp 65.000 per 250 ml. Tabel 17. Rata-rata Biaya Penggunaan Pestisida di Kabupaten Langkat Jenis Pestisida Per Petani Per Hektar Jumlah Liter Biaya Rp Jumlah Liter Biaya Rp Round Up 1,20 73.333 1,21 73.759 Dursban 0,40 35.840 0,40 36.048 Virtako 0,01 25.778 0,01 25.928 Prevathon 0,25 130.111 0,25 130.867 Decis 0,12 31.956 0,12 32.141 Total 1,98 297.018 2,00 298.744 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 7 Pada Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan pestisida yang paling banyak digunakan petani di Kabupaten Langkat adalah pestisida Round Up yaitu sebesar 1,2 liter dengan biaya Rp 73.750 per hektar. Penggunaan rata-rata pestisida per hektar oleh petani belum sesuai anjuran dosis yang tertera pada botol kemasan pestisida kecuali Dursban. Pemasok pestisida di daerah penelitian merupakan Usaha Dagang maupun dari perusahaan yang bergerak di bidang pestisida. Perusahaan pestisida atau yang biasa disebut sebagai pihak formulator pestisida ini hanya menjual pestisida saat dibutuhkan. Produk pestisida yang dibutuhkan akan dikirim setelah dilakukan pemesanan oleh petani melalui Dinas Pertanian. Alat-alat pertanian adalah sarana dalam usahatani untuk melakukan kegiatan usahatani mulai dari persiapan lahan sampai produk siap dijual. Petani biasanya dengan mudah mendapatkan peralatan tersebut di kios-kios pertanian di daerah Universitas Sumatera Utara penelitian, dimana umumnya permintaan terhadap sarana tersebut tidak banyak karena pemakaian peralatan tersebut dapat mencapai lebih dari lima tahun. Tabel 18. Rata-rata Jumlah dan Biaya Penyusutan Alat Pertanian per Petani di Kabupaten Langkat Jenis Alat Jumlah Unit Penyusutan RpMusim Tanam Cangkul 1,78 6.883 Garu 1,78 3.260 Sabit 2,05 4.496 Parang 1,82 4.200 Hand Sprayer 1,39 10.221 Threser 0,04 3.780 Mesin Babat 0,05 575 Hand Tractor 0,20 34.039 Terpal 1,16 21.153 Ember 0,82 1.137 Total 89.745 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 9 Pada Tabel 18 menunjukkan bahwa alat-alat pertanian yang dipakai oleh petani kedelai di Kabupaten Langkat adalah cangkul, garu, sabit, parang, hand sprayer, threser, mesin babat, hand tractor, terpal, dan ember. Petani sudah menggunakan alat pertanian modern seperti hand tractor, mesin babat, dan threser. Dari hasil penelitian yang dilakukan, pemasok di daerah penelitian mendapatkan alat-alat pertanian dari dalam maupun luar daerah untuk dipasarkan kepada petani. Hal ini berarti beberapa peralatan yang dibutuhkan tersedia di daerah penelitian. Tetapi untuk teknologi seperti threser, mesin babat, dan hand tractor harus dibeli di luar daerah penelitian. Petani Produsen Petani produsen merupakan pelaku yang melakukan kegiatan on farm dalam rantai pasok komoditas kedelai. Petani memiliki peran penting karena kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pasokan kedelai ke tingkat pengecer sangat ditentukan 49 Universitas Sumatera Utara olehnya. Dengan kata lain, proses produksi menjadi kegiatan penentu keberhasilan usaha agribisnis, sehingga perlu dijalankan secara efektif dan efisien. Efektivitas pada proses produksi dibutuhkan dalam hal mulai dari alokasi sumberdaya yang tepat, perencanaan proses produksi yang baik, hingga implementasi dengan baik dan benar. Efisiensi produksi dapat dicapai dengan melakukan perencanaan dan proses produksi dengan tepat dan meminimumkan pemborosan yang terjadi selama proses produksi. Kegiatan budidaya kedelai tidak dapat direncakan dengan baik dikarenakan faktor cuaca dan harga bahan baku. Sehingga dalam pelaksanaannya, hasil produksi dan produktivitas tidak sesuai dengan yang diharapkan petani. Petani di daerah penelitian memproduksi dan memasok kedelai kepada petani lain untuk dijadikan sebagai benih dalam budidaya kedelai, kepada perantara yaitu pedagang pengumpul, kepada pengolah kedelai untuk diolah kembali, dan langsung kepada konsumen.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan petani adalah persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Budidaya tanaman kedelai di lahan bekas padi sawah dilakukan tanpa pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan dibajak dan diratakan agar mempermudah menanam dan sistem drainase. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan hand tractor atau dengan cangkul. Jika ada gulma pada lahan yang akan ditanami, maka dibersihkan terlebih dahulu secara manual atau menggunakan herbisida. Untuk saluran drainase dibuat sedalam ± 30 cm dengan lebar ± 30 cm dan jarak bedengan 3-4 meter. Tetapi ada juga petani yang tidak membuat saluran drainase karena menganggap kemiringan tanahnya sudah sesuai 50 Universitas Sumatera Utara untuk pengaliran air. Setelah itu, tanah dibiarkan kering kurang lebih 3 minggu agar siap untuk ditanami kedelai. Penanaman kedelai dilakukan dengan ditugal terlebih dahulu dengan jarak tanam 40cm x 20cm dan 40cm x 25 cm. Kemudian dimasukkan 2 sampai 3 benih di setiap lubang tugal dan ditutup dengan tanah ataupun pupuk kandang tanpa perlu dipadatkan. Penanaman dilakukan saat akhir musim hujan, dimana curah hujan atau air akan menurun. Di daerah penelitian, pemupukan dilakukan 0-6 kali. Pemupukan yang dilakukan yaitu pupuk dasar yang dilakukan saat penanaman dan pupuk susulan pada saat tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam, ada juga yang melakukan pemupukan pada 30, 45, dan 60 hari setelah tanam. Pupuk yang di gunakan berbagai macam seperti pupuk urea, TSP, SP36, KCl, Phonska, Agrobost, dan ZPT. Namun ada petani di daerah penelitian yang tidak melakukan pemupukan pada tanaman kedelai karena dianggap tanpa pemupukan, tanaman kedelai akan tetap tumbuh. Pemeliharaan yang dilakukan oleh petani kedelai di daerah penelitian yaitu sesuai keperluan, dapat berupa pembersihan lahan secara berkala dan pemberantasan hama atau penyakit dengan menggunakan pestisida. Petani tidak melakukan penyiraman dikarenakan lahan yang diusahakan adalah lahan tadah hujan, yaitu lahan yang mengandalkan air dari hujan. Hama yang sering menyerang tanaman kedelai adalah belalang, ulat penggulung, ulat grayak, kepik daun, dan walang sangit. Untuk mencegah dan melindungi tanaman kedelai dari serangan hama, tanaman kedelai disemprot dengan insektisida. Proses penyemprotan ini dilakukan saat tanaman kedelai berumur 51 Universitas Sumatera Utara kurang lebih 20 hari setelah tanam, saat benih sudah tumbuh. Selain itu, penyemprotan juga dilakukan petani tergantung dengan keadaan kedelai. Jika kedelai sudah mengalami tanda-tanda mulai terserang hama atau penyakit, maka akan segera dilakukan pembasmian hama atau penyakit yang disesuaikan dengan jenis hama dan penyakit yang menyerang. Biasanya petani melakukan penyemprotan 2-4 kali dalam sekali musim tanam. Kegiatan panen pada umumnya dilakukan petani apabila tanaman kedelai telah berumur kurang lebih 3 bulan setelah masa tanam. Ciri tanaman kedelai yang siap dipanen yaitu daun dan polong yang menguning. Panen dilakukan dengan cara membabat pangkal batang di atas permukaan tanah dengan sabit atau parang, kemudian dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan dijemur sampai kering kurang lebih 2-3 hari. Penjemuran menggunakan alas atau terpal agar kebersihan biji dapat terjamin. Setelah itu hasil panen digiling menggunakan threser atau dapat secara manual dengan memisahkan biji dengan polongnya, kemudian dikeringkan lagi. Pada umumnya biji kedelai yang akan dijual setelah kering dikemas dalam karung goni. Biji kedelai yang dijual kepada petani lain untuk dijadikan benih akan disortasi langsung oleh petani yang akan membelinya. Tabel 19. Rata-rata Hasil Produksi dan Harga Jual Kedelai di Kabupaten Langkat Kategori Hasil Produksi Kg Harja Jual Rp Per Petani 1.884 10.244 Per Hektar 1.895 10.304 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 4 Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2008 menyatakan bahwa produksi tanaman kacang kedelai khususnya varietas Anjasmoro dapat mencapai 2,2-2,5 TonHa.Sedangkan pada Tabel 19 menunjukkan rata-rata hasil produksi kedelai di Universitas Sumatera Utara Kabupaten Langkat adalah 1.895 KgHa. Berbeda jauhnya produktivitas kedelai yang dapat dicapai dengan yang ada di Kabupaten Langkat dapat disebabkan oleh serangan hama, faktor alam, kualitas benih, dan cara budidaya yang kurang tepat. Tabel 20. Rata-rata Pendapatan, Modal Awal, dan Pengembalian Modal di Kabupaten Langkat Kategori Pendapatan RpTahun Modal Awal Rp Pengembalian Modal Tahun Per petani 41.927.183 12.271.388 1,14 Per hektar 42.170.837 12.342.702 1,14 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 15 Pada Tabel 20 disajikan data rata-rata pendapatan petani per tahun yaitu sebesar Rp 41.927.183 dengan rata-rata modal awal sebesar Rp 12.271.388. Hanya dibutuhkan waktu 1,14 tahun atau sekitar 14 bulan untuk mengembalikan modal awal dan mendapatkan keuntungan pada musim tanam yang pertama pada tahun kedua. Hal ini berpengaruh terhadap rantai pasok kedelai di Kabupaten Langkat. Dalam kurun waktu 1,14 tahun, petani sudah bisa mendapatkan keuntungan dari usahatani kedelai. Hal ini seharusnya dapat meningkatkan minat petani dalam mengusahakan tanaman kedelai sehingga dapat menambahkan pasokan kedelai di Kabupaten Langkat. Jika kebutuhan konsumen akan kedelai terpenuhi karena pasokan kedelai yang cukup, maka Kabupaten Langkat tidak perlu mengimpor kedelai. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli hasil produksi kedelai dari petani untuk dijual kembali kepada industri olahan kedelai. Pedagang pengumpul dapat selalu menampung hasil produksi kedelai dari petani dengan harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul. Petani dapat dengan bebas menjual hasil Universitas Sumatera Utara produksinya kepada pedagang pengumpul karena tidak terikat pada kemitraan. Pedagang pengumpul melakukan beberapa fungsi tata niaga yaitu pembelian, penjualan, pengangkutan, pengemasan, dan marketing loss. Tabel 21. Volume Penjualan Kedelai Pedagang Pengumpul di Kabupaten Langkat Pedagang Pengumpul PenjualanMinggu Kg Harga Jual RpKg Stabat 600 11.000 Wampu 1100 10.300 Rata-rata 850 10.650 Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 22 Pada Tabel 21 menunjukkan bahwa rata-rata penjualan kedelai pedagang pengumpul sebesar 850 Kg per minggu dengan harga rata-rata Rp 10.650. Dari hasil penelitian, penjualan kedelai sebesar 1.700 Kg per minggu belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen di Kabupaten Langkat. Maka dari itu, dilakukan impor kedelai dari Taiwan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pengolah Kedelai Pengolah kedelai adalah orang yang melakukan pengolahan kedelai menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi atau siap konsumsi. Hasil produksi kedelai di daerah penelitian diolah kembali untuk dapat dikonsumsi menjadi barang jadi atau setengah jadi seperti tahu, tempe, tauco, kerupuk kedelai, rempeyek dan susu kedelai. Agroindustri atau pengolahan kedelai di daerah penelitian merupakan usaha rumahan. Usaha rumahan yang dimaksud disini adalah usaha tersebut dilakukan di rumah masing-masing pengolah. Pengolah produk tahu di daerah penelitian masih melakukan pengolahan tahu secara konvensional, yaitu secara manual tanpa bantuan mesin. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengolah tahu yaitu pembersihan, pengelupasan kulit kedelai, Universitas Sumatera Utara penghalusan, pemasakan, penyaringan, pemisahan air, pencetakan tahu, dan perebusan. Tahu yang sudah siap dikonsumsi kemudian dijual ke warung, pasar, maupun langsung ke konsumen. Tahu dijual dengan diantarkan menggunakan transportasi motor. Harga produk tahu dijual per papan yaitu Rp 27.000 yang isinya 48 buah. Ada yang menjual per plastik seharga Rp 1.800. Pengolah produk tempe di daerah penelitian ada yang menggunakan daun dan ada yang menggunakan plastik sebagai kemasannya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengolah tempe yaitu pembersihan, pengelupasan kulit kedelai, pemasakan, dan pengemasan. Tempe yang telah dikemas dibiarkan selama kurang lebih dua hari untuk siap dikonsumsi. Tempe yang sudah siap dikonsumsi kemudian dijual ke warung, pasar, maupun langsung ke konsumen. Tempe dijual dengan diantar menggunakan transportasi motor. Tempe dijual dengan harga yang berbeda-beda tergantung ukuran dengan kisaran harga Rp 400-2.000 per bungkus. Pengolah produk tauco di daerah penelitian merupakan usaha rumahan yang dijual ke pedagang pengecer maupun konsumen per kilogram. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengolah tauco yaitu pembersihan, perendaman, pengupasan kulit kedelai, perebusan, fermentasi, penirisan, pencampuran dengan larutan garam dan air, pemasakan, dan pengemasan. Tauco yang sudah siap dikonsumsi kemudian dijual ke warung, pasar, maupun langsung ke konsumen. Tauco dijual dengan diantarkan menggunakan transportasi motor. Harga produk tauco dijual per kilogram dengan kisaran Rp 6.000-20.000. Pengolah produk kerupuk kedelai di daerah penelitian merupakan usaha rumahan yang dijual ke pedagang pengumpul, pengecer maupun konsumen per bungkus. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengolah kerupuk kedelai yaitu pembersihan, Universitas Sumatera Utara perendaman, pengukusan, pengupasan, pemecahan kedelai, pencampuran adonan, pemotongan, pengeringan, dan pengemasan. Kerupuk kedelai yang sudah dikemas merupakan produk setengah jadi karena kerupuk tersebut harus digoreng lagi oleh konsumen akhir. Kerupuk kedelai dijual dengan diantarkan menggunakan transportasi motor, diambil langsung oleh pedagang pengumpul, dan langsung dibeli oleh konsumen. Harga produk kerupuk kedelai dijual per bungkus dengan harga Rp 2.000 atau per kilogram seharga Rp 13.000. Pengolah produk rempeyek di daerah penelitian merupakan usaha rumahan yang dijual ke pedagang pengecer maupun konsumen per bungkus. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengolah rempeyek yaitu perendaman, pembersihan, pemasakan, dan pengemasan. Rempeyek yang sudah dikemas kemudian dijual ke pedagang pengecer dengan diantarkan menggunakan transportasi motor maupun langsung dibeli oleh konsumen. Produk rempeyek dijual dengan harga Rp 8.000bungkus. Pengolah produk susu kedelai di daerah penelitian sudah menggunakan teknologi modern. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengolah susu kedelai yaitu pembersihan, perebusan, perendaman, penghalusan, penyaringan, pemasakan, dan pengemasan. Susu kedelai yang telah dikemas kemudian dijual ke pedagang pengecer maupun langsung ke konsumen. Susu kedelai dijual kepada pedagang pengecer di warung yaitu dengan diantarkan menggunakan transportasi motor yang kemudian dibeli oleh konsumen. Susu kedelai ada juga yang dijual kepada pedagang pengecer keliling menggunakan motor dan digunakan musik untuk menarik konsumen. Susu kedelai dijual dengan harga Rp 1.500cup. Pedagang Pengecer Output 57 Universitas Sumatera Utara Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli hasil produk olahan maupun non olahan kedelai untuk dijual kembali kepada konsumen.Pedagang pengecer mendistribusikan hasil produksi kedelai berupa biji kedelai dan hasil produk olahan kedelai dari pengolah kedelai dan pedagang pengumpul dengan menggunakan motor. Biji kedelai biasanya dijual oleh pedagang pengecer di pasar. Produk olahan kedelai biasanya dipasarkan kepada konsumen di pasar, warung, maupun dengan kendaraan bermotor. Pedagang pengecer merupakan pelaku rantai pasok yang pertama kali menerima saran dan keluhan dari konsumen akhir. Informasi diteruskan dari pedagang pengecer sampai ke petani, kemudian disampaikan ke pemasok bahan baku. Kesalahan yang terjadi pada pemasok bahan baku akan dicari solusinya agar permintaan konsumen terpenuhi. Dan begitu pula apabila kesalahan terjadi pada petani maupun pengolah kedelai. Konsumen Konsumen akhir adalah anggota rantai pasok kedelai terakhir dan menjadi tujuan akhir rantai pasok. Tujuan rantai pasok adalah memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan konsumen. Dalam rantai pasok kedelai, konsumen melakukan pembelian langsung ke pengecer maupun langsung dari pengolah kedelai, membayarnya secara tunai, dan berhak menerima dan memberikan informasi mengenai produk yang telah dibeli dan pelayanan yang diberikan pelaku rantai pasok sebelumnya. Konsumen akhir kedelai merupakan konsumen yang kritis, sehingga kualitas menjadi salah satu alasan pembelian produk kedelai. Selain kualitas, konsumen juga menginginkan produk kedelai selalu tersedia saat dibutuhkan dan harga Universitas Sumatera Utara produk yang terjangkau. Untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut, dibutuhkan kolaborasi dan koordinasi yang baik antar pelaku rantai pasok. Berikut adalah daftar harga beli produk kedelai di tingkat konsumen akhir. Tabel 22. Harga Beli Produk Kedelai di Tingkat Konsumen Akhir Produk Harga Beli Rp Kacang kedelai 10.000Kg Tahu 34.000Papan Tempe 1.500-2.500Bungkus Tauco 8.000-20.000Kg Kerupuk kedelai 3.500Bungkus Rempeyek 8.000Bungkus Susu kedelai 2.000Cup Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 25

5.1.2. Manajemen Rantai Pasok a. Kemitraan