Definisi dan Epidemiologi Kelahiran Prematur Klasifikasi Kelahiran Prematur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Epidemiologi Kelahiran Prematur

Menurut World Health Organization, kelahiran prematur adalah kelahiran bayi kurang dari 37 minggu usia kehamilan sejak hari pertama periode menstruasi Carlo, 2011. Menurut Beck et al. 2010, kelahiran prematur didefinisikan sebagai bayi yang lahir kurang dari 37 minggu komplit atau 259 hari masa gestasi, hal tersebut yang menentukan angka mortalitas dan morbiditas neonatus dan memiliki konsekuensi jangka panjang untuk kesehatan. Di Amerika Serikat, tingkat kelahiran prematur adalah 12-13, sedangkan di Eropa dan negara berkembang lainnya dilaporkan hanya sekitar 5-9. Kejadian bayi prematur meningkat di negara-negara industri seperti Amerika Serikat meningkat dari 9,5 pada 1981 menjadi 12,7 pada 2005 Goldenberg et al., 2008. Beck et al. 2010 menyatakan bahwa dari 12,9 juta kelahiran tahun 2005, 9,6 merupakan kelahiran prematur. Sekitar 11 juta 85 kelahiran prematur terbanyak di Afrika dan Asia, sedangkan 0,5 juta terjadi di Eropa dan Amerika Utara termasuk Meksiko dan 0,9 juta di Amerika Latin dan Carribbia. Tingkat kelahiran prematur tertinggi di Afrika dan Amerika Utara 11,9 dan 10,6 dari semua kelahiran, dan paling rendah di Eropa 6,2.

2.2. Klasifikasi Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur merupakan penyebab angka morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. Berdasarkan usia kehamilan, kelahiran prematur dapat diklasifikasikan sebagai berikut: sebanyak 5 kelahiran prematur terjadi pada usia kurang dari 28 minggu extreme premature, 20 pada usia 32-33 minggu moderate premature, dan 60-70 pada usia 34-36 minggu near premature Goldenberg et al., 2008. Universitas Sumatera Utara Selain pengelompokkan di atas, prekursor obstetrik yang dapat memicu kelahiran prematur adalah persalinan berdasarkan indikasi medis yang menyebabkan harus dilakukannya sectio caesarea; persalinan prematur spontan dengan membran yang masih intak; dan persalinan prematur karena ketuban pecah dini. Sekitar 30-35 persalinan prematur karena indikasi, 40-45 persalinan spontan, dan 25-30 akibat ketuban pecah dini Goldenberg et al., 2008. 2.2.1. Kelahiran Prematur atas Indikasi Medis Ananth dan Vintzileos 2006 menggunakan data kelahiran Missouri dari tahun 1989 sampai 1997 untuk menganalisis faktor-faktor yang mengindikasikan intervensi pada masa kehamilan kurang dari 35 minggu. Preeklampsia, fetal distress, kecil usia kehamilan, dan abrusio plasenta adalah indikasi umum untuk dilakukannya intervensi medis yang menyebabkan bayi lahir prematur. Penyebab lainnya adalah hipertensi kronik, plasenta previa, perdarahan, diabetes, penyakit ginjal, Rh isoimmunization, dan malformasi kongenital Cunningham et al., 2010. 2.2.2. Kelahiran Prematur Spontan Goldenberg dan kolega menyatakan patogenesis dari kelahiran prematur spontan diimplikasikan sebagai efek progesterone withdrawal, inisiasi oksitosin, dan aktivasi dari desidua Cunningham et al., 2010. Teori progesterone withdrawal menjelaskan aksis adrenal fetus lebih sensitif terhadap hormon adrenokortikotropik yang meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol fetus menstimulasi aktivitas 17α-hydroxylase plasenta yang menurunkan sekresi progesteron dan meningkatkan produksi estrogen. Peningkatan rasio estrogen progesteron menyebabkan terjadinya formasi prostaglandin. Hal tersebutlah yang menginisiasi proses kelahiran. Karena oksitosin intravena meningkatkan frekuensi dan intensitas kontraksi, oksitosin diasumsikan juga memiliki peran dalam mengawali persalinan Goldenberg et al., 2008. Universitas Sumatera Utara Penyebab lain yang cukup penting dalam menginduksi proses persalinan adalah aktivasi proses inflamasi desidua. Meskipun begitu, aktivasi desidua sepertinya diperantarai oleh sistem parakrin dari desidua-fetus itu sendiri mungkin melalui penurunan konsentrasi progesteron secara lokal. Pada kebanyakan kasus persalinan preterm, aktivasi desidua meningkat pada perdarahan intrauterin dan infeksi intrauterin Cunningham et al., 2010; Goldenberg et al., 2008. 2.2.3. Kelahiran Prematur karena Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini atau Premature Preterm Rupture of Membranes PPROM merupakan akibat beberapa mekanisme, termasuk infeksi intraamniotik. Namun, penyebab pastinya belum diketahui pasti. Faktor risiko PPROM sama dengan kelahiran prematur spontan, walaupun infeksi dan paparan rokok berperan penting dalam hal tersebut Goldenberg et al., 2008.

2.3. Patogenesis Kelahiran Prematur