martabat manusia, perkayaan mutu kekaryaan dan penerapan gaya manajemen yang partisipatif melalui proses demokratisasi dalam kehidupan organisasi
4. Filsafat organisasi
Cakupan dalam hal ini seperti memberikan perhatian kepada budaya organisasi, karena budaya organisasi merupakan persepsi yang sama tentang hakiki
kehidupan dalam organisasi. Selain itu, perlunya ketentuan formal dan prosedur, seperti standar pekerjaaan yang harus dipenuhi, disiplin organisasi, system
imbalan, serta prosedur penyelesaian pekerjaan Berdasarkan definisi teoritik di atas, dapat diartikan bahwa upaya-upaya yang
dapat meningkatkan produktivitas kinerja diantaranya adalah pertama, perbaikan terus-menerus dimana hal tersebut implikasinya secara menyeluruh di dalam
komponen organisasi dapat memicu sebuah perubahan. Kedua, peningkatan mutu hasil pekerjaan. Ketiga, pemberdayaan SDM. Ketiga upaya tersebut penting untuk
dilakukan dalam meningkatkan etos kerja yang akan meningkatkan mutu dari hasil pekerjaan serta pemberdayaan SDM salah satu upaya yang penting dalam
peningkatan produktivitas kerja yang tinggi.
2.2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Produktivitas Kerja
Meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi, pimpinan perusahaan harus memiliki sikap mental yang berorientasi produktif dan selalu menggunakan potensi
yang maksimal, optimis, tekun, dan berusaha sungguh-sungguh dalam menghadapi tantangan pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain seperti pendidikan,
keterampilan, displi, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana
produktivitas, manejemen dan kesempatan berprestasi. Faktor- faktor yang harus dipertimbangkan dalam peningkatan produktivitas
kerja karyawan, antara lain : 1.
Faktor usia Dalam rangka menempatkan karyawan, faktor usia pada diri karyawan yang lulus
dalam seleksi perlu mendapatkan pertimbangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari rendahnya produktivitas yang dihasilkan oleh karyawan yang
bersangkutan. Petani dalam penelitian ini disebut karyawan panen berusia lanjut berumur 65 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk
diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja, dan cara hidupnya. Karyawan panen bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.
Karyawan panen dan pemupuk yang berusia lanjut tidak mempunyai kekuatan tenaga
dalam mengusahakan
usahataninya sehingga
hanya mampu
mengusahakan dalamskala kecil. Usia tenaga kerja yang produktif berumur 16- 64 tahun, sedangkan pada usia 65 keatas sudah dikatakan usia lanjut Van den
ban dan Hakwiks, 1999.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor prestasi akademis
Prestasi akademis yang telah dicapai oleh karyawan yang bersangkutan selama mengikuti jenjang pendidikan harus mendapatkan pertimbangan. Dengan
mempertimbangkan faktor prestasi akademis, maka dapat ditetapkan dimana karyawan yang bersangkutan akan ditempatkan sesuai dengan prestasi
akademisnya. Pendidikan yang minim mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber sumber alam yang tersedia. Hal ini berakibatkan
pada setiap usaha usaha penduduk yang hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah. Rendahnya mutu SDM pengetahuan dan keterampilan karyawan
pemanen dan pemupuk karena kurangnya pendidikan dan pelatihan yang mereka peroleh. Lemahnya pendidikan karyawan pemanen dan pemupuk dapat
mengakibatkan kemiskinan Van den ban dan Hakwiks, 1999. 3.
Faktor status perkawinan jumlah tanggungan Mengenai status perkawinan karyawan adalah merupakan hal yang sangat
penting. Selain untuk kepentingan ketenagakerjaan juga sebagai bahan pertimbangan dalam penempatan karyawan. Jumlah tanggungan semakin banyak
menekankan akan adanya lahan tanaman yang luas untuk membiayai kebutuhan keluarganya. Jumlah tanggungan semakin tinggi dan rendahnya pendidikan
disektor pertanian dapat mengakibatkan tingkat pendapatan yang rendah dan pengembangan pertanian akan terlambat, hal ini mengakibatkan tabungan
rendah, investasi pengembangan rendah, sulit memperoleh modal pinjaman Van den ban dan Hakwiks,1999.
Universitas Sumatera Utara
4. Faktor pengalaman
Pengalaman bekerja pada pekerjaan yang sejenis yang telah dialami sebelumnya perlu mendapatkan pertimbangan dalam rangka penempatan karyawan tersebut.
Hal tersebut berdasarkan pada kenyataan yang menunjukkan bahwa makin lama bekerja maka makin banyak pengalaman yang dimiliki oleh karyawan yang
bersangkutan. Banyaknya pengalaman bekerja memberikan kecenderungan bahwa karyawan yang bersangkutan memiliki keahlian dan pengalaman yang
relatif tinggi. Pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh pula dalam menerima inovasi dari luar. Lamanya pengalamaan diukur mulai sejak
kapan karyawan panen dan pemupuk itu aktif secara mandiri mengusahakan usaha taninya tersebut sampai diadakan penelitian. Petani yang sudah
mempunyai pengalaman dalam mengelolah usaha taninya merasa sudah mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang tinggi, sehingga sebagian petani
tidak percaya terhadap penyuluhan. Seseorang yang mempunyai pengalaman yang tinggi tidak dapat dikatagorikan mempunyai tingkat produksi yang tinggi.
Tingginya produksi tergantung pada pemeliharaan tanaman yang dibudidayakan Van den ban dan Hakwiks,1999.
Berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja diantaranya adalah : 1.
Sikap kerja, berupa motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja. Sikap kerja erat kaitannya dengan ergonomis kerja. Ergonomis yang merupakan pendekatan
multi dan interdisiplin yang berupaya menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan tenaga kerja sehingga
Universitas Sumatera Utara
tercipta kondisi kerja yang sehat, selamat, aman, dan efisien. Dalam hal ini ergonomik juga berupaya menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi
tenaga kerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerjanya. Tujuan ergonomik dan K3 hampir sama yaitu untuk menciptakan kesehatan dan
keselamatan kerja. Oleh karena itu ergonomik dan K3 perlu diterapkan di semua tempat kerja untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja
tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja. 2.
Pendidikan, pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas yang berpengaruh terhadap
produktivitas kerja. 3.
Keterampilan, apabila pegawai semakin terampil maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pendidikan merupakan
salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas. Semakin tinggi pendidikan karyawan, semakin besar ia dapat
bekerja dengan efektif dan efesien sehingga mampu meningkatkan prestasinya ke jenjang yang lebih baik dan lebih tinggi.
4. Manajemen, berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk
memimpin serta mengendalikan staf. manajemen yang tepat menimbulkan semangat yang lebih tinggi baik pegawai untuk bekerja. Perilaku pemimipin
sering disebut gaya kepemimpinan style of leadership yaitu pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegerasikan tujuan tertentu. Seorang pemimpin
Universitas Sumatera Utara
yang efektif ádalah pimpinan yang dapat memotivisir dan bergairah dalam melaksanakan tugasnya.
5. Tingkat penghasilan, dapat menimbulkan konsentrasi kerja, kemampuan yang
dimiliki dapat dimanfaatkan untuk menigkatkan produktivitas. 6.
Gizi dan kesehatan, apabila hal ini telah dipenuhi maka pegawai akan bekerja lebih kuat dan berpengaruh pada semangat kerja. Salah satu tugas pimpinan
perusahaan adalah berusaha untuk mempertahankan kesehatan para karyawannya. Kesehatan fisik maupun mental karyawan yang buruk akan
menyebabkan kecenderungan adanya tingkat absensi yang tinggi dan rendah tingkat produktivitasnya, dan sebaliknya karyawan yang memiliki kondisi yang
prima dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat baik. Untuk itu gizi setiap karyawan perlu diperhatikan karena hal ini besar pengaruhnya terhadap
peningkatan produktivitas. 7.
Jaminan sosial, untuk menigkatkan pengabdian dan semangat kerja pegawai. 8.
Lingkungan dan iklim kerja, akan mendorong pegawai senang bekerja dan menigkatakan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan baik
menuju kearah peningkatan produktivitas. 9.
Sarana produksi, apabila sarana produksi yang digunakan baik berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.
10. Teknologi, apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya
berakibat tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi, jumlah produksi
Universitas Sumatera Utara
yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu, dan memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa.
11. Kesempatan berpretasi, akan menimbulkan dorongan psikologis untuk
meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk menigkatkan produktivitas.
Berbagai faktor yang diuraikan diatas dapat saling berpengaruh, dan dapat mempengaruhi penigkatan produktivitas baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2.3 Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Produktivitas