g. Pertanyaan 7
Pertanyaan ketujuh ini mengenai jumlah orang yang merokok ketika terpapar di lingkungan umum.
Tabel 5.8. Distribusi frekuensi jumlah orang yang merokok di lingkungan
umum
n Kumulatif
1-2 Orang 3-4 Orang
5 Orang atau lebih 32
10 2
72,7 22,7
4,5 72,7
95,5 100
Total 44
100 Berdasarkan Tabel 5.8. sebanyak 32 orang 72,7 menjawab pilihan 1-2
orang sebagai jumlah terbanyak ketika terpapar di lingkungan umum. Hal ini diikuti sebanyak 10 orang 22,7 menjawab 3-4 orang, dan hanya 2 orang
4,5 yang menjawab terdapat 5 orang atau lebih ketika terpapar asap rokok di lingkungan umum.
h. Klasifikasi paparan asap rokok
Berdasarkan kuesioner ini, diklasifikasikan paparan asap rokok dalam 3 tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Paparan tinggi apabila jawaban dari kuesioner
tersebut adalah merokok pertanyaan 1, tinggal dengan seorang perokok dan terpapar pertanyaan 2 dan 3, terpapar lebih dari 4 jam di tempat kerja
pertanyaan 4, dan terpapar setiap hari di lingkungan umum pertanyaan 6. Untuk paparan sedang dapat diinterpretasikan sebagai paparan 1-4 jam hari di
tempat kerja pertanyaan 4 ataupun beberapa kali terpapar di lingkungan umum pertanyaan 6. Paparan ringan apabila jawaban dari kuesioner tidak memenuhi
kriteria yang telah disebutkan. Paparan ringan ini juga dapat dikelompokkan sebagai tidak terpapar.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Distribusi frekuensi paparan asap rokok yang dikelompokkan
n Kumulatif
Rendah Sedang
Tinggi 16
3 25
35,4 6,8
56,8 35,4
43,2 100
Total 44
100 Berdasarkan Tabel 5.9. dapat diinterpretasikan bahwa lebih dari setengah
sampel masuk ke dalam kelompok paparan tinggi yaitu 25 orang 56,8. Paparan sedang hanya sekitar 3 orang 6,8, sedangkan paparan rendah atau
tidak terpapar sebanyak 16 orang 35,4. Apabila dikelompokkan menjadi terpapar dan tidak terpapar, maka jumlah sampel yang terpapar asap rokok adalah
28 orang sedangkan tidak terpapar sebanyak 16 orang.
5.1.5. Analisis data Data yang telah dikumpulkan dari kuesioner berasal dari 44 responden. Seluruh
data tersebut telah melewati beberapa proses seperti editing, coding, data entry, dan juga uji statistik. Namun untuk analisis selanjutnya, hanya 43 data yang akan
dianalisis untuk melihat berbagai hubungan dengan variabel lain. Hal ini dikarenakan adanya kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan dalam Bab
4, salah satunya kriteria ekslusinya adalah menderita Diabetes Mellitus. Dengan demikian, dari 44 responden hanya 43 yang masuk dalam kriteria inklusi dengan
penjabaran sebagai berikut yaitu, 23 responden memiliki bayi yang lahir prematur dan 20 responden memiliki bayi yang lahir normal.
Data yang terkumpul tersebut dianalisis dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan bantuan perangkat lunak SPSS Stastical Product and Service
Solution for Windows. Jika hasil p0,05 dengan Confident Interval 95 maka dinyatakan ada hubungan.
Berdasarkan uji statistik tersebut dan juga dengan menggunakan bantuan tabel cross-tab dalam SPSS, dapat diketahui beberapa hubungan yang cukup
signifikan berhubungan dengan usia bayi yang dikelompokkan, yaitu bayi prematur dan normal.
Universitas Sumatera Utara
Banyaknya rokok yang digunakan di dalam rumah ternyata mempunyai hubungan yang cukup signifikan dengan usia bayi yang dikelompokkan, yaitu
dengan nilai p= 0,046 p0,005.
Tabel 5.10. Analisis distribusi jumlah batang rokok per hari yang digunakan di
dalam rumah dengan usia bayi yang dikelompokkan Usia Bayi yang telah dikelompokkan
Prematur Normal
p Pertanyaan 3
Tidak ada 1-5 batang rokok
5-9 batang rokok 10-19 batang rokok
20 batang rokok atau lebih 6
2 2
10 3
14 2
1 2
1 0,046
Total 23
20 Tabel 5.10. menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah batang rokok
yang digunakan di dalam rumah merupakan faktor risiko terjadinya bayi prematur. Berbeda dengan bayi yang dilahirkan normal atau tepat pada waktunya,
hubungan linear ini menampilkan bahwa bayi normal lebih tidak terpapar asap rokok di dalam rumah dibandingkan dengan bayi prematur.
Selain jumlah batang rokok yang digunakan di dalam rumah, lamanya paparan asap rokok di tempat kerja juga memberikan nilai yang bermakna untuk
menyatakan suatu hubungan dengan usia bayi yaitu dengan nilai p=0,028 p0,005.
Tabel 5.11. Analisis distibusi paparan asap rokok di tempat kerja dengan usia
bayi yang dikelompokkan Usia Bayi yang telah dikelompokkan
Prematur Normal
p Pertanyaan 4
Tidak pernah Kurang dari 1 jamhari
1-4 jamhari 7
7 9
8 11
1 0,028
Total 23
20
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 5.11. dapat diinterpretasikan bahwa bayi yang lahir prematur memiliki riwayat ibu terpapar asap rokok di tempat kerja selama 1-4 jam hari
sembilan kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi berusia normal. Jumlah tersebutlah yang menyebabkan hasil analisis cross-tab chi square ini signifikan.
Hubungan antara frekuensi paparan asap rokok di lingkungan luar rumah juga berpengaruh terhadap kejadian bayi prematur dari sampel yang diambil di
RSUP H. Adam Malik Medan. Hal ini tentu dapat dilihat langsung pada Tabel 5.12. berikut.
Tabel 5.12. Analisis distribusi paparan asap rokok di lingkungan luar rumah
dengan usia bayi yang telah dikelompokkan Usia Bayi yang telah dikelompokkan
Prematur Normal
p Pertanyaan 6
Jarang 1 kali dalam seminggu
Beberapa kali seminggu Setiap hari
9 9
5 17
1 1
1 0,006
Total 23
20 Berdasarkan Tabel 5.12. dapat kita simpulkan bahwa bayi yang dilahirkan
prematur lebih sering terpapar asap rokok di lingkungan luar rumah, yaitu 9 responden terpapar beberapa kali dalam seminggu dan 5 responden lainnya
hampir setiap hari terpapar di lingkungan di luar rumah. Hal ini bertolak belakang dengan responden yang bayinya lahir secara normal, yaitu sebanyak 17 responden
lebih jarang terpapar dengan asap rokok di lingkungan di luar rumah. Tentunya dengan nilai p= 0,006 p0,05 dapat kita simpulkan bahwa hal ini memberikan
makna yang cukup penting terhadap kejadian bayi prematur.
Berdasarkan Tabel 5.13, dilihat bahwa sekitar 10 responden yang bayinya prematur terkena paparan asap rokok di lingkungan umum yang berasal lebih dari
3 orang perokok disekitarnya, sedangkan 2 responden terpapar dengan asap rokok yang berasal lebih dari 3 perokok.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Analisis distribusi jumlah orang yang merokok ketika terpapar di
lingkungan umum dengan usia bayi yang telah dikelompokkan Usia Bayi yang telah dikelompokkan
Prematur Normal
p Pertanyaan 7
1-2 orang 3-4 orang
5 orang atau lebih 13
8 2
18 2
0,044
Total 23
20 Tabel tersebut jelas menggambarkan adanya hubungan yang signifikan
antara jumlah orang yang merokok di lingkungan umum terhadap usia bayi dengan nilai p= 0,044 p0,05.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok pada ibu hamil dengan kejadian bayi prematur di RSUP H.
Adam Malik Medan. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dibuat tabel seperti di bawah ini.
Tabel 5.14. Analisis paparan asap rokok yang telah dikelompokkan dengan
usia bayi yang telah dikelompokkan Usia Bayi yang telah dikelompokkan
Prematur Normal
p OR
Paparan yang dikelompokkan Terpapar
Tidak terpapar 20
3 7
13 0,000
12,36 Total
23 20
Dari Tabel 5.14 terdapat 20 responden dengan bayi prematur yang masuk dalam klasifikasi terpapar, sedangkan dari responden dengan bayi normal
sebanyak 7 orang. Jumlah responden dengan bayi prematur dan normal masing- masing 3 orang dan 13 orang. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi-
square didapatkan nilai p=0.000 p0,05 dan nilai Odds Ratio=12,36. Hasil tersebut menginterpretasikan adanya hubungan yang sangat kuat antara paparan
asap rokok dengan kejadian bayi prematur. Nilai odds ratio juga menggambarkan suatu faktor risiko dapat meningkatkan 12,36 kali terhadap terjadinya suatu
kejadian, dalam hal ini prematuritas.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pembahasan
Seperti yang telah kita ketahui bahwa paparan asap rokok memberikan dampak klinis yang signifikan terhadap masyarakat umum. Paparan asap rokok berkaitan
dengan komplikasi obstetrik yang cukup tinggi, salah satunya kelahiran prematur. Menurut Hofhuis et al. 2003, merokok selama masa kehamilan bertanggung
jawab sebanyak 15 terhadap semua kelahiran prematur dan meningkatkan 150 terhadap seluruh kematian perinatal. Meskipun bukan perokok, apabila wanita
hamil terpapar asap rokok dari lingkungan sekitarnya juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur.
Penelitian yang telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan pada rentang waktu Agustus-September 2013 menghasilkan berbagai data yang telah
diuraikan dalam hasil penelitian. Data tersebut diambil dengan menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi dari penelitian Nondahl et al. 2005 dan Ashford
et al. 2010, serta diuji validitas dan reliabilitasnya di RSUD. Dr Pirngadi Pemerintahan Kota Medan. Dari total 44 sampel yang dikumpulkan, dapat
dihitung rata-rata usia gestasi bayi yang lahir prematur adalah 31,1 minggu dan usia gestasi 20 bayi yang lahir normal adalah 38,1 minggu. Dari sampel tersebut,
sebanyak 43 sampel kemudian dianalisis untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok pada ibu hamil dengan kejadian bayi prematur.
Dari data yang telah didapatkan, terdapat beberapa karakteristik sampel penelitian seperti usia ibu, agama, suku, pekerjaan, riwayat melahirkan, dan juga
usia gestasi bayi. Usia ibu yang melahirkan mayoritas berada pada usia reproduktif, yaitu 20-35 tahun. Selain itu, mayoritas sampel beragama Islam dan
suku yang terbanyak adalah suku Jawa. Kita ketahui bahwa pulau Sumatera didominasi oleh suku Batak dan variasi agama juga dapat dibilang cukup banyak
tidak hanya Islam dan Kristen. Hasil penelitian ini memaparkan distribusi yang kurang sesuai dengan data demografis keseluruhan pasien yang berobat ke RSUP
H. Adam Malik Medan, tentu saja hal ini dapat terjadi dikarenakan keterbatasan waktu dan ruang lingkup pengambilan sampel. Sehingga data demografis yang
ada dalam penelitian ini tidak dapat digunakan untuk mendeskripsikan populasi pasien yang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan. Selain itu, mayoritas
Universitas Sumatera Utara
sampel merupakan ibu rumah tangga. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar sampel ibu yang melahirkan maupun anaknya dirawat di RSUP H. Adam Malik
tidak memiliki penghasilan sendiri atau bahkan dapat dibilang untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari bergantung pada pendapatan Suami.
Hasil data penelitian, baik data karakteristik maupun data berupa pertanyaan dalam kuesioner, dilakukan uji chi-square untuk melihat apakah
beberapa data tersebut memiliki arti yang bermakna dalam memengaruhi kejadian bayi prematur. Data yang dianalisis berupa data karakteristik seperti yang telah
dijelaskan pada Tabel 5.1. yang dihubungkan dengan usia bayi yang telah dikelompokkan. Namun, hasil yang didapatkan menyatakan bahwa usia ibu,
riwayat melahirkan, agama, suku, dan pekerjaan tidak memiliki makna yang signifikan terhadap terjadinya kelahiran prematur. Hal ini kemungkinan terjadin
karena sampel yang telah dikumpulkan masih terlalu sedikit dan belum dapat menggambar populasi secara luas. Selain data karakteristik sampel, setiap
pertanyaan dalam kuesioner juga diuji satu per satu dengan menggunakan uji chi- square. Adapun pertanyaan-pertanyaan tersebut mengenai kebiasaan ibu merokok
atau tidak, jumlah orang yang merokok di dalam rumah, jumlah batang rokok yang digunakan di dalam rumah, lamanya paparan asap rokok di tempat kerja,
jumlah orang yang merokok ketika terpapar di tempat kerja, intensitas paparan asap di lingkungan umum, dan jumlah orang yang merokok ketika terpapar di
lingkungan umum. Dari beberapa pertanyaan itu, tidak semua memiliki arti yang cukup penting p0,05 terhadap kejadian bayi prematur.
Berdasarkan data yang telah diolah, didapatkan bahwa jumlah batang rokok per hari yang digunakan di dalam rumah memiliki hubungan bermakna
dengan nilai p=0.046 p0,05. Hasil frekuensi tertinggi pada responden dengan bayi prematur adalah 10 orang terpapar sekitar 10-19 batang rokok, 6 orang tidak
terpapar, 3 orang terpapar lebih dari 20 batang rokok per hari, dan masing-masing 2 orang terpapar 1-5 batang rokok dan juga 5-9 batang rokok. Sebanyak 14
responden dengan bayi yang normal tidak terpapar asap rokok, 2 responden terpapar 1-5 batang rokok dan 10-19 batang rokok, serta masing-masing 1 orang
terpapar 5-9 batang rokok dan lebih dari 20 batang rokok. Untuk lebih jelasnya
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat kembali pada Tabel 5.10. Hasil penelitian ini menunjukkan dose- dependent antara jumlah batang rokok yang dibakar dengan kejadian bayi
prematur.
Dejin-Karlsson et al. dalam Mojibyan et al. 2013 menunjukkan bahwa wanita yang secara pasif terpapar asap rokok di rumah maupun di tempat kerja
mempunyai risiko kecil usia gestasi. Hal tersebut sama dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya hubungan jumlah batang rokok yang dibakar di dalam
rumah p=0,046 dan lamanya paparan asap rokok di tempat kerja p=0,028 dengan kejadian bayi prematur.
Ada beberapa penelitian yang memaparkan tentang hubungan paparan asap rokok dengan kejadian bayi prematur. Salah satunya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Mojibyan et al. 2013 membandingkan paparan asap rokok pada wanita yang hamil dan lahirnya bayi prematur. Penelitian tersebut dapat dikatakan
signifikan dan menghasilkan nilai p=0.01. Sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang menyatakan bahwa ada
hubungan paparan asap rokok pada ibu hamil dengan kejadian bayi prematur dengan nilai p0.001 dan odds ratio= 12,36. Selain itu, penelitian Ashford et al.
2010 juga menyatakan bahwa wanita yang terpapar atau disebut sebagai perokok pasif memiliki risiko melahirkan bayi prematur sebanyak 2,3 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak terpapar CI: 95. Penelitian yang telah dilakukan oleh Amasha dan Jaraden 2012 juga memperlihatkan hubungan yang
signifikan antara perokok aktif, perokok pasif, dan nonperokok terhadap kecilnya usia gestasi bayi prematur dengan nilai p=0,000 dan OR=29,31.
Akan tetapi, tidak semua penelitian menyatakan adanya hubungan yang signifikan tentang paparan asap rokok dan bayi prematur. Ward et al. 2007
menyatakan bahwa paparan asap rokok di lingkungan meningkatkan risiko bayi prematur namun hasilnya tidak terlalu bermakna OR: 1,21, CI: 95. Sadat et al.
2012 juga menyatakan bahwa kelahiran prematur pada kelompok perokok pasif lebih banyak dibandingkan dengan kelompok nonperokok p=0,2 namun hasilnya
juga belum memuaskan. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan, namun hasilnya tidak konsisten antara penelitian yang satu dengan lainnya. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
demikian, dapat kita tegaskan bahwa paparan asap rokok tetap menjadi faktor risiko terjadinya bayi prematur walaupun ada beberapa studi menyatakan hasil
yang tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan