Penyebab lain yang cukup penting dalam menginduksi proses persalinan adalah aktivasi proses inflamasi desidua. Meskipun begitu, aktivasi desidua
sepertinya diperantarai oleh sistem parakrin dari desidua-fetus itu sendiri mungkin melalui penurunan konsentrasi progesteron secara lokal. Pada
kebanyakan kasus persalinan preterm, aktivasi desidua meningkat pada perdarahan intrauterin dan infeksi intrauterin Cunningham et al., 2010;
Goldenberg et al., 2008.
2.2.3. Kelahiran Prematur karena Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini atau Premature Preterm Rupture of Membranes PPROM
merupakan akibat beberapa mekanisme, termasuk infeksi intraamniotik. Namun, penyebab pastinya belum diketahui pasti. Faktor risiko PPROM sama dengan
kelahiran prematur spontan, walaupun infeksi dan paparan rokok berperan penting dalam hal tersebut Goldenberg et al., 2008.
2.3. Patogenesis Kelahiran Prematur
Etiopatogenesis kelahiran prematur diasumsikan mencakup proses-proses berikut: infeksi, iskemia uteroplasenta, gangguan metabolisme hormon, gangguan
toleransi ibu terhadap fetusnya teori janin sebagai allograft, alergi, distensi uterus berlebihan, dan inkompetensi serviks. Dasar proses patogenik kelahiran
prematur adalah inflamasi peradangan. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan mekanisme yang telah disebutkan memicu proses inflamasi
persalinan prematur Koucky et al., 2009.
2.3.1. Infeksi Menurut Koucky et al. 2009 patogenesis kelahiran prematur secara khusus
berhubungan dengan sitokin, matriks metalloprotein, dan prostaglandin. Efek pemicu utamanya terlihat pada pattern recognition receptors—PRR. Reseptor ini
memiliki kemampuan mengidentifikasi struktur molekul tertentu, umumnya mayoritas mikroorganisme. Selain itu, reseptor tersebut juga berikatan dengan
“sinyal berbahaya” dari jaringan yang rusak—produk stres oksidatif
Universitas Sumatera Utara
kemungkinkan berasal dari jalur noninfeksi. Kelompok terpenting diwakili oleh Toll-like receptor TLR. Ikatan ligan pada PRRTLR menghasilkan aktivasi
nuclear kappa B factor, yang stimulasinya berhubungan dengan stimulasi sitokin, matriks metalloproteinase, dan faktor pertumbuhan transkipsi gen. Beberapa
sitokin ini memiliki efek pro atau anti-Inflamasi, misalnya interleukin-6 dan -8 atau interleukin-10. Pada beberapa interleukin, fungsinya berubah secara dinamis
selama inflamasi, misalnya TGF-transforming growth factor. Interleukin-10 dianggap sebagai kunci saat kehamilan maintenance. TGF-beta 1 merupakan
sitokin yang menginisiasi fase inflamasi.
2.3.2. Iskemia Uteroplasenta Masalah keterlibatan iskemia uteroplasenta dalam etiopatogenesis kelahiran
prematur relatif baru dipelajari. Berdasarkan penelitian, terdapat peningkatan jumlah bukti mengenai hubungan trombofilia dengan kelahiran prematur. Secara
bawaan mutasi trombofilik atau didapat sindrom antifosfolipid kondisi trombofilik, kita asumsikan aktivitas koagulasi berlebihan dengan efek potensial
pada mikrosirkulasi plasenta, disfungsi endotel terkait memicu kaskade proses biokimia yang menyebabkan kelahiran prematur Koucky et al., 2009.
2.3.3. Gangguan Metabolisme Hormon Kontraktilitas uterus berubah selama kehamilan dan setelah melahirkan. Inisiasi
melahirkan berhubungan dengan ekspresi gen contraction associated protein CAP, penting untuk perkembangan kontraktilitas uterus. Ekspresi gen tersebut
memproduksi protein penting –Connexin-43—pembentuk utama gap junctions dan reseptor-reseptor. Ia juga bagian struktur dari kanal ion. Regulasi aktivitas
uterus pada masa kehamilan—memastikan relaksasi dari ketegangan otot uterus— masih dipelajari hingga saat ini. Agen terpenting dalam pengaturan ini adalah
progesteron, relaksin, prostasiklin PGI
2
, nitrogen I oksida, dan corticotrophin- releasing hormone CRH. Aktivitas agen tersebut menyebabkan elevasi cAMP
intraseluler yang kemudian akan menginhibisi pelepasan ion kalsium dari deposit intraseluler dan menginhibisi myosin kinase. Namun, aktivitas uterus normal
Universitas Sumatera Utara
terjadi, maka hal ini disebut kontraksi Braxton-Hik yang merupakan tanda melahirkan Koucky et al., 2009.
2.3.4. Gangguan Toleransi Ibu terhadap Fetusnya Menurut Koucky et al. 2009 mekanisme penting toleransi ibu terhadap janinnya
dikarenakan keseimbangan antara downregulation dan upregulation antigen utama MHC Major Histocompatibility Complex. Ketika gen kelas I HLA-A dan
B antigen mengalami downregulation oleh tropoblas, gen kelas HLA-G antigen melindungi janin terhadap respon imun ibu yang diekspresikan selama masa
kehamilan. Tidak adekuatnya identifikasi antigen janin oleh ibu menyebabkan gagalnya pemeliharaan kehamilan.
2.3.5. Alergi Uterus kaya akan sel mast—salah satu sel yang bereaksi terhadap proses alergi.