Keselamatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3

3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus-menerus maupun hanya sewaktu-waktu.

2.1.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata „safety’ dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka accident atau nyaris celaka near-miss. Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan Syaaf, 2007. Sedangkan pendapat Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara 2000 bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Menurut Lalu 2005, keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan suatu kejadian yang Universitas Sumatera Utara tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Ada 4 empat faktor penyebabnya yaitu: 1. Faktor manusianya. 2. Faktor materialbahanperalatan. 3. Faktor bahayasumber bahaya. 4. Faktor yang dihadapi pemeliharaanperawatan mesin-mesin. Menurut Lalu 2005 bahwa disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain : a. Kerusakankehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan b. Biaya pengobatan dan perawatan korban c. Tunjangan kecelakaan d. Hilangnya waktu kerja e. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi 2. Kerugian yang bersifat non ekonomis pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian, lukacidera berat maupun luka ringan. Menurut Glendon dan Literland 2001 indikator dari pengukuran keselamatan kerja adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Dukungan dan komunikasi Dukungan dan komunikasi antara supervisiors dengan pekerja dapat dilakukan dengan cara diskusi, pekerja bisa mengkomunikasikan masalah masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, dan komunikasi menganai faktor risiko diinformasikan kepada pekerja pada saat pelatihan awal masuk bekerja. 2. Prosedur yang adekuat Prosedur yang dikatakan adekuat adalah prosedur yang berisi berbagai informasi yang lengkap, teknik yang akurat, menjelaskan hal-hal yang boleh dilakukan maupun yang tidak boleh dilakukan beserta alasannya dan pekerja dapat dengan mudah menerapkan prosedur pekerjaan mereka. 3. Beban kerja Beban kerja yang tidak terlalu tinggi dapat diukur dengan masih adanya waktu bekerja untuk beristirahat, target yang ditentukan masih realistis, dan pekerja memiliki cukup waktu menyelesaikan tugasnya. 4. Alat Pelidung Diri Alat pelindung diri digunakan pekerja untuk menghindari kecelakaan yang dapat menggagngu pekerja saat bekerja, dan yang paling penting adalah APD yang digunakan nyaman bagi pekerja. 5. Hubungan dengan perusahaaan Hubungan dengan perusahaaan diukur dengan adanya hubungan yang baik antara supervisiors dengan pekerja, pekerja dengan pekerja dan juga berhubungan dengan sikap moral pekerja. Universitas Sumatera Utara 6. Peraturan keselamatan Peraturan keselamatan harus selalu dilakukan dan peraturan keselamatan dapat diikuti tanpa adanya konflik dengan praktek kerja.

2.1.2 Kesehatan Kerja