Pengujian Asumsi Normalitas Multivariat Keselamatan Kerja

di mana jika terjadi pelanggaran terhadap asumsi ini akan menghasilkan kesimpulan yang bias Yamin, 2014. Dalam situasi ketika terjadi pelanggaran asumsi normalitas multivariat dan data bersifat ordinal, metode diagonally weighted least squares DWLS menghasilkan nilai-nilai estimasi parameter yang lebih akurat more accurate. DWLS merupakan metode robust WLS weighted least squares, dan berdasarkan polychoric correlation matrix dari variabel-variabel yang diikutsertakan dalam analisis. Masih terdapat sedikit penelitian-penelitian mengenai kelebihan dan kelemahan metode DWLS. Metode DWLS dapat digunakan dengan ukuran sampel kecil, model yang besar, dan juga skewed dan data ordinal

4.4.1 Pengujian Asumsi Normalitas Multivariat

Uji pertama pada asumsi model yaitu pengujian asumsi normalitas pemodelan. Berdasarkan hasil uji normalitas multivariat, diketahui asumsi normalitas multivariat tidak dipenuhi, yakni nilai p-value untuk skewness and kurtosis = 0,000 0,05. Oleh karena itu digunakan metode DWLS untuk mengestimasi parameter model SEM. Metode DWLS digunakan dengan pertimbangan karena terjadi pelanggaran asumsi normalitas multivariat dan data bersifat ordinal. Di samping itu metode diagonally weighted least squares DWLS menghasilkan nilai-nilai estimasi parameter yang lebih akurat more accurate dalam keadaan ini, dibandingkan metode ML Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Uji Normalitas Multivariat 4.4.2 Measurement Model Measurement model adalah bagian dari model SEM yang menggambarkan hubungan antara variabel laten dengan indikator-indikatornya Singgih Santoso, 2007. Measurement Model memiliki tujuan pengujian untuk mengetahui seberapa tepat variabel-variabel manifes dapat menjelaskan variabel laten yang ada. Berikut diuraikan Measurement Model masing-masing variabel. Gambar 4.2 Gambaran Path Analisis Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Gambaran t-value Keterangan: X1 = Peraturan Keselamatan X2 = Komunikasi dan dukungan X3 = Alat Pelindung Diri X4 = Pelatihan K3 X5 = Kondisi fisik pemanen X6 = Pemeriksaan kesehatan X7 = Sarana pelayanan kesehatan Y1 = Kuantitas Y2 = Kualitas Y3 = Ketepatan Waktu Universitas Sumatera Utara

4.4.3 Keselamatan Kerja

Berdasarkan kerangka teori yang dibangun, variabel keselamatan kerja memiliki 4 indikator besar yaitu peraturan keselamatan X1, komunikasi dan dukungan X2, alat pelindung diri X3 dan pelatihan X4. Setelah melalui uji konfirmasi faktor terhadap keempat indikator keselamatan kerja. Construct reliability untuk variabel keselamatan kerja ditemukan sebesar 0,946 dan AVE sebesar 0.8142 yang berarti reliabilitas baik. Dengan demikian. Analisis konfirmasi faktor terhadap keselamatan kerja menghasilkan 4 indikator. Menurut urutan besaran masing-masing muatan faktor SLF diketahui bahwa peraturan keselamatan X1 yang merupakan indikator keselamatan kerja merupakan indikator yang tertinggi atau paling signifikan SLF= 0,99. Sub faktor kedua dalam variabel keselamatan kerja adalah dukungan dan komunikasi X2 dengan nilai sebesar SLF= 0,88, selanjutnya indikator alat pelindung diri X3 SLF=0,82, dan terakhir disusul oleh pelatihan yang merupakan sub faktor terendah dalam keselamatan kerja X4 SLF=0,8. Tabel 4.10 Nilai SLF pada Variabel Keselamatan Kerja Variabel Laten Varaibel Manifes SLF Error CR AVE Keselamatan X1 0,99 0,01 0,946 0,8142 X2 0,88 0,22 X3 0,82 0,33 X4 0,8 0,36 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.10. persamaan SLF untuk variabel keselamatan kerja adalah sebagai berikut : X1 = 0,99 X + 0,01 X2 = 0,88 X + 0,22 X3 = 0,82 X + 0,33 X3 = 0,80 X + 0,36 Gambar 4.4 Konfirmatori Analisis Keselamatan Kerja Berdasarkan hasil SLF, maka peraturan keselamatan X1 merupakan indikator yang dominan dalam variabel keselamatan di PT. X oleh karena itu perusahaan selalu berkomitmen untuk melaksanakan program K3. Program Keselamatan kerja diharapkan dapat meningkatkan keamanan pekerja dalam bekerja.

4.4.4 Kesehatan Kerja