BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana cara pengukuran variabel bebas
dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan Notoatmodjo, 2007, untuk menganalisa pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap produktivitas
pekerja di PT. X
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. X tahun 2015, dikarenakan perusahaan ini sudah melaksanakan program K3 dan belum pernah ada penelitian mengenai
pengaruh K3 terhadap produktivitas di PT. X.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari proses pengajuan judul, pencarian literatur, konsultasi dengan pembimbing, proposal, penelitian, pengolahan data, penyajian data,
pembahasan, kesimpulan dan saran. Keseluruhan proses penelitian tersebut dilakukan pada bulan Februari-April 2015.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pemanen sawit di PT. X sebanyak 206 orang
3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Notoadmodjo, 2005 : n =
1
2
d N
N
n =
2
11 ,
206 1
206
n = 59,02 n = 60 orang
Keterangan : N
= Besar populasi karyawan pemanen 206 orang n
= Besar sampel d
= Tingkat ketepatan yang diinginkan peneliti adalah 11 Pengambilan sampel terpilih dengan metode simple random sampling yaitu
mengambil secara acak dengan menggunakan tabel random sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan yaitu 60 pemanen sawit.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan metode kuesioner yang mengacu pada
variabel yang akan diteliti.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder di peroleh dari PT. X yang meliputi, profil perusahaan, jumlah pekerja, laporan produktivitas pekerja.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi : 1.
Variabel independen, yaitu variabel yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model Ferdinand, 2002, dalam penelitian ini variabel independen adalah
produktivitas. 2.
Variabel dependen, yaitu variabel yang diprediksikan oleh satu atau beberapa variabel yang lain dalam model Ferdinand, 2002, dalam penelitian ini variabel
dependen adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3.5.2 Definisi Operasional Variabel
1. Produktivitas pekerja adalah kemampuan pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya meliputi kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu:
Universitas Sumatera Utara
a. Kuantitas yaitu persepsi pemanen mengenai hasil kerja yang telah dicapai
oleh pemanen b.
Kualitas yaitu persepsi pemanen tentang kemampuan pemanen dalam menyelesaikan pekerjaannya
c. Ketepatan waktu adalah persepsi pemanen terhadap tingkat aktivitas yang
diselesaikan pada waktu kerja yang ditetapkan oleh perusahaan 2.
Keselamatan Kerja adalah upaya perlindungan pemanen yang meliputi peraturan keselamatan, komunikasi dan dukungan, alat pelindung diri, dan pelatihan K3.
Indikator dari keselamatan kerja yaitu: a.
Peraturan keselamatan adalah program mengenai keselamatan kerja pada pemanen sawit yang telah ditetapkan perusahaan.
b. Komunikasi dan dukungan adalah bentuk pemberian informasi dan
dukungan mengenai program K3 dari perusahaan kepada pemanen sawit. c.
Alat pelindung diri adalah peralatan untuk melindungi pemanen dari sumber bahaya saat melakukan pekerjaannya.
d. Pelatihan K3 adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan pemanen tentang K3. 3.
Kesehatan Kerja a.
Kondisi fisik adalah keadaan kesehatan tubuh pemanen saat bekerja. b.
Pemeriksaan kesehatan adalah kegiatan yang disediakan oleh perusahaan untuk memeriksa kondisi kesehatan tubuh pemanen.
Universitas Sumatera Utara
c. Sarana pelayanan kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
disediakan perusahaan kepada pemanen saat mengalami keluhan kesehatan.
3.6 Aspek Pengukuran
Masing-masing item indikator diukur dengan menggunakan skala likert, dimana terdapat empat katagori penilaian antara lain sangat setuju, setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju. Skor masing-masing indikator merupakan nilai total dari item indikator.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dengan menggunakan Structural Equation Modeling SEM untuk menggambarkan hubungan variabel laten dengan indikatornya
measurement model dan untuk menggambarkan hubungan antar variabel-variabel laten structural model.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1 Pemodelan SEM
Keselamatan
Produktivitas
Kesehatan
X1 X2
X3
X4
X7 X5
X1
X6
X1
Y1 Y2
Y3
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
PT. X Deli Serdang didirikan dengan akte pendirian No. 93 tanggal 18 Desember 1962. Lokasi kebun di Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Deli Serdang.
Batas Kebun dalam adalah: Sebelah Utara
: Kebun Tanah Raja Sebelah Selatan
: Desa Bah si Dua-Dua Sebelah Timur
: PT. X Sebelah Barat
: Desa Panglong Batas Kebun Luar FD adalah
Sebelah Utara : Kebun Tanah Raja
Sebelah Selatan : Desa Belidaan
Sebelah Timur : Desa Firdaus
Sebelah Barat : Desa Cempedak Lobang
Batas Kebun Luar SR adalah Sebelah Utara
: Desa Pelitihan Sebelah Selatan
: Desa Bamban Sebelah Timur
: Desa Pon Sebelah Barat
: Desa Bamban
Universitas Sumatera Utara
4.2 Karakteristik Pemanen 4.2.1 Umur Pemanen
Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Umur pemanen mayoritas pada umur 25-28 tahun sebesar 30,0, diikuti pemanen berumur 33-36
tahun sebesar 28,3, sebesar 18,3 pemanen berumur 29-32 tahun. Pemanen yang berumur 21-24 tahun sebesar 15,0, pemanen yang berusia 37-40 tahun sebanyak
5,0 dan minoritas pemanen berumur 41-43 tahun sebesar 3,3
Tabel 4.1 Distribusi Umur Pemanen di PT. X Tahun 2015 Umur Pemanen
n
21-24 tahun 9
15,0 25-28 tahun
18 30,0
29-32 tahun 11
18,3 33-36 tahun
17 28,3
37-40 tahun 3
5,0 41-43 tahun
2 3,3
4.2.2 Pendidikan Pemanen
Pendidikan pemanen mayoritas tamat SMA sebanyak 43,3, tamat SMP sebesar 38,3, tamat SD sebesar 16,7 dan tidak tamat SD sebesar 1,7.
Tabel 4.2 Distribusi Pendidikan Pemanen di PT. X Tahun 2015 Pendidikan Pemanen
n
tidak tamat SD 1
1,7 SD
10 16,7
SMP 23
38,3 SMA
26 43,3
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Masa Kerja Pemanen
Masa kerja pemanen mayoritas 1-4 tahun sebesar 66,7, masa kerja 5-8 tahun sebesar 23,3, masa kerja 9-12 tahun dan masa kerja 21-24 tahun masing-masing
3,3 , sedangkan masa kerja 13-16 tahun dan 17-20 tahun masing-masing 1,7.
Tabel 4.3 Distribusi Masa Kerja Pemanen di PT.X Tahun 2015 Masa Kerja Pemanen
n
1-4 tahun 40
66,7 5-8 tahun
14 23,3
9-12 tahun 2
3,3 13-16 tahun
1 1,7
17-20 tahun 1
1,7 21-24 tahun
2 3,3
4.3 Univariat 4.3.1 Keselamatan
Indikator dari keselamatan mencangkup 4 variabel yaitu peraturan keselamatan, komunikasi dan dukungan, alat pelindung diri, dan pelatihan. Pada
variabel peraturan keselamatan mayoritas pemanen menyatakan setuju bahwa peraturan mengenai keselamatan kerja yang ditetapkan perusahaan mendukung hasil
kinerja mereka sebesar 71,7. Mayoritas pemanen menyatakan setuju bahwa mereka selalu mengikuti peraturan keselamatan kerja bagi pemanen yang telah ditetapkan
perusahaan dan peraturan keselamatan mudah mereka terapkan pada saat bekerja masing-masing sebesar 65,0.
Universitas Sumatera Utara
Variabel komunikasi dan dukungan mayoritas pemanen menyatakan setuju bahwa mereka dapat menceritakan masalah kerja kepada mandor, mandor
mengingatkan mereka untuk selalu mematuhi prosedur keselamatan kerja, dan perusahaan dalam prosedur bekerja dikomunikasikan secara efektif kepada mereka
masing-masing sebesar 58,3, 58,3 dan 68,3. Variabel Alat Pelindung Diri mayoritas pemanen menyatakan sangat setuju
bahwa perusahaan melakukan pengecekan rutin terhadap semua peralatan yang digunakan 30,0, mayoritas pemanen menyatakan setuju bahwa APD yang mereka
gunakan sudah dapat melindungi mereka sebesar 78,3. Pernyataan APD yang mereka gunakan sudah nyaman mayoritas menyatakan kurang setuju dan sangat tidak
setuju masing-masing sebesar 35,0 dan 16,7. Variabel pelatihan mayoritas pemanen menyatakan setuju bahwa perusahaan
sering mengadakan pelatihan bagi pemanen sebesar 58,3, dan mayoritas pemanen menyatakan tidak setuju bahwa mereka selalu mengikuti pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja sebesar 50,0. Jawaban pemanen mengenai pernyataan keselamatan di PT. X Tahun 2015 pada Tabel 4.4 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Pemanen tentang Keselamatan di PT. X Tahun 2015
No Pernyataan
Jawaban Sangat
Setuju Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju n
n n
n Peraturan Keselamatan
1 Peraturan mengenai
keselamatan kerja yang ditetapkan perusahaan
mendukung hasil kinerja saya
14 23,3
43 71,7
3 5,0
0,0 2
Saya selalu mengikuti peraturan keselamatan
kerja yang telah ditetapkan perusahaan
17 28,3
39 65,0
4 6,7
0,0 3
Peraturan keselamatan mudah saya terapkan pada
saat bekerja 19
31,7 39
65,0 2
3,3 0,0
Komunikasi dan Dukungan
1 Saya dapat menceritakan
masalah kerja kepada mandor
23 38,3
35 58,3
2 3,3
0,0 2
Mandor mengingatkan Saya untuk selalu
mematuhi prosedur keselamatan kerja
20 33,3
35 58,3
5 8,3
0,0 3
Perusahaan secara efektif mengkomunikasikan
prosedur kerja kepada Saya
14 23,3
41 68,3
5 8,3
0,0 APD
1 Saya selalu menggunakan
APD dengan lengkap 11
18,3 36
60,0 13
21,7 0,0
2 APD yang Saya gunakan
sudah nyaman 2
3,3 27
45,0 21
35,0 10
16,7 3
APD yang Saya gunakan sudah dapat melindungi
saya 9
15,0 47
78,3 4
6,7 0,0
4 Saya selalu diawasi oleh
mandor dalam penggunaan APD
16 26,7
40 66,7
4 6,7
0,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Lanjutan
No Pernyataan
Jawaban Sangat
Setuju Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak
Setuju n
n n
n
5 Perusahaan melakukan
pengecekan rutin terhadap semua peralatan APD
yang digunakan 18
30,0 39
65,0 3
5,0 0,0
Pelatihan
1 Perusahaan sering
mengadakan pelatihan bagi pemanen
17 28,3
35 58,3
6 10,0
2 3,3
2 Saya selalu mengikuti
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
13 21,7
14 23,3
30 50,0
3 5,0
Distribusi keselamatan pemanen didapatkan tingkat keselamatan kurang sebanyak 23 orang 38,3, dan tingkat keselamatan baik sebanyak 37 orang 61,7
seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Keselamatan Pemanen di PT. X Tahun 2015 Keselamatan
n
Kurang 23
38,3 Baik
37 61,7
Jumlah 60
100,0
4.3.2 Kesehatan
Indikator dari kesehatan mencangkup 3 variabel yaitu kondisi fisik, pemeriksaan kesehatan, dan sarana pelayanan kesehatan. Pada variabel kondisi fisik
mayoritas pemanen menyatakan setuju mereka sering mengalami kelelahan saat bekerja sebesar 43,3, menyatakan setuju bahwa mereka sering mengalami nyeri di
Universitas Sumatera Utara
pinggang saat bekerja sebesar 30. Mayoritas pemanen menyatakan tidak setuju bahwa mereka sering mengalami kram otot saat bekerja sebesar 41,7.
Variabel pemeriksaan kesehatan mayoritas pemanen menyatakan setuju bahwa perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur
yaitu enam bulan sekali sebesar 56,7. Pemanen menyatakan kurang setuju perusahaan memperhatikan aspek kesehatan mereka sebesar 8,3, dan pernyataan
perusahaan selalu menyediakan dokter untuk berkonsultasi tentang kesehatan mayoritas pemanen menyatakan setuju sebesar 61,7.
Variabel sarana pelayanan kesehatan mayoritas pemanen menyatakan sangat setuju bahwa perusahaan menyediakan jaminan kesehatan kepada mereka sebesar
43,3, mayoritas pemanen menyatakan tidak setuju bahwa perusahaan mengadakan pengobatan jika anda sakit sebesar 18,3. Pemanen mayoritas menyatakan setuju
bahwa prosedur pelayanan kesehatan yang diberikan perusahaan sudah memadai sebesar 71,7. Jawaban pemanen mengenai pernyataan kesehatan di PT X Tahun
2015 pada Tabel 4.6. berikut ini:
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Pemanen tentang Kesehatan di PT. X Tahun 2015
No Pernyataan
Jawaban Sangat
setuju Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak Setuju
n n
n n
Kondisi Fisik
1 Saya sering mengalami
kelelahan saat bekerja 5
8,3 26
43,3 24
40,0 5
8,3 2
Saya sering mengalami nyeri di pinggang saat
bekerja 3
5,0 18
30,0 36
60,0 3
5,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Lanjutan
No Pernyataan
Jawaban Sangat
setuju Setuju
Tidak Setuju
Sangat tidak
Setuju n
n n
n
3 Saya sering mengalami kram otot saat
bekerja 2
3,3 22 36,7 25 41,7 11
18,3
Pemeriksaan Kesehatan
1 Perusahaan mengadakan pemeriksaan
kesehatan secara berkala dan teratur yaitu enan bulan sekali
17 28,3 34 56,7 9 15,0 0
0,0 2
Perusahaan memperhatikan aspek kesehatan saya
17 28,3 38 63,3 5
8,3 0,0
3 Perusahaan selalu menyediakan
dokter untuk berkonsultasi tentang kesehatan
17 28,3 37 61,7 6 10,0 0
0,0
Sarana Pelayanan Kesehatan
1 Perusahaan menyediakan Jaminan
Kesehatan kepada Anda 26
43,3 26 43,3 8 13,3 0 0,0
2 Perusahaan mengadakan pengobatan
jika anda sakit 21
35,0 28 46,7 11 18,3 0 0,0
3 Perusahaan menyediakan klinik untuk
berobat yang mudah untuk dijangkau 22
36,7 35 58,3 3 5,0
0,0 4
Prosedur pelayanan kesehatan yang diberikan perusahaan sudah memadai
15 25,0 43 71,7 2
3,3 0,0
Distribusi kesehatan pemanen didapatkan tingkat kesehatan kurang sebanyak
21 orang 35,0, dan tingkat kesehatan baik sebanyak 37 orang 65,0 seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kesehatan Pemanen di PT. X Tahun 2015 Kesehatan
n
Kurang 21
35,0 Baik
39 65,0
Jumlah 60
100,0
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Produktivitas
Indikator dari kesehatan mencangkup 3 variabel yaitu kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Pada variabel kuantitas mayoritas pemanen menyatakan sangat
setuju bahwa mereka sangat nyaman bekerja di perusahaan tempat mereka bekerja. Pemanen mayoritas menyatakan setuju bahwa mereka dapat mencapai target kerja
yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 60,0. Pemanen sebesar 8,3 menyatakan tidak setuju mereka selalu berusaha untuk memaksimalkan hasil pekerjaan yang
mereka lakukan Variabel kualitas kerja mayoritas pemanen menyatakan sangat setuju bahwa
mereka selalu mengoptimalkan kemampuan dalam melakukan pekerjaan yang diberikan sebesar 66,7. Mayoritas pemanen menyatakan tidak setuju bahwa setiap
kali menyelesaikan pekerjaan, mereka selalu meneliti kembali hasil pekerjaan mereka sebesar 16,7, dan pernyataan bahwa mereka setuju selalu berusaha untuk
berkonsentrasi dalam bekerja sebesar 31,7. Variabel ketepatan waktu mayoritas pemanen menyatakan sangat setuju
bahwa mereka selalu bekerja sesuai jam kerja yang ditetapkan perusahaan sebesar 58,3. Pemanen menyatakan tidak setuju bahwa mereka selalu bekerja sesuai jam
kerja yang ditetapkan perusahaan sebesar 5,0, dan pernyataan bahwa mereka mayoritas setuju setiap hari mereka selalu masuk kerja tepat waktu sebesar 36,7.
Jawaban pemanen mengenai pernyataan produktivitas di PT. X Tahun 2015 pada Tabel 4.8. berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Pemanen tentang Produktivitas di PT. X Tahun 2015
No Pernyataan
Jawaban Sangat
Setuju Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
n n
n n
Kuantitas Kerja
1 Saya dapat mencapai
target kerja yang ditetapkan oleh
perusahaan 11
18,3 36
60,0 13
21,7 0,0
2 Saya selalu berusaha
untuk memaksimalkan hasil pekerjaan yang saya
lakukan 27
45,0 28
46,7 5
8,3 0,0
3 Saya sangat nyaman
bekerja di perusahaan tempat saya bekerja
38 63,3
22 36,7
0,0 0,0
4 Semua fasilitas kerja
yang dsediakan perusahaan membuat
saya semakin semangat bekerja
31 51,7
29 48,3
0,0 0,0
Kualitas Kerja
1 Setiap kali menyelesaikan
pekerjaan, saya selalu meneliti kembali hasil
pekerjaan saya 26
43,3 24
40,0 10
16,7 0,0
2 Saya selalu berusaha
untuk berkonsentrasi dalam bekerja
33 55,0
19 31,7
8 13,3
0,0 3
Saya selalu mengoptimalkan
kemampuan dalam melakukan pekerjaan
yang diberikan 40
66,7 20
33,3 0,0
0,0
Ketepatan Waktu
1 Setiap hari saya selalu
masuk kerja tepat waktu 26
43,3 30
50,0 4
6,7 0,0
2 Saya selalu bekerja sesuai
jam kerja yang ditetapkan perusahaan
35 58,3
22 36,7
3 5,0
0,0 3
Saya dapat memanfaatkan waktu jam kerja sebaik-
baiknya 31
51,7 29
48,3 0,0
0,0
Universitas Sumatera Utara
Distribusi produktivitas pemanen didapatkan tingkat kesehatan kurang sebanyak 21 orang 35,0, dan tingkat kesehatan baik sebanyak 37 orang 65,0
seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Produktivitas Pemanen di PT. X Tahun 2015 Produktivitas
n
Kurang 6
10,0 Baik
54 90,0
Jumlah 60
100,0
4.4 Analisis SEM
Analisis data yang adalah digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling SEM dengan terlebih dahulu melakukan pengujian dimensinya.
Evaluasi terhadap model SEM juga akan dianalisis mendapatkan dan mengevaluasi kecocokan model yang diajukan. Setelah diketahui semua hasil pengolahan data,
selanjutnya akan dibahas dan yang terakhir adalah menarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil analisis hasil tersebut.
Ada dua langkah pokok dalam SEM yaitu measurement model dan structural model. Untuk tujuan analisis data dengan model SEM tersebut, dipergunakan
software Lisrel 8.72 for Windows, dengan covariance matrix sebagai input data dan metode estimasi Ghozali, 2005.
Maximum likelihood ML merupakan metode estimasi parameter yang paling popular, yang mana merupakan default option dalam Lisreal. Namun, keterbatasan
metode estimasi ML adalah mengharuskan pemenuhan asumsi normalitas multivariat,
Universitas Sumatera Utara
di mana jika terjadi pelanggaran terhadap asumsi ini akan menghasilkan kesimpulan yang bias Yamin, 2014.
Dalam situasi ketika terjadi pelanggaran asumsi normalitas multivariat dan data bersifat ordinal, metode diagonally weighted least squares DWLS
menghasilkan nilai-nilai estimasi parameter yang lebih akurat more accurate. DWLS merupakan metode robust WLS weighted least squares, dan berdasarkan
polychoric correlation matrix dari variabel-variabel yang diikutsertakan dalam analisis. Masih terdapat sedikit penelitian-penelitian mengenai kelebihan dan
kelemahan metode DWLS. Metode DWLS dapat digunakan dengan ukuran sampel kecil, model yang besar, dan juga skewed dan data ordinal
4.4.1 Pengujian Asumsi Normalitas Multivariat
Uji pertama pada asumsi model yaitu pengujian asumsi normalitas
pemodelan. Berdasarkan hasil uji normalitas multivariat, diketahui asumsi normalitas
multivariat tidak dipenuhi, yakni nilai p-value untuk skewness and kurtosis = 0,000 0,05. Oleh karena itu digunakan metode DWLS untuk mengestimasi parameter
model SEM. Metode DWLS digunakan dengan pertimbangan karena terjadi pelanggaran asumsi normalitas multivariat dan data bersifat ordinal. Di samping itu
metode diagonally weighted least squares DWLS menghasilkan nilai-nilai estimasi parameter yang lebih akurat more accurate dalam keadaan ini, dibandingkan
metode ML
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Uji Normalitas Multivariat 4.4.2
Measurement Model
Measurement model adalah bagian dari model SEM yang menggambarkan hubungan
antara variabel
laten dengan
indikator-indikatornya Singgih Santoso, 2007. Measurement Model memiliki tujuan pengujian untuk
mengetahui seberapa tepat variabel-variabel manifes dapat menjelaskan variabel laten yang ada. Berikut diuraikan Measurement Model masing-masing variabel.
Gambar 4.2 Gambaran Path Analisis
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Gambaran t-value
Keterangan: X1
= Peraturan Keselamatan X2
= Komunikasi dan dukungan X3
= Alat Pelindung Diri X4
= Pelatihan K3 X5
= Kondisi fisik pemanen X6
= Pemeriksaan kesehatan X7
= Sarana pelayanan kesehatan Y1
= Kuantitas Y2
= Kualitas Y3
= Ketepatan Waktu
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Keselamatan Kerja
Berdasarkan kerangka teori yang dibangun, variabel keselamatan kerja memiliki 4 indikator besar yaitu peraturan keselamatan X1, komunikasi dan
dukungan X2, alat pelindung diri X3 dan pelatihan X4. Setelah melalui uji konfirmasi faktor terhadap keempat indikator keselamatan kerja. Construct reliability
untuk variabel keselamatan kerja ditemukan sebesar 0,946 dan AVE sebesar 0.8142 yang berarti reliabilitas baik. Dengan demikian. Analisis konfirmasi faktor terhadap
keselamatan kerja menghasilkan 4 indikator. Menurut urutan besaran masing-masing muatan faktor SLF diketahui bahwa
peraturan keselamatan X1 yang merupakan indikator keselamatan kerja merupakan indikator yang tertinggi atau paling signifikan SLF= 0,99. Sub faktor kedua dalam
variabel keselamatan kerja adalah dukungan dan komunikasi X2 dengan nilai sebesar SLF= 0,88, selanjutnya indikator alat pelindung diri X3 SLF=0,82, dan
terakhir disusul oleh pelatihan yang merupakan sub faktor terendah dalam keselamatan kerja X4 SLF=0,8.
Tabel 4.10 Nilai SLF pada Variabel Keselamatan Kerja Variabel Laten
Varaibel Manifes SLF
Error CR
AVE
Keselamatan X1
0,99 0,01
0,946 0,8142
X2 0,88
0,22 X3
0,82 0,33
X4 0,8
0,36
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.10. persamaan SLF untuk variabel keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
X1 = 0,99 X + 0,01 X2 = 0,88 X + 0,22
X3 = 0,82 X + 0,33 X3 = 0,80 X + 0,36
Gambar 4.4 Konfirmatori Analisis Keselamatan Kerja
Berdasarkan hasil SLF, maka peraturan keselamatan X1 merupakan indikator yang dominan dalam variabel keselamatan di PT. X oleh karena itu
perusahaan selalu berkomitmen untuk melaksanakan program K3. Program Keselamatan kerja diharapkan dapat meningkatkan keamanan pekerja dalam bekerja.
4.4.4 Kesehatan Kerja
Berdasarkan kerangka teori yang dibangun, variabel kesehatan kerja memiliki 3 indikator besar yaitu kondisi fisik X5, pemeriksaan kesehatan X6 dan sarana
Keselamatan Kerja X1
X4 X3
X2 0,01
0,22
0,33
0,36 0,99
0,88 0,82
0,8
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan X7. Setelah melalui uji konfirmasi faktor terhadap ketiga indikator kesehatan kerja. Construct reliability untuk variabel kesehatan kerja
ditemukan sebesar 0,939 dan AVE sebesar 0.8367 yang berarti reliabilitas baik. Dengan demikian. Analisis konfirmasi faktor terhadap kesehatan kerja menghasilkan
3 indikator. Menurut urutan besaran masing-masing muatan faktor SLF diketahui bahwa
kondisi fisik X5 yang merupakan indikator kesehatan kerja merupakan indikator yang tertinggi atau paling signifikan SLF= 0,97, pemeriksaan kesehatan X6
SLF= 0,92, dan terakhir disusul oleh sarana pelayanan kesehatan yang merupakan sub faktor terendah dalam kesehatan kerja X7 SLF= 0,85.
Tabel 4.11 Nilai SLF pada Variabel Kesehatan Kerja Variabel Laten
Varaibel Manifes SLF
Error CR
AVE
Kesehatan X5
0,97 0,05
0,939 0,8367
X6 0,92
0,16 X7
0,85 0,28
Berdasarkan Tabel 4.11. persamaan SLF untuk variabel kesehatan kerja
adalah sebagai berikut : X1 = 0,97 X + 0,05
X2 = 0,92 X + 0,16 X3 = 0,85 X + 0,28
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Konfirmatori Analisis Kesehatan Kerja
Berdasarkan urutan SLF, maka kondisi fisik X1 merupakan indikator yang dominan dalam variabel keselamatan di PT. X oleh karena itu perusahaan harus
memperhatikan kesehatan pekerja secara preventif dengan melakukan pemeriksan kesehatan dan kuratif dengan cara menyediakan klinik kesehatan, dokter, dan
pemberian obat-obatan dengan gratis.
4.4.5 Produktivitas Kerja
Berdasarkan kerangka teori yang dibangun, variabel produktivitas pekerja memiliki 3 indikator besar yaitu kuantitas kerja Y1, kualitas kerja Y2 dan
ketepatan waktu Y3. Setelah melalui uji konfirmasi faktor terhadap ketiga indikator produktivitas kerja. Construct reliability untuk variabel partisipasi karyawan
ditemukan sebesar 0,94 dan AVE sebesar 0,8413 yang berarti reliabilitas baik. Dengan demikian. Analisis konfirmasi faktor terhadap produktivitas kerja
menghasilkan 3 indikator.
Kesehatan Kerja
X6 X6
X5 0,05
0,16
0,28 0,97
0,92
0,85
Universitas Sumatera Utara
Menurut urutan besaran masing-masing muatan faktor SLF diketahui bahwa kuantitas kerja Y1 yang merupakan indikator produktivitas kerja merupakan
indikator yang tertinggi atau paling signifikan SLF= 0,99. Sub faktor kedua dalam variabel produktivitas kerja adalah kualitas Y2 dengan nilai sebesar SLF= 0,97,
dan terakhir disusul oleh ketepatan waktu yang merupakan sub faktor terendah dalam produktivitas kerja Y3 SLF= 0,79.
Tabel 4.12 Nilai SLF pada Variabel Produktivitas Kerja Variabel Laten
Varaibel Manifes SLF
Error CR
AVE
Produktivitas Y1
0,99 0,03
0,94 0,8413
Y2 0,97
0,07 Y3
0,79 0,38
Berdasarkan Tabel 4.12. persamaan SLF untuk variabel produktivitas kerja adalah sebagai berikut :
X1 = 0,99 X + 0,03 X2 = 0,97 X + 0,07
X3 = 0,79 X + 0,38
Gambar 4.6 Konfirmatori Analisis Produktivitas Kerja
Produktivitas Kerja
Y3 Y2
Y1 0,03
0,07
0,38 0,99
0,97
0,79
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan urutan SLF, maka kuantitas Y1 merupakan indikator yang dominan dalam variabel produktivitas kerja di PT. X yaitu terdiri dari pencapaian
kerja, semangat kerja yang tinggi, dan pemanen memaksimalkan hasil kerja mereka.
4.4.6 Struktural Model
Model struktural menggambarkan hubungan-hubungan yang ada di antara variabel laten Wijanto 2008. Pada analisis ini menggunakan metode SEM
Structural Equation Model dengan memeriksa hubungan di antara variabel-variabel sebagai sebuah unit. Dengan pendekatan persamaan struktural, penelitian ini ingin
menemukan pola interaksi yang terjadi antara produktivitas kerja dengan melalui faktor-faktor dalam keselamatan yaitu peraturan keselamatan, dukungan dan
komunikasi, alat pelindung diri, dan pelatihan. Selain itu dilihat pula indikator dari kesehatan kerja itu sendiri yakni kondisi fisik, pemeriksaan kesehatan dan sarana
pelayanan kesehatan. Berikut adalah uji kecocokan model dimana telah memenuhi syarat
Tabel 4.13. Uji Kecocokkan Model secara Keseluruhan
Ukuran Uji Kecocokkan Model secara Keseluruhan
Nilai Patokan untuk Kecocokkan Model
Kecocokkan Model terhadap Data
Probabilitas dari = 0,21
Ya RMSEA = 0,056
Ya NFI = 0,96
Ya NNFI = 0,99
Ya CFI = 0,99
Ya IFI = 0,99
Ya RFI = 0,95
Ya RMR = 0,056
Ya SRMR = 0,056
Ya GFI = 1,00
Ya AGFI = 0,99
Ya
Universitas Sumatera Utara
Dalam menilai model dengan SEM dimulai dengan melihat R-Square untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai R-Square dapat digunakan untuk
menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif. Variabel laten endogen dalam model
structural yang memiliki hasil R
2
sebesar 0,67 mengindikasikan bahwa model “baik”, R
2
sebesar 0,33 mengindikasikan bahwa model “moderat”, R
2
sebesar 0,19 mengindikasikan bahwa model “lemah” Ghozali, 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi dari variabel keselamatan ke variabel produktivitas sebesar 0,66. Varibel keselamatan mampu menjelaskan
mempengaruhi variabel produktivitas sebesar 0,66
2
= 0,4356 =43,56. Korelasi dari variabel kesehatan ke variabel produktivitas sebesar 0,70. Variabel keselamatan
mampu menjelaskan atau mempengaruhi variabel produktivitas sebesar 0,70
2
= 0,49 = 49. Hasil output dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.7 Output Korelasi Model SEM
Persamaan struktural secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Produktivitas = 0,31 Keselamatan + 0,46Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Hasil menunjukkan diketahui koefisien jalur dari variabel keselamatan ke variabel produktivitas sebesar 0,31. Nilai koefisien jalur yang positif menunjukkan
bahwa variabel kesehatan berpengaruh positif terhadap produktivitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka produktivitas akan cenderung meningkat
dengan nilai t 2,01 t
tabel
= 2, artinya bahwa pengaruh yang terjadi antara variabel keselamatan dan variabel produktivitas signifikan secara statistik pada tingkat
signifikansi 5. Koefisien jalur dari variabel kesehatan ke variabel produktivitas sebesar 0,46.
Nilai koefisien jalur yang positif menunjukkan bahwa variabel kesehatan berpengaruh positif terhadap produktivitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat
kesehatan, maka produktivitas akan cenderung meningkat dengan nilai t 3,09 t
tabel
= 2, artinya bahwa pengaruh yang terjadi antara variabel keselamatan dan variabel produktivitas signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5.
Diketahui nilai koefisien determinasi berdasarkan output LISREL
Gambar 4.8 adalah 0,52. Nilai tersebut dapat diinterpretasi 52 dari variabel laten produktivitas dapat dijelaskan oleh persamaan struktural tersebut. Dengan kata lain,
variable keselamatan dan kesehatan mampu menjelaskan naik-turunnya variabel produktivitas sebesar 52, sisanya 48 dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini seperti skill pekerja, lingkungan kerja, dan lain sebagainya. Hasil R
2
dalam model menunjukkan bahwa model yang dihasilkan dalam katagori moderat
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Output Hasil Persamaan SEM
Dengan persamaan garis regresi yang diperoleh, maka model tersebut dapat diintepretasikan, sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi variabel keselamatan terhadap produktivitas diperoleh nilai
koefisien 0,31 berarti bahwa apabila nilai keselamatan X
1
mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara hal-hal lainnya bersifat tetap, maka produktivitas
pemanen meningkat sebesar 0,31. 2.
Hasil uji regresi variabel kesehatan terhadap produktivitas diperoleh nilai koefisien 0,46 berarti bahwa apabila nilai kesehatan X
2
mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara hal-hal lainnya bersifat tetap, maka produktivitas
pemanen meningkat sebesar 0,46. Bahwa analisis produktivitas pemanen paling besar pengaruhnya adalah
kesehatan, hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi yaitu = 0,46.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh positif antara keselamatan terhadap produktivitas sebesar dengan koefisien jalur 0,31 pada modifikasi model.
Hal ini berarti bahwa keselamatan kerja yang diterapkan oleh PT. X di Kabupaten Serdang Bedagai berpengaruh terhadap produktivitas pemanen. Keselamatan mampu
menjelaskan mempengaruhi variabel produktivitas sebesar 43,56. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2006, yang menyimpulkan bahwa
adanya pengaruh positif dan signifikan antara keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan
Khaerurahman 2007 yang melakukan penelitian dengan judul pengaruh kesehatan dan keselamatan kerjaK3 terhadap kinerja karyawan pada PT. Sinar Sosro
Cabang Gersik. Hasil uji F menunjukkan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 19,642 dan
hasil uji t menunjukkan bahwa keselamatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 2,882, dan kesehatan kerja mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan sebesar 3,136 koefisien determinasi R square sebesar 0,40 menunjukkan bahwa variabel bebas Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat
menjelaskan 40 terhadap variabel terikat kinerja karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa indikator yang berpengaruh terhadap keselamatan kerja adalah antara lain peraturan keselamatan, komunikasi dan
dukungan, alat pelindung diri, dan pelatihan. Hasil factor loadings menunjukkan bahwa peraturan keselamatan merupakan hal yang paling mempengaruhi keselamatan
kerja. Peraturan keselamatan merupakan ujung tombak utama suatu perusahaan untuk berkomitmen melaksanakan keselamatan pekerja. Komitmen yang telah dipegang
oleh perusahaan merupakan kunci utama dalam membangun komunikasi dan dukungan dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat dengan salah
satu caranya menyediakan alat pelindung diri bagi pemanen. Adopsi perilaku pemanen dalam hal penggunaan APD dapat dilakukan dengan cara pelatihan. Hasil
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitriani 2013 yaitu variabel keselamatan kerja dibentuk secara signifikan oleh indikator sosialisasi keselamatan
kerja, komunikasi dan informasi, alat pelindung diri, prosedur keselamatan kerja pengawasan, pelatihan keselamatan kerja, dan pemberian jaminan sosial.
Peraturan keselamatan kerja dibuat untuk melindungi pekerja dari bahaya pekerjaan terutama pemanen, dengan adanya aturan yang telah dibuat oleh
perusahaan maka perilaku pemanen yang tidak aman seperti tidak menggunakan helm, tidak menggunakan kacamata, dan tidak menggunakan sepatu dapat diubah.
Pimpinan PT ini sudah memiliki komitmen untuk melaksakan K3 perusahaan. Peraturan keselamatan kerja juga sudah dibuat dalam berbagi sektor terutama pada
bidang pemanen.
Universitas Sumatera Utara
Komitmen adalah niat atau tekad untuk menjelaskan sesuatu yang menjadi daya dorong yang sangat kuat. Tanpa adanya komitmen dari semua unsur organisasi,
khusunya pemimpin, pelaksanaan K3 tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja harus berperan serta
dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Hasibuan 2000, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya
keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Peraturan yang diterapkan juga sangat mendukung hasil kinerja pemanen,
pemanen tidak perlu merasa takut karena tidak aman, karena perusahaan sudah menyediakan semua peralatan untuk melindungi diri pemanen saat memanen sawit,
terkhusus memanen sawit yang pohonnya sudah tinggi. Setiap pemanen juga harus mengikuti peraturan yang berlaku karena mandor akan selalu mengawasi pemanen.
Terkadang sebagian pemanen tidak mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan biasanya dilakukan oleh pemanen yang masa kerjanya masih rendah. Bagi pemanen
yang masa kerjanya tinggi sudah lebih banyak merasakan keuntungan dilaksanakan peraturan keselamatan kerja.
Peraturan keselamatan sangat penting di suatu perusahaan dan diharapkan setiap perusahaan berkomitmen untuk mengutamakan keselamatan kerja Peraturan ini
pun diperkuat oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
Universitas Sumatera Utara
keselamatan dalam melakukan pekrjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
PT. X Serdang Bedagai sudah hampir 10 tahun menerapkan SMK3. Perusahaan ini sudah membuat jalur evakuasi jika terjadi bencana ataupun bahaya,
perusahaan juga sudah mempunyai teknologi GPS untuk mengidentifikasi bahaya titik-titik api yang dapat menimbulkan bahaya, sehingga sedini mungkin titik-titik api
tersebut dapat ditanggulangi dan dapat mencegah bahaya kebakaran. Sepanjang jalan di area perkebunan dipasang tanda-tanda keselamatan saat
bekerja. Pemasangan tanda-tanda sebagai media promosi yang diharapkan dapat membawa pesan peringatan untuk mengutamakan keselamatan kerja. Pemasangan
tanda berisi keterangan-keterangan seperti pada tempat-tempat yang sering terjadi kecelakaan terdapat peringatan berhati-hati terhadap jalan yang licin, mesin yang
berbahaya, selalu menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja, dan lain sebagainy.
Komunikasi dan dukungan dari mandor juga sangat mempengaruhi perilaku pemanen agar tetap menaati peraturan keselamatan ini. Setiap harinya pemanen di PT
iniselalu selalu mendapatkan dukungan dari asisten kebun dan mandor mengenai keselamataan kerja dan produktivitas pemanen. Hasil pengamatan dilapangan setiap
hari pukul 06.00 para pemanen, asisten kebun dan mandor harus berkumpul di kantor devisi untuk menerima pengarahan. Kegiatan pengarahan berisi berdoa bersama,
memeriksa perlengkapan pemanen terkhusunya APD, dan pemberian motivasi untuk kerja sehingga target yang ditentukan perusahaan dapat dicapai. Pada pengarahan
Universitas Sumatera Utara
tersebut asiten kebun dan mandor mengulang kembali pentingnya penggunan APD bagi pemanen, seperti menggunakan helm akan melindungi kepala tertimpa buah
sawit, penggunaan kacamata melindungi mata dari pelepah sawit, dan menggunakan sepatu untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam yang ada di tanah.
Setiap hari asisten kebun dan mandor selalu mengingatkan untuk mematuhi peraturan yang dibuat oleh perusahaan, jika ada yang melanggar peraturan seperti
tidak membawa salah satu APD maka pemanen tersebut tidak diizinkan bekerja dan terpaksa harus kembali ke rumah. Komunikasi yang dilakukan di perusahaan ini tidak
dilakukan searah saja tapi dilakukan dua arah, dimana pemanen juga berhak bertanya kepada mandor mengenai pekerjaan mereka.
Alat Pelindung Diri APD adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh karyawan apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.
Habsari 2003 mengatakan bahwa APD adalah seperangkat alat yang digunakan karyawan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya kecelakaan kerja. Komitmen perusahaan yang tinggi mengenai K3 menyebabkan semua fasilitas
APD tersedia dengan baik. Hasil dilapangan didapatkan hampir seluruh pemanen menggunakan APD dengan lengkap yaitu helm, sarung tangan, kacamata, dan sepatu,
ada juga pada saat dilapangan yang tidak menggunakan APD dengan lengkap. Salah satunya tidak menggunakan kacamata, pada saat itu pemanen menyatakan bahwa
kacamata yang dipakai masih kurang nyaman karena sering berembun kena keringat, yang menyebabkan pengelihatan pada saat menggunakan kacamata menjadi kabur,
Universitas Sumatera Utara
dan solusinya adalah mengelap kaca mata secara terus menerus. Mandor juga menyatakan hal yang sama, beberapa pekerja malas menggunakan kacamata karena
masih kurang nyaman dan sampai saat ini memang masih dilakukan riset pemodelan kacamata yang nyaman bagi pemanen.
APD yang kurang nyaman akan mempengaruhi perilaku pekerja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifin 2012 yang menyebutkan
bahwa ada hubungan antara kenyamanan pekerja dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Rengganis 2012
pada tenaga kerja percetakan di Kota Surabaya juga menunjukkan hubungan faktor kenyamanan dengan penggunaan APD oleh pekerja. Sesuai dengan pendapat
Budiono 2006 menyatakan bahwa persyaratan dari APD adalah salah satunya nyaman untuk dipakai.
Seluruh APD yang digunakan oleh pemanen di PT ini sudah disediakan oleh perusahaan, dan diberikan secara gratis. Tidak hanya itu saja perusahaan juga
melakukan pengecekan rutin terhadap semua peralatan. Peralatan yang tidak layak digunakan akan diganti oleh pihak perusahaan. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi
pemanen di PT ini untuk tidak menggunakan APD. Tidak hanya itu saja perusahaan juga meminta pendapat pemanen mengenai alat yang digunakan sudah nyaman atau
bagi mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin, dkk 2012 yang
menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan APD dengan penggunaan APD. Selain itu Nichol 2010 juga menemukan bahwa salah
Universitas Sumatera Utara
satu faktor prediktor yang mempengaruhi penggunaan APD oleh perawat di Acute Care Hospital yaitu ketersediaan fasilitas alat pelindung di tempat kerja. Ridley
2008 mengemukakan bahwa ketersediaan fasilitas APD dapat bepengaruh positif maupun negatif terhadap penggunaannya, hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah,
ukuran, jenis, dan kondisi APD yang disediakan. Mathis dan Jhon 2002 menyatakan bahwa keselamatan kerja merujuk pada
kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol
terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana
mereka bekerja. Sehingga tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental maupun sosial sehingga dapat bekerja secara
optimal. Keselamatan kerja yang diselanggarakan dengan baik akan menciptakan
kenyamanan dalam bekerja sehingga meningkatkan motivasi pemanen untuk mencapai target kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dengan untuk memaksimalkan
hasil pekerjaan memaksimalkan. Peraturan keselamatan akan membuat pemanen untuk bekerja dengan disiplin, yaitu masuk kerja tepat waktu, bekerja sesuai dengan
jam kerja dan dapat memanfaatkan waktu jam kerja sebaik-baiknya. Menurut Lalu 2005, keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja
yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Hasil penilitian yang dilakukan Rani 2011 menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
keselamatan kerja yang terdiri dari alat pelindung kerja, peralatan kerja, lingkungan kerja, pengawasan, dan pelatihan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
produktivitas kerja karyawan pada PT. Adhi Karya Persero Tbk Divisi Aspalt Mixing Plant AMP Kawasan Medan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan produktivitas kerja
pemanen, sesuai dengan teori pendukung yang dinyatakan oleh Schuler Jackson dalam Yuli 2005 bahwa kondisi kerja yang aman akan membuat para pekerja
menjadi produktif yang akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
5.2 Pengaruh Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja