Korelasi antara implementasi e-nofa (Electronic Nomor Faktur) dengan peningkatan pelaporan wajib pajak badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua: studi kasus observasi KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat

(1)

i

KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI E-NOFA (ELECTRONIC NOMOR FAKTUR) DENGAN PENINGKATAN PELAPORAN WAJIB

PAJAK BADAN DI KPP WAJIB PAJAK BESAR DUA

(Studi Kasus Observasi KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

ASTY WAHYUNI 1110082000155

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI E-NOFA (ELECTRONIC NOMOR FAKTUR PAJAK) DENGAN PENINGKATAN PELAPORAN

WAJIB PAJAK BADAN DI KPP WAJIB PAJAK BESAR DUA DI JAKARTA PUSAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

ASTY WAHYUNI NIM.1110082000155

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Fitri Damayanti, SE,M.i NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19810731 200604 2 003

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

iii


(4)

iv


(5)

v

SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Asty Wahyuni

NIM : 1110082000155

Jurusan : Akuntansi

Judul Skripsi : Implementasi Antara E-Nofa (Electronic Nomor Faktur Pajak) dengan penigkatan pelpaoran wajib pajak badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya serta bukan merupakan replikasi atau saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 23 Maret 2015

Asty Wahyuni NIM 1110082000155


(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

 Nama : Asty Wahyuni

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Tempat/Tanggal Lahir : Sorowako, 21 Februari 1991

 Agama : Islam

 Alamat : Jl. Pangrango F. 245 Lawewu Luwu Timur

Sulsel

 Telepon : 082349525910 / 087884913847

 E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN

 SDN 425 Nikkel Sorowako : 1997 – 2003

 SMP Yapman Sorowako : 2003 – 2005

 SMA YPS Sorowako : 2005 – 2008

 UNM Makassar : 2008 – 2010

 UIN Syarif Hidaytullah : 2010 – 2015

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

 Ayah : Achsam Hasan Saleh

 Tempat/Tanggal Lahir : Matano, 7 November 1989

 Ibu : Ummi Rosidah

 Tempat/Tanggal Lahir : Cimpu, 9 November 1989

 Alamat : s.d.a


(7)

vii

CORRELATION BETWEEN THE IMPLEMENTATION OF E-NOFA (ELECTRONIC TAX INVOICE NUMBER) TAXPAYERS WITH IMPROVED

REPORTING IN THELARGE TAXPAYER OFFICER WAJIB PAJAK BESAR DUA OF CENTRAL JAKARTA

ABSTRACT

This research is aimed to look at the direction of the relationship between the implementation of e-Nofa (electronic tax invoice number) with increased reporting of corporate taxpayers in the Large Taxpayer Officer Wajib Pajak Besar Dua of central Jakarta.The sample of this research is a data report the notice letter last four years ranging from 2011 to 2014.Data used in the form of secondary data obtained directly from the KPPWajib Pajak Besar Dua of central Jakarta.This research uses product moment correlation analysis.

The results of this research indicate that the direction of the relatinship implementation of e-Nofa relationship (electronic tax invoice number) is a strong positive for the compliance report, underpayment, overpayment and strong negative nil to report that overall it can be concluded that the implementation of e-Nofa have a positive impact for the Large Taxpayer Officer Wajib Pajak Besar Dua of central Jakarta.Broadly speaking, the independent and dependent variables of this research have a strong relationship and mutually influence each other.


(8)

viii

KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI E-NOFA (ELECTRONIC NOMOR FAKTUR PAJAK) DENGAN PENINGKATAN PELAPORAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP WAJIB PAJAK BESAR DUA JAKARTA

PUSAT ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat arah hubungan antara implementasi e-nofa (electronic nomor faktur pajak) dengan peningkatan pelaporan wajib pajak badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua di Jakrta Pusat. Sampel dalam penelitian ini adalah data laporan surat pemberitahun empat tahun terakhir mulai dari tahun 2011 hingga 2014. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh langsung dari KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Product Moment.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa arah hubungan implementasi e-nofa (electronic nomor faktur pajak) adalah kuat positif untuk laporan kepatuhan, kurang bayar, lebih bayar dan negatif kuat untuk laporan nihil yang secara keseluruhan dapat disimpulakan bahwa implementasi e-nofa ini berdampak positif bagi Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua di Jakarta Pusat. Secara garis besar variabel independen dan dependen dalam penelitian ini memiliki hubungan yang kuat dan saling mempengaruhi satu sama lain.


(9)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Robbil’Alamiin, segala puji dan syukurpenulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan limpahan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Implementasi E-NOFA (Electronic Nomor Faktur Pajak) Dengan Peningkatan Pelaporan Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat”. Penyusunan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepda semua pihak yang telah mambantu dalam penyusunan skripsi ini terutama pada:

1. Allah Subhana Wa Ta’ala

2. Kedua orang tua yang sangat saya cintai yaitu Ayahanda Achsam Hasan Saleh dan Ibunda Ummi Rosida. Terimakasih atas cinta yang tak pernah henti yang kau engkau berikan, perhatian, dukungan, kebebasan serta doa yang tiada henti disetiap sujudnya. I will love you until eternity run out. 3. Buat nenek tersayang nenek Soleha yang selalu setia mendoakan dan

menunggu kepulangan cucuknya tersayang ditanah perantauan ini. Sehat


(10)

x

4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM dan ibu Fitri Damayanti, SE, M.i selaku dosen pembimbing Skripsi yang sudah dengan sabar menunggu dan bebesarhati meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarhakan dan memberikan saran serta semangat dan kemudahan dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Prof. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.CA Selaku Ketuan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembinmbing Akademik. 8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

9. Seluruh staf bagian akademik dan jurusan akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Yang terkasih my best friend, my boy friend, my lovely caring man Ahmad Dalal thanks a lot for every single support even the distance saparate us, i felt you the second person after my parents i’m so thankfull to Allah i have chance to know you. I do love you.

11. Yang begitu baik teman KKN yang sangat keibuan dan perhatian Khilda Fithri Aryani dengam bantuannya yang sangat tidak terduga dari Allah melalui dirimu disaat dilanda kebingungan . Terimkasih mengajarkan penggunaan SPPS dan mengajarkan mengitung rumus-rumus yang


(11)

xi

membingungkan. you the best one ever even you didn’t know i wrote your name here.

12. Teman-teman kosant yang selalu meberi semangat di saat down K Silvy, Dian, Okka, K Ari, Reni dan K Tini. Terimkasih selalu memberi semangat. 13. Bapak Sri Mulyani selaku ketua seksi pelayan di KPP Wajib Pajak Besar Dua yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan data yang saya butuhkan dengan pelayanan yang cepat dan ramah. Terimakasih atas kemudahannya pak.

Hanya harapan dan dia yang dapat penulis panjatkan. Semoga semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahun. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari semua pihak unuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu para pembaca dan rekan-rekan mahasiswa/i lainnya.

Jakarta, 24 Maret 2015


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii

Lembar Pernyataan Bukan Plagiat ... iv

Daftra Riwayat Hidup ... v

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftra Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ...6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ...9

2. Manfaat penelitian ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Alikasi E-Nofa (Electronic Nomor Faktur Pajak) 1. Pengolahan Data Elektronik ...11


(13)

xiii

2. Penjelasan E-Nofa (Electronik Nomor Faktur dalam Peraturn Jendral Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 ...12 3. Tata cara pengajuan E-Nofa (Electronic Nomor Fatur)

...15 4. Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password

...15

5. Tata Cara Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak ...17 6. Tata Cara Pengembalian Nomor Seri Faktur Pajak

...18 7. Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak

...19 8. Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak ...21 9. Formulir-formulir Mengenai Aplikasi E-Nofa

...23 B. Pengusaha Kena Pajak

1. Penjelasan ...23 2. Pengecualian Kewajiaban Pengusaha Kena Pajak

...24 3. Pengusaha Kecil ...24 C. Teori Faktur Pajak

1. Penjelasan ...25 2. Fungsi Faktur Pajak ...25 3. Jenis Faktur Pajak ...26 4. Saat Pembuatan Faktur Pajak 4 PMK

No.38/PMK.03/2010...27 5. Syarat Pajak Masukan Dapat Dikreditkan

...28 6. Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan


(14)

xiv

D. Teori Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

1. Penjelasan ...30

2. Objek Pajak Pertambahan Nilai ...31

3. Karakteristik dari Pajak Pertambahan Nilai ...33

4. Penyetoran ...35

5. Dasar Pengenaan Pajak ...36

6. Mekasnisme Pajak Pertambahan Nilai ...36

7. Tarif PPN ...37

E. Surat Pemberitahuan (SPT) 1. Penjelasan ...38

2. Fungsi SPT ...38

3. Jenis SPT ...40

4. Batas Waktu Penyampaian SPT ...40

5. Wajib Pajak ...41

6. Wajib Pajak Badan ...43

F. Surat Ketetapan Pajak 1. Penjelasan ...44

G. Keterkaitan Antara Variabel dan Hipotesis Korelasi anatara Implementasi E-Nofa dengan Penigkatan Pelaporan Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua Berdasarkan Masa PPN...44

H. Penelitian Terdahulu ...46

I. Kerangka Pemikiran ...49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ...53

B. Metode Penentuan Sampel ...53


(15)

xv

D. Metode Analisis Data ...55 1. Uji Hipotesis ...55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas tentang Gambaran Umum Objek

Penelitian...60 B. Hasil Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji SPSS Analisa Korelasi Bivarate

...63

2. Hasil Uji Hipotesis Koefisien Korelasi dengan Perhitungan Manual ...63 a. Uji E-Nofa denga (KPT) Kepatuhan Wajib Pajak

...63 b. Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Kurang Bayar (KB)

...66 c. Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Lebih Bayar (LB)

...69 d. Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Nihil (NIHIL)

...72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...76 B. Saran ...79

Daftar Pustaka ...81


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penerimaan dari Sektor Pajak dalam Negri ... 3

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 29

Tabel 3.1 Tabel Pedoman Umum Kriteria Korelasi ... 57

Tabel 4.1 Data Data Wajib Pajak Badan Pengguna E-Nofa ... 41

Tabel 4.2 Jumlah Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua ... 42

Tabel 4.3 Hasil Uji korelasi Bivarate ...60

Tabel 4.4 Hasil Uji E-Nofa dengan Kepatuhan Wajib Pajak ...63

Tabel 4.5 Hasil Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Kurang Bayar ... 66

Tabel 4.6 Hasil Uji E-Nofa dengan Laporan Pajak Lebih Bayar ... 69


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Data Sekunder Laporan Surat Pemberitahuan seluruh WP di KPP Wajib Pajak

Besar Dua Jakarta Pusat ...83

Data Sekunder Pengguna E-Nofa ...83

Daftar Nama Perusahaan Pengguna E-Nofa ...83

Hasil Uji Statistik Gabungan antara Semua Variabel...89

Hasil Uji Statistik antara Masing-Masing Indikator ...90


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi khususnya penggunaan teknologi yang semakin maju, berlangsung terus menerus dan berkesinambungan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik material maupun spiritual. Mewujudkan masyarakat yang sejahtera itu sendiri merupakan tujuan dari Negara Indonesia sebagaimana yang telah tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut maka dapat dipastikan bahwa pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit, karena semakin banyak tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh suatu negara untuk mengurus dan menyejahterakan rakyatnya, semakin banyak pula dana yang dibutuhkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, teknologi informasi banyak digunakan oleh kehidupan manusia bahkan dalam praktek pemerintahan di beberapa negara menggunakan teknologi informasi melalui media online yang menjadi salah satu pilihan untuk mendukung pelaksanaan pemerintahan yang baik.

Indonesia sendiri sudah menerapkan penggunaan teknologi informasi yang dapat membantu kegiatan masyarakat tidak terkeculai di kantor Pelayan Pajak Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat, sehingga memudahkan pagawai pajak atau fiskus dalam mengimput data Wajib


(20)

2

Pajak. Sehingga Wajib Pajak tidak perlu ke kantor palayanan Pajak dalam melakukan penyetoran pajak (Firda, 2012).

Berdasarkan uraian diatas dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dan menawarkan berbagai kemudahan dengan ini diharapakan penggunaan teknologi dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat khususnya untuk Wajib Pajak dan meringankan pekerjaan pegawai pajak. keseriusan pemerintah demi tercapainya realisasi penerimaan pajak setiap tahunnya adalah dengan terus meyempurnakan sistem self assessment, yang diterapkan dalam perpajakan di Indonesia yakni memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang wajib pajak. sepenuhnya ada ditangan Wajib Pajak (Siti Resmi, 2009:12). Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak. Disamping itu, juga kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, memahami kebutuhan wajib pajak, tersedianya fasilias fisik termasuk sarana komunikasi yang memadai, dan pegawai yang cakap dalam tugasnya (Supadmi, 2009). DJP melakukan modernisasi sistem administrasi perpajakan guna menigkatkan kualitas pelayanan perpajakan sehingga dapat meningkatkan penerimaan


(21)

3

negara. Medornisasi perpajakan meliputi reformasi kebijakan, reformasi administrasi dan reformasi pengawasan. Reformasi kebijakan terdiri dari amandemen undang-undang antara lain UU No. 36 tahu 2008 mengenai Pejak Penghasilan, UU 16 tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), UUNo. 42 Tahun 2009 mengenai PPN dan PPnBM. Reformasi administrasi merupakan reformasi yang dilakukan berkaitan dengan organisasi, teknologi informasi dan SDM, sedangkan reformasi pengawasan terkait dengan adanya kode etik pegawai seirama dengan pelaksanaan good governace dan equal treatment dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian tujuan modernisasi perpajakan adalah (1) tercapainya tingkat kepatuahn (tax compliance) yang tingga, (2) tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi dan (3) tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi sehingga diharapkan penerimaan pajak yang menigkat (Lingga, 2009).

Salah satu jenis pajak yang diterapkan di Indonesia adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Pertambahan nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan (PPn), yang berdasarkan pada undang-undang Nomor 8 tahun 1983 yang ditetapkan sejak 1 April 1985 sebagaiman telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahn Nilai (PPN). Dasar pemikiran atas Pajak Pertambahan Nilai adalah untuk mengenakan pajak pada tingkat kemampuan masyarakat untuk berkonsumsi, yang pengenaanya dilakukan secara tidak langsung kepada konsumen. Tabel


(22)

4

penerimaan dari sektor pajak dalam negeri yang dijelaskan pada tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1

Penerimaan dari Sektor Pajak dalam Negri (dalam Triliun Rupiah)

URAIAN 2011 2012 2013

PPh MIGAS 73.09 83.46 80.06

PPH Non Migas 358.02 381.29 416.14

PPN DAN PPnBM 277.80 337.57 369.70

PBB 29.89 28.96 25.79

BPHTB 54.09 49.65 41.71

Cukai 77.01 95.02 101.86

Pajak Lainnya 3.92 4.21 5.06

Sumber: Kementrian Keuangan, Republik Indonesia

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat Penerimaan pajak di Indonesia dari Pajak Pertambahan Nilai mengalami kenaikan pada tahun 2013 walaupun Pajak Pertambahan Nilai masih dibawah Pajak Penghasilan, membuktikan bahwa Pajak Pertambahan Nilai memberikan kontribusi yang besar terhadap penerimaan dari sektor pajak dan juga pola konsumtif masyarakat membuat sektor industri dan perdagangan memegang andil yang cukup besar sebagai sumber penerimaan pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Berdasarkan uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sangat berpengaruh terhadap penerimaan negara dalam sektor pajak maka dengan itu pemerintah memberikan berbagai fasilitas yang menawarkan kemudahan kepada wajib pajak khusunya kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk melaporkan faktur pajak sebagai bukti dari keberlangsungan usaha mereka.


(23)

5

Faktur pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak atau bukti pemungutan pajak karena impor barang kena pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai (Mardiasmo, 2009:228). Didukung dengan menggunakan item elektronik yang lebih aman dalam penyimpanan data SPT Masa PPN. Melakukan perbaikan dengan menambah daya speed dari sistem, penambahan aplikasi pengingat jika terdapat kesalahan dalam menginput. Efektivitas Penerapan e-SPT Masa PPN berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan Wajib Pajak Badan (Handayani, 2013)

Peraturan yang dibuat oleh Direktorat Jendral Pajak yaitu PER-24/PJ/2012 tentang bentuk, ukuran, tata cara pengisian keterangan, prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pembetulan atau penggantian, dan tata cara pembatalan faktur pajak. Direktorat Jendral Pajak berharap dengan adanya peraturan tersebut meminimalisir faktur pajak fiktif. Peraturan tentang E-Nofa ini dibuat untuk meminimalisir wajib pajak dalam melakukan pajak fiktif dan ganda. E-Nofa juga diterapkan untuk memudahkan pegawai pajak dalam melakukan pengawasan kepada wajib pajak, tetapi tidak semua PKP (Pengusaha Kena Pajak) akan diberikan jatah nomor faktur pajak. Kantor pajak akan lebih selektif dalam menentukan pengusaha mana yang layak diberikan jatah nomor faktur pajak. Hanya pengusaha yang tertib dan diyakini


(24)

6

keberadaannya saja yang akan mendapat jatah nomor faktur pajak ini, yaitu mereka yang telah dilakukan kegiatan verifikasi dan registrasi ulang.

Untuk bisa mendapatkan nomor faktur pajak seorang pengusaha harus melakukan hal-hal sebagai berikut: Pertama, terlebih dahulu pengusaha harus mengajukan surat permintaan kode aktivasi dan kata sandi (password) ke kantor pajak setempat. Kemudian apabila disetujui maka kode aktivasi dan kata sandi tersebut akan diberikan kepada pengusaha tadi. Kode aktivasi akan dikirim melalui pos sementara kata sandi akan dikirimkan melalui email. Oleh karena itu alamat wajib pajak menjadi hal yang penting untuk di perbaharui agar surat kode aktivasi tidak salah kirim. Pengusaha juga diharapkan melek TI (teknologi informasi) yaitu telah memiliki email dan mampu menggunakannya, sebab email akan berperan dalam pengiriman kata sandi oleh otoritas pajak. Kedua, setelah mendapatkan kode aktivasi dan kata sandi pengusaha sudah bisa mengajukan surat permintaan kode dan nomor seri faktur pajak yang ditujukan ke kantor pajak dimana ia terdaftar. Nomor faktur pajak akan diberikan setelah pengusaha menginput secara bersamaan kode aktivasi dan kata sandi ke komputer kantor pajak. Setelah diberikan nomor, maka pengusaha sudah bisa dengan leluasa bertransaksi dan memungut PPN 10% dari lawan transaksi (Chandra, 2013 www.pajak.go.id).

Adapun peranan KPP pada saat sebelum e-nofa diterapkan yaitu memberikan penyuluhan dan fasilitas bagi PKP agar dapat segera memahami e-nofa seperti mengadakan sosialisasi,kelas pajak,


(25)

7

brosur/banner dan dampingan bagi wajib pajak yaitu AR (Account Representatif) seperti yang dilakukan oleh KPP Pratama Bangkalan dalam penerapan peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 yang menujukkan hasil yang sebagian besar sudah cukup baik (Chamalinda, 2013)

Ariba, Inc adalah penyedia terkemuka untuk solusi bisnis perdagangan kolaboratif yang menyelenggarakan jaringan faktur elektronik terbesar di Prancis dana salah satu jaringan faktur elektronik terbesar di Eropa. Dengan dinamika perekonomian global saat ini, perusahaan diseluruh dunia mulai merangkul otomatisasi faktur untuk merampingkan proses keuangan dan menigkatkan arus kas Bob, 2011. Ariba dapat membantu lebih banyak perusahaan memungkinkan proses faktur cerdas membantu mereka mengotomatisasi manajemen faktur agar lebih geografis dan telah disertifikasi oleh akuntan independen untuk menangani persyaratan peraturan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan faktur di 24 negara (Karen, 2011).

SEC Thailand 2012 telah mengumumkan perusahaan yang terdaftar untuk bergabung dengan sistem e-Faktur untuk mengurangi biaya operasional serta kemungkinan kecurangan dan korupsi dan juga bermanfaat bagi kesiapan perusahaan dalam menghadapi trend global menuju masyarakat elektronik. Dengan sistem e-Faktur ini akan lebih transparansi dan memperlihatkan Good Governance sebuah perusahaan. Penerapan Elektronik Faktur telah hampir diterapkan diseluruh dunia.


(26)

8

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas dengan melihat dinegara-negara eropa telah suskses menerapkan elektronik faktur maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai korelasi implementasi E-NOFA (electronic nomor faktur) pajak dengan peningkatan pelaporan wajib pajak badan. Untuk itu peneliti mengambil variabel independen yaitu korelasi implementasi elektronik nomor faktur dengan peningkatan pelaporan wajib pajak sebagai variabel dependen. Penelitian ini pun diberi judul “Korelasi antara Implementasi E-Nofa (Electronic Nomor Faktur Pajak) dengan Peningkatan Pelaporan Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua Jakarta Pusat”.

Variabel dependen Implementasi E-Nofa (Electronic Nomor Faktur Pajak) diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Firda dkk (2012) dan Chamalinda dkk (2013) yang menyatakan bahwa dengan penerapan E-Nofa berpengaruh signifikan dalam upaya untuk menigkatkan pelaporan Wajib Pajak sedangkan penelitian chamalinda menyatakan penerapan E-Nofa sudah cukup baik dan sesuai dengan perpajakan yang berlaku, dan Kepatuhan Wajib Pajak Badan dilakukan oleh Handayani (2013) dan Lingga (2012) yang menyatakan bahwa penerapan e-SPT dengan item elektronik berpengaruh positif dan signifikan kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Denpasar Barat dalam melaporkan SPT Masa PPN.


(27)

9 B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara Implementasi E-NOFA dengan peningkatan pelaporan Wajib Pajak?

2. Berapa besar hubungan antara Implementasi E-NOFA dengan peningkatan pelaporan Wajib Pajak?

C. TUJUAN DAN MANFAAT 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:

1. Hubungan antara Implementasi E-NOFA dengan peningkatan pelaporan Wajib Pajak.

2. Besar hubungan antara Implementasi E-NOFA dengan peningkatan pelaporan Wajib Pajak.

MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk semua pihak diantaranya:

a. Bagi Kantor Pelayanan Pajak dan Direktorat Jendral Pajak

Dengan implementasi E-NOFA akan memberikan kemudahan dan pemanfaatan bagi pegawai pajak dalam mengawasi lokasi dan subjek pajak serta dapat meningkatkan pelaporan Wajib Pajak sehingga dapat memaksimalkan pendaptan negara.


(28)

10

b. Bagi Wajib Pajak Badan

Wajib pajak tidak perlu datang ke kantor Pelayanan Pajak untuk melakukan kewajibanya bisa dilakukan dengan online.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharpakan dapat menambah dan mengembangkan wawasan peneliti, kususnya dalam bidang perpajakan dengan cara membandingkan teori yang diperoleh dengan kenyataan atau kondisi yang sebenarnya terjadi dilapangan.

d. Ilmu Perpajakan

Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang perpajakan sehingga dapat dijadikan bahan keputusan atau referensi, terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan Pelaporan Wajib Pajak.


(29)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aplikasi E-Nofa (Electronic Nomor Faktur Pajak) 1. Pengolahan Data Elektronik

Pengertian Pengolahan Data Elektronik adalah serangkaian kegiatan yang menggunakan komputer untuk mengubah informasi yang masih mentah (data) menjadi informasi yang berguna (Firda, 2012:). Penjelasan mengenai masing-masing kegiatan tersebut tampak sebagai berikut:

a) Inputting

Inputting adalah proses pengumpulan data dan pencatatan fakta, yang dalam kaitannya dengan dunia usaha berarti transaksi bisnis organisasi yang bersangkutan. Pemasukan data ini dapat dilakukan secara langsung dan seketika (dalam hal online real time), dari sekelompok data atau secara periodik (batch data processing).

b) Storing

Penyimpanan (storing) maksudnya menyimpan data atau informasi secara sekaligus sehingga dapat digunakan lagi untuk waktu-waktu yang akan datang. Uraian diatas menjelaskan penyimpanan data dan informasi sekaligus. Hal ini perlu dimengerti oleh para manager dan auditor karena adanya


(30)

12

kewajiban hukum untuk menyimpan keduanya sampai suatu batas waktu tertentu.

c) Processing

Pengolahan (Processing) adalah menipulasi masukan untuk diubah menjadi keluaran sebagaimana yang direncanakan.

d) Outputting

Merupakan proses menghasilkan keluaran (output) yaitu menghasilkan informasi yang berguna dan hasil pemrosesan tersebut dapt ditayangkan dalam layar monitor, dituangkan dalam kertas pita (print-out), atau disimpan dalam disket, hardisk atau media penyimpanan dala lainnya sebagaimana yang dilakukan dalam tahap penyimpanan.

e) Controlling

Pengendalian (controlling) dalam hal ini mengarah pola dan urutan-urutan kegiatan sehingga inputting, storing, processing dan controlling dapat terlaksana sebagaimana yang dikehendaki atau yang direncanakan.

2. Penjelasan E-Nofa (Electronic Nomor Faktur) dalam Peraturan Jendral Pajak Nomor PER-24/PJ/2012

Elektronik Nomor Faktur Pajak merupakan kebijakan baru yang dibuat oleh Direktorat Jendral Pajak yang tertuang dalam PER/24/PJ/2012 tentang bentuk, ukuran, tata cara pengisian


(31)

13

keterangan, prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pembetulan atau penggantian, dan tata cara pembatalan faktur pajak. Peraturan ini menggantikan Per-13/PJ/2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per-65/PJ/2010. Peraturan ini mulai berlaku 1 April 2013, namun karena masih banyak PKP yang belum mengerti dan mendaptkan nomor seri, sehingga penerapan E-nofa mulai diberlakukan 1 Juni 2013. Peraturan ini mengalami perubahan atau penyempurnaan yaitu dengan adanya Peraturan DJP Nomor PER-08/PJ/2013 yang dikelurankan tanggal 27 Maret 2013. Namun perbedaan anatar kedua peraturan tersebut hanya pada waktu pemberlakuan E-nofa saja. Namun untuk acuannya tetap mengacu pada Peraturan DJP Nomor Per-24/PJ/2012 ini. Ketentuan baru dalam Peraturan DJP Nomor Per-24/PJ/2012 :

a) Kode dan nomor seri faktur pajak terdiri dari 16 digit yaitu 2 digit kode transaksi, 1 digit kode status, dan 13 digit nomor seri faktur pajak.

b) Nomor seri faktur pajak diberikan oleh DJP melalui permohonan dengan instrumen pengaman berupa kode aktivasi dan password. c) Identitas penjual dan pembeli, terutama alamat harus diisi dengan

alamat yang sebenarnya atau sesungguhnya.

d) Jenis BKP atau JKP harus diisi dengan keterangan yang sebenranya atau sesungguhnya.


(32)

14

e) Pemberitahuan pejabat/pegawai penandatanganan faktur pajak, harus dilampiri dengan fotokopi kartu identitas yang sah yang dilegalisasi pejabat yang berwenang.

f) PKP yang tidak menggunakan nomor seri faktur pajak dari DJP atau menggunakan nomor seri faktur pajak ganda akan menyebabkan faktur pajak yang diterbitkan merupakan faktur pajak tidak lengakap.

g) Faktur pajak tidak lengkap akan menyebabkan PKP pembeli tidak dapat dikreditkan sebagai pajak masukan dari PKP penjual dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menggunakan Elektronik Nomor Faktur Pajak ini Pengusaha Kena Pajak harus membuat faktur pajak dengan menggunakan kode nomer seri faktur pajak. Nomor Seri Faktur Pajak adalah nomor seri yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak dengan mekanisme tertentu penomoran Faktur Pajak berupa kumpulan angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf yang ditentukan oleh Direktorat Jendral Pajak yang terdiri dari 16 (enam belas) digit yaitu:

1) 2 (dua) digit kode transaksi 2) 1 (satu) digit kode status

3) 13 (tiga belas) digit nomor seri faktur pajak yang ditentukan oleh Direktorat Jendral Pajak


(33)

15

3. Tata cara pengajuan E-Nofa (Electronic Nomor Faktur)

Dalam rangka mengajukan penggunaan e-NOFA ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh wajib pajak, antara lain:

a) Isi surat permohonan dengan identitas yang jelas sehingga nanti jika Kantor Pelayanan Pajak merespon via pos bisa ditentukan (lampiran hal 1)

b) Setelah Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan surat kode aktivasi dan mengirim email yang berisi password. Kembali lagi diajukan permohonan dengan dilampiri kode aktivasi dan password.

c) Tunggu dalam 3 (tiga) hari, selanjutnya Kantor Pelayanan Pajak akan menerbitkan surat pemberitahuan nomor faktur pajak untuk Pengusaha Kena Pajak.

4. Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi dan Password

Berdasarkan Peratuaran DJP Nomor PE-24/PJ/2012 pasal 8, langkah pertama untuk menggunkan aplikasi E-Nofa, PKP mengajukan permohonan kode aktivasi dan password, dengan cara sebagai berikut:

a) PKP datang ke KPP dengan mengajukan surat permohonan kode aktivasi dan password secara tertulis dan diisi lengkap.


(34)

16

b) KPP akan menerbitkan kode kativasi dan password, jika PKP telah dilakukan registrasi ulang oleh KPP tempat PKP terdaftar dan laporan hasil registrasi ulang/verifikasi menyatakan PKP tetap dikukuhkan.

c) Jika PKP sudah memenuhi syarat tersebut, KPP akan :

1) Menerbitkan surat pemberitahuan kode aktivasi yang ditandatangani oleh Kasi Pelayanan atas nama Kepala KPP, dan dikirim melalui pos dalam amplop tertutup ke alamat PKP. 2) Mengirimkan password melalui email ke alamat email PKP,

namu jika PKP tidak memenuhi syarat tersebut, maka KPP menerbitkan surat pemberithauan penolakan.

d) Surat pemberitahuan kode aktivasi tersebut dibat dalam 2 rangkap yang diperuntukkan untuk disampaikan ke PKP dan untuk arsip KPP.

e) KPP menerbitkan surat pemberitahuan kode aktivasi atau surat pemberitahuan penolakan kode aktivasi dan password dalm jangka waktu paling lama 3 hari kerja setelah permohonan diterima.

f) Jika surat pemberitahuan kode aktivasi hilang, PKP dapt meminta kembali ke KPP dengan melampirkan fotokopi surat keterangan kehilanga dari kepolisian dan bukti peneriamaan surat dari KPP atas surat permohonan kode aktivasi dan password.

g) Dalam jangka wakut 6 bulan sejak surat pemberiahuan kode akivasi dicetak, DJP dapat melakukan aktivitas kembali


(35)

(re-17

aktivitas) atas kode aktivasi yang telah dimiliki oleh PKP melalui surat pemberitahuan kode aktivasi yang dikirim melalui pos ke alamat PKP yang bersangkutan.

h) Hal-hal yang penting untuk diperhatikan: alamat pengiriman dan alamat email harus ditulis dengan jelas dan benar agar kode aktivasi dan password dapat diterima.

5. Tata Cara Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak

Berdasarkan Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 pasal 9, langkah kedua PKP mengajukan permintaan nomor seri faktur pajak dengan cara:

a) PKP menyampaikan surat permintaan nomor seri faktur pajak yang harus diisi secara lengkap dan di sampaikan ke KPP.

b) KPP menerbitkan surat pemberitahuan nomor seri faktur pajak, jika PKP telah memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Telah memilik kode aktivasi dan password.

2) Telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3 masa pajak terakhir, yang telah jatuh tempo secara berturut-turut pada tanggal permintaan disampikan ke KPP.

c) Surat pemberitahuan nomor seri faktur pajak ditandatangani oleh Kasi Pelayanan atas nama Kepala KPP dibuat dalam 2 rangkap yang diperuntukkan untuk disampikan ke PKP dan untuk arsip KPP.


(36)

18

e) KPP langsung memberikan surat pemberitahuan nomor seri faktur pajak yang hilang, rusak, atau tidak tercetak dengan jelas, dapat dimintakan kembali ke KPP dengan menunjukkan surat permintaan nomor seri faktur pajak.

Hal-hal yang perlu diiperhatikan dalam permintaan nomor seri fakur:

1) PKP hanya dapat membuat faktur pajak menggunakan nomor seri yang telah diberikan oleh DJP.

2) Apabila diperlukan, PKP dapat mengajukan lagi permintaan nomor seri faktur pajak ke KPP serta PKP juga berkewajiban melaporkan nomor seri faktur pajak yang tidak digunakan. 3) Dalam membuat faktur pajak, PKP harus menambahkan sendir

3 digit di dpan nomor seri.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 pasal 13, langkah ketiga yaitu PKP menyampaikan nama pejabat/pegawai yang berhak menandatangani faktur pajak dengan syarat yang sudah ditentukan.

6. Tata Cara Pengembalian Nomor Seri Faktur Pajak

Berdasarkan Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 pasl 10, nomor seri faktur pajak yang tidak digunakan dalam satu tahun pajak tertentu dilaporkan ke KPP tempat PKP dikukuhkan bersamaan dengan SPT Masa PPN Masa Pajak Desember tahun pajak yang bersangkutan.


(37)

19

7. Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak

Atas permintaan PKP pembeli/penerima JKP atau atas kemauan sendiri, PKP penjual/pemberi JKP membuat faktur pajak pengganti terhadap faktur pajak yang rusak, salah dalam pengisian/penulisan, yaitu dengan cara:

a) Pembetulan faktur pajak yang salah dalam pengisian/penulisan, tidak diperkenankan dengan cara menghapus/mencoret, selain dengan membuat faktur pajak pengganti.

b) Penerbitan dan peruntukan faktur pajak pengganti dilaksanakan seperti penerbitan dan peruntukan faktur pajak yang biasa sesuai dengan kode nomor seri faktur pajak yang telah ditetapkan.

c) Faktur pajak pengganti diisi berdasarkan keterangan yang seharusnya dan dilampiri dengan faktur pajak yang rusak, salam dalam pengisian/penulisan.

d) Faktur pajak pengganti tetap menggunakan nomor seri faktur pajak yang sama dengan nomor seri fakur pajak yang diganti. Sedangkan tanggal faktur pajak pengganti diisi dengan tanggal pada saaat faktur pajak pengganti di buat.

e) Pada faktur pajak pengganti, dibutuhkan cap yang mencantumkan kode dan nomor seri faktur pajak yang diganti. PKP dapat membuat cap tersebut seperti contoh berikut:


(38)

20

f) Penerbitan faktur pajak pengganti mengakibatkan adanya kewajiban untuk membetulkan SPT Masa PPN pada Masa Pajak terjadinya kesalahan pembuatan faktur pajak tersebut.

g) Fakur pajak pengganti dilaporkan dalanm SPT Masa PPN pada Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak dilaporkan faktur pajak yang dilakukan penggantian dengan mencantumkan nilai/keterangan yang sebenarnya setelah penggantian.

h) Pelaporan faktur pajak pengganti pada SPT Masa PPN harus mencantumkan kode dan nomor seri faktur pajak yang diganti pada kolom yang telah ditentukan.

Selain itu berikut tata cara penggantian faktur pajak yang hilang: 1. PKP penjual atau pemberi JKP

a) PKP penjual/pemberi JKP dapat mengajukan permohonan tertulis untuk meminta copy dari faktur pajak yang hilang kepada PKP pembeli/penerima JKP dengan tembusan kepada KPP di tempat PKP penjual/pemberi JKP dikukuhkan dan kepada KPP di tempat PKP pembeli/penerima JKP dikukuhkan.

b) Berdasarkan permohonan tesebut PKP pembeli/penerima JKP membuat copy dari arsip faktur pajak yang


(39)

21

disimpannya untuk dilegalisasi oleh KPP tempat PKP pembeli/penerima JKP dikukuhkan. Copy dibuat dalam 2 rangkap, yaitu:

a) Lembar ke-1 : diserahkan ke PKP penjual atau pemberi JKP.

b) Lembar ke-2 : arsip KPP yang bersangkutan

c) Legalisasi diberikan oleh KPP tempat PKP pembeli/penerima JKP dikukuhkan setelah meneliti arsip faktur dan SPT Masa PPN dari PKP pembeli atau penerima JKP tersebut.

d) KPP di tempat PKP penjual/pemberi JKP dikukuhkan atas SPT Masa PPN dari PKP penjual atau pemberi JKP untuk meyakinkan bahwa faktur pajak yang hilang tersebut sudah dilaporkan sebagai pajak keluaran.

2. PKP pembeli atau penerima JKP

Tata cara penggantian faktur pajak yang hilang pada PKP pembeli/penerima JKP dikukuhkan sama halnya dengan cara penggantian faktur pajak yang hilang pada PKP penjual/pemberi JKP tersebut.

8. Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

Dalam hal terjadinya pembatalan transaksi penyerahan BKP/JKP yang faktur pajaknya telah diterbitkan, maka faktur pajak tersebut harus dibatalkan dengan cara sebagai berikut:


(40)

22

a) Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi pembatalan transaksi, seperti pembatalan kontrak atau dokumen lain.

b) Faktur pajak yang dibatalkan harus tetap di simpan oleh PKP penjual yang menerbitkan faktur pajak tersebut.

c) PKP penjual yang membatalkan faktur pajak harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari faktur pajak yang dibatalkan ke KPP tempat PKP penjeual dikukuhkan dan ke KPP tempat PKP pembeli dikukuhkan.

d) Jika PKP penjual belum melaporkan faktur pajak yang dibatalkan di dalam SPT Masa PPN, maka PKP penjual harus tetap melaporkan faktur pajak tersebut dalam SPT Masa PPN dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.

e) Jika PKP penjual telah melaporkan faktur pajak tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai pajak keluaran. Maka PKP penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak yang bersangkutan, dengan cara melaporkan faktur pajak yang dibatalkan dengan mencantumkan nila 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.

f) Jika PKP pembeli telah melaporkan faktur pajak tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai pajak masukan, maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa Pajak yang bersangkutan,


(41)

23

dengan cara melaporkan faktur pajak yang dibatalkan dengan mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.

9. Formulir-formulir Mengenai Aplikasi E-Nofa

Terdapat formulir yang terdapat dalam penggunaan aplikasi e-nofa berdasarkan Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 yaitu form permohonan kode aktivasi dan password, form opemberitahuan kode aktivasi, form penolakan pemberian kode aktivasi dan password, form permintaan nomor seri faktur pajak, form pemberian nomor seri faktur pajak, form pemberian nomor seri fakutr pajak yang tidak digunakan, form sura pemberitahuan penunjukan pejabat/pegawai yang berwenang menandatangani faktur pajak. Form surat pemberitahuan perubahan pejabat/pegawai yang menandatangani faktur pajak.

B. Pengusaha Kena Pajak 1. Penjelasan

Menurut UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 3A ayat 1, Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud diwajibkan:

1) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;


(42)

24

2) Memungut pajak terutang,

3) Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang, dan

4) Melaporkan perhitungan pajak. Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Mentreri Keuangan.

2. Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusahan yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusah kecil dan pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang atau jasa yang tidak dikenakan PPN.

3. Pengusaha Kecil

Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan broto tidak lebih dari Rp 600.000.000,00. Pengusaha kecil wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, apabila sampai dengan satu bulan dalam tahun buku, jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi batas yang ditetapkan. Pengusah tersebut wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat pada akhir


(43)

25

bulan berikutnya. Beberapa hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pengusah kecil:

a) Dilarang membuat faktur pajak.

b) Tidak wajib memasukkan SPT Masa PPN.

c) Diwajibkan membuat pembukuan atau pencatatan.

d) Wajib melapor untuk dikukuhkan sebagai PKP, bagi pengusah kecil yang memperoleh peredaran bruto di atas batas yang telah ditentukan (Mardiasmo, 2008:278).

C. Teori Faktur Pajak 1. Penjelasan

Pasal 1 huruf UU PPN 1984 yang denga UU Nomor 42 Tahun

2009 menjadi Pasal 1 angka 23 merumuskan “Faktur pajak adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak atau bukti pungutan pajak impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai”

2. Fungsi Faktur Pajak

Berdasarkan definisi dari teori faktur pajak diatas maka faktur pajak berfungsi sebagai berikut:

a. Bukti pungutan pajak bagi Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak


(44)

26

b. Bukti pembayaran pajak ditinjau dari sisi pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak atau Orang Pribadi atau badan yang mengimpor Barang Kena Pajak.

c. Sarana untuk mengkreditikan Pajak masukan.

3. Jenis Faktur Pajak

Berdasarkan fungsinya maka faktur pajak di bedakan dalam beberapa jenis sebagai berikut:

a. Faktur Pajak Gabungan

Pada dasarnya faktur pajak gabungan merupakan faktur pajak standar. Faktur Pajak Gabungan yang merupakan Faktur Pajak standar harus dibuat paling lambat pada akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak.

b. Faktur Pajak Sederhana

Faktur Pajak Sederhana juga merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak untuk menampung kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir. Direktorat Jendral Pajak dapat menetapkan tanda bukti penyerahan atau tanda bukti pembayaran sebagai faktur pajak sederhana yang paling sedikit memuat:

1) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.


(45)

27

2) Jenis dan kuantum Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang diserahkan.

3) Jumlah harga jual atau penggantian yang sudah termasuk pajak pertambahan nilai atau besarnya PPN dicantumkan secara terpisah.

4) Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana.

c. Dokumen-dokumen tertentu yang diterpakan sebagai faktur pajak satandar oleh dirjen pajak. Dokumen-dokumen tertentu yang diperlukan sebagai Faktur Pajak Standar paling sedikit harus memuat:

Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen. 1) Nama dan alamat penerima dokumen

2) Nomor Pokok Wajib Pajak dalam hal penerima dokumen adalah wajib pajak dalam negri.

3) Jumlah satuan barang apabila ada. 4) Dasar Pengenaan Pajak

5) Jumlah pajak yang terutang.

4. Saat Pembuatan Faktur Pajak 4 PMK No.38/PMK.03/2010

Persyaratan dalam pembuatan faktur pajak dijelaskan sebagai berikut:

a. Selambat- lambatnya akhir bulan berikutnya jika penyerahan mendahului pembeyaran, kecuali sebelum akhir bulan tersebut telah diterima pembayaran.


(46)

28

b. Pada saat penerimaan pembayaran, dalam hal pembayaran dilakukan mendahului penyerahan.

c. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalm hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.

d. Pada saat penagihan, untuk penyerahan BKP dan JKP kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai pemungut PPN.

e. Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP.

5. Syarat Pajak Masukan Dapat Dikreditkan

Persyaratan untuk pajak masukan yang dapat dikreditkan adalah sebgaia berikut:

a. Pengusaha yang melakukan pengkreditan telah berstatus PKP (telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak).

b. Adanya bukti Pajak Masukan dalam bentuk Faktur Pajak Standar / Khusus yang sah, benar dan lengkap.

c. Dilakukan dalam masa pajak yang sama, namu masih memeungkinkan pada masa pajak berikutnya, sepanjang tidak melampaui bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku dan belum dibebankan sebagai biaya serta belum dilakukan pemeriksaaan.

d. Pajak masukan yang dikreditkan berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yaitu pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran dan manajemen dengan syarat ada kaitannya dengan penyerahan yang terutang PPN dan sifatnya


(47)

29

tidak untuk tujuan konsumtif direksi, dewan komisaris, karyawan dan pemegang saham.

6. Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan

Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah sebgai berikut:

a. Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP atau untuk pemanfaatan BKP / JKP dari luar daerahn pabean, sebelum pengusaha dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

b. Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha.

c. Yang dibayar untuk perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor jenis sedan dan station wagen, kecuali bila barang tersebut adalah untuk persediaan barang dagangan atau untuk digunakan langsung sesuai dengan bidang usahanya, misalnya usaha persewaan kendaraan bermotor.

d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pebean sebelum pengusah dikukuhkan sebagai PKP. e. Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5 atau ayat 9 UU PPN atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP.


(48)

30

f. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 6 UU PPN. g. Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya ditagih dengan

penerbitan ketetapan pajak.

h. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuaan Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemerikasaan.

i. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi sebagaiman dimaksud pada Pasal 9 ayat 2A UU PPN. Perolehan Barang Kena Pajak dan.atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya disebabkan dari pengenaan PPN.

D. Teori Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1. Penjelasan

Ditinjau dari sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis pajak yang menetapkan kedudukan pemikul beban dengan kedudukan penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara pada pihak-pihak yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli dan penerima jasa dari tindakan sewenang-wenang negara (pemerintah). Apabila penjual atau pengusaha jasa tidak memungut PPN dari pembeli atau penerima jasa, sepenuhnya menjadi tanggung jawab


(49)

31

penjual atau pengusaha jasa, bukan tanggung jawab pembeli atau penerima jasa (Sukardji 2011:2).

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Hal ini disebabkan karena Pajak Penjualan diras sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak. Berdasarkan Undang-undang No. 42 Tahun 2009 tentang perubahan Ketiga atas Undang-undang No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa Pajak Penjualan atas Barang Mewah, pada bagian umum, Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setia jalur produksi dan distribusi.

2. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Objek Pajak Pertambahan Nilai selalu mengalami perubahan seiring dengan diberlakukannya Undang-undang baru. Objek Pajak Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf a,b,c,d,e,f,g,h, Pasal 16 C, Pasal 16 D Undang-undang No. 42 Tahun 2009 yang berlaku mulai 1 April 2010. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.


(50)

32

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.

d. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

f. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.

g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.

h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Mentri Keuangan.

j. Penyerahan Brang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.


(51)

33

Syarat penyerahan barang atau jasa yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, sesuai dengan penjelasan pasal 4 huruf a dan huruf c UU PPN 1984, yaitu :

1) Yang diserahkan adalah BKP atau JKP 2) Dilakukan dalam daerah Pabean

3) Dalam kegiatan usaha/pekrjaan PKP, yaitu sesuai dengan kegiatan sehari-hari PKP yang artinya ada unsur pengulangan.

3. Karakteristik dari Pajak Pertambahan Nilai adalah:

Berdasarkan uraian diatas Pajak Pertamabahan Nilai memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Pajak tidak Langsung

Pemikul beban pajak atau pembeli dan penanggung jawab pembayaran atau penjual berada pada pihak yang berbeda. Apabila terjadi penyimpangan pemungutan pajak, maka fiskus akan meminta pertanggunjawaban penjual.

b. Pajak Objektif

Timbulnya kewajiban membayar Pajak Pertambahan Nilai ditentukan oleh adanya objek pajak.

c. Multi stage tax

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi.


(52)

34

Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut tidak langsung disetorkan ke kas Negara. Pajak Pertambahan Nilai yang disetor ke kas Negara merupakan hasil perhitungan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran. Pajak masukan yang diperhitungkan untuk memperoleh jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar ke Kas Negara merupakan kredit pajak. Untuk mendeteksi kebenaran jumlah Pajak Masukan dan Pajak Keluaran dibutuhkan suatu dokumen sebagai alat bukti yang dinamakan Faktur Pajak.

e. Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri

Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas konsumsi barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak didalam negri.

f. Netral

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas konsumsi barang maupun jasa dan pemungutannya menganut prinsip tempat tujuan (Pajak Pertambahan Nilai dipungut ditempat brang atau jasa dikonsumsi)

g. Tidak menimbulkan dampak Pajak Berganda

Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas nilai tambah dan Pajak Pertambahn Nilai yang dibayar dapat diperhitungkan dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut,


(53)

35

h. Consumption type value tas (VAT)

Dalam Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia, Pajak Masukan atas pembelian dan pemeliharaan barang modal dapat dikreditkan dengan pajak keluaran yang dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak (Firda, 2012).

4. Penyetoran

Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM dalam satu masa pajak yang terutang harus dilakukan paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Apabila tanggal tersebut jatuh pada hari libur, termasuk hari sabtu atau hari libur nasional pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Untuk impor, penyetoran harus dilakukan pada hari kerja berikutnya, kecuali yang dipungut pada tanggal 31 Maret harus disetorkan pada hari itu juga. PPN yang pemungutannyaa dilakukan oleh bendahara atau instansi pemerintah yang ditunjuk harus disetor paling lama tanggal 7 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Pengertian hari libur nasional termasuk yang diliburkan untuk penyelenggaraan pemilihan umum yang ditetapkan oleh pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh pemerintah (Waluyo,2011:19).


(54)

36 5. Dasar Pengenaan Pajak

Waluyo (2011:13) menjelaskan “Dasar Pengenaan Pajak

(DPP) untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Pajak yang tertang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan

Pajak”. Penerapan DPP diatur dalam berbagai peraturan pelaksanaan Undang-undang sebagai berikut :

a. Untuk penyerahan atau penjualan BKP, yang menjadi DPP adalah jumlah harga jual.

b. Untuk penyerahan JKP, yang menjadi DPP adalah penggantian. c. Untuk impor, yang menjadi DPP adalah nilai impor.

d. Untuk ekspor, yang menjadi DPP adalah nilai ekspor.

e. Untuk pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean DPP-nya adalah sebesar jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP atau JKP tersebut.

f. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau peristiwa maupun jasa pengiriman paket, DPP-nya adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih, dll.


(55)

37

6. Mekanisme pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

Dalam pengenaan Pajak Pertambahan Nilai melalaui beberapa mekanisme sebagai berikut:

a. Pada saat membeli atau memperoleh Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, akan dipungut Pajak Pertambahn Nilai.

b. Pada saat menjual atau menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada pihak lain, wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai. Bagi penjual, Pajak Pertambahan Nilai tersebut merupakan pajak keluaran. Sebagai bukti telah memungut Pajak Pertambahn Nilai, Pengusaha Kena Pajak wajib membuat faktur pajak.

c. Apabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lamanya sama dengan bulan takwim) jumlah pajak keluaran lebih besar dari pada jumlah pajak masukan, selisishnya harus disetor ke Negara.

d. Apabila dalam suatu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil daripada jumlah pajak masukan, selisishnya dapat direstitusi (diminta kembali) atau dikompensasikan kemasa pajak berikutnya.

e. Pelaporan penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT masa PPN).


(56)

38 7. Tarif PPN

Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 7, Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10%. Sedangkan Tarif PPN atas ekspor BKP berwujud dan tidak berwujud serta JKP adalah 0%. Pengenaan tarif 0% berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi Pajak Masukan yang telah dibayar dari barang dan diekspor dapat dikreditkan.

Berdasarkan perimbangan perkembangan ekonomi dan/atau peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, dengan Peraturan Pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15% yang perubahn tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Perbedaan kelompok tarif tersebut didasarkan pada pengelompokan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1).

E. Surat Pemberitahuan (SPT) 1. Penjelasan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembeyaran pajak,objek pajak


(57)

39

dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Fungsi SPT

Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak

c. Harta dan kewajiban

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak sesuai dengan ketentuan umum peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan

(SPT) adalah sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjwabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Pelunasan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:


(58)

40

2) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dala satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sedangkan bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

3. Jenis SPT

Secara garis besar Surat Pemberitahuan (SPT) dibedakan menjadi dua, yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan, diamana penjelasannya sebagai berikut:

a. SPT Masa adalah SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak. SPT Masa terdiri dari SPT Masa pph, SPT Masa PPN, dan SPT Masa PPN untuk Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

b. SPT Tahunan adalah SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas pembayaran pajak yang terutang dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak. SPT Tahunan ini hanya ada untuk Pajak Penghasilan saja.


(59)

41

Batas waktu penyampaian SPT Tahunan, ada dua kategori, yaitu:

a. SPT Tahuanan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak. b. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling

lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak.

5. Wajib Pajak

Pengertian Wajib Pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi

pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wajib pajak. Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Tahun 1984 dan perubahannya. Sedangkan persyaratan objektif atau memperoleh penghasilan.


(60)

42

Dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-89/PJ/2009 Tentang Tata Cara Penanganan Wajib Pajak Non Efektif, Wajib Pajak yang terdaftar dapat diadministrasikan ke dalam dua jenis wajib pajak, yaitu:

a) Wajib Pajak Efektif yaitu Wajib Pajak yang melakukan pemenuhan kewajiban perpajkan baik berupa pembayaran pajak maupun penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan/atau Tambahan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

b) Wajib Pajak Non Efektif adalah Wajib Pajak yang tidak melakukan pemenuhan kewajiban baik berupa pembayran pajak maupun penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan/atau Tambahan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan, yang nantinya dapat diaktifkan kembali. Wajib Pajak dinyatakan sebagai Wajib Pajak Non Efektif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak pernah melakukan kewajiban perpajakan baik berupa pembayaran pajak maupun penyampaian SPT Masa dan/atau Tahuanan.

2) Tidak diketahui/ditemukan lagi alamatnya

3) Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah meninggal dunia tetapi belum diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli warisnya atau belum mengajukan penghapusan NPWP


(61)

43

4) Wajib Pajak Bdan yang telah bubar tetapi belum ada akte pembubarannya atau belum ada penyelesaian likuidasi (bagi badan yang sudah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang)

5) Wajib Pajak Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada atau bekerja diluar negeri lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.

Dalam hal perubahan status Wajib Pajak Efektif menjadi Non Efektif atau sebaliknya, dierktorat bagian Informasi Perpajakan harus melakukan pemantauan terhadap perubahan status wajib pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

6. Wajib Pajak Badan

Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan dalam melakukan usaha dan mempunyai hak dan kewajiban sebagai pembayar, pemotong dan pemungut pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku. Wajib Pajak Badan yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)

memiliki kewajiban untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN setia bulannya dengan benar, lengkap dan jelas (Hadayani 2013:35)


(62)

44 F. Surat Ketetapan Pajak

1. Penjelasan

Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Siti Resmi (2009;51).

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan oleh Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

1) Apabila berdasarkan hasil pemerikasaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang bayar;

2) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

3) Apabila berdasarkan hasil pemerikasaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (no persen);


(63)

45

4) Apabila kewajiban pembukuan dan pemerikasaan (sebgaimana dimakasud dalam pasal 28 atau Pasasl 29) tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang; atau

5) Apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf e ditmabah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak terutangnya pajak dan berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.


(64)

46

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tidak akan mungkin diterbitkan sebelum didahului dengan penerbitan surat ketetapan pajak. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dilakukan dengan syarat adanya data baru termasuk data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya.

Apabila masih ditemukan lagi data baru termasuk data yang semula belum terungkap pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan/atau data baru termasuk data yang semula belum terungkap yang diketahui kemudian oleh Direktur Jendral Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan masih dapat diterbitkan lagi.

c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil diterbitkan apabila setelah dilakukan pemerikasaan, ditemukan adanya jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak. Untuk masing-masing jenis pajak, Surat Ketetapan Pajak Nihil diterbitkan untuk:

1) Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.


(65)

47

2) Pajak Pertambahn Nilai, apabila jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak terutang, atau pajak tida terutang dan tidak ada kredit pajak. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

3) Pajak Penjualan atau Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang diabayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPKLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan untuk:

1) Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak (jumlah pajak yang dibayar) lebih besar dari pada jumlah pajak yang terutang;

2) Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih besar dari pada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak dengan jumlah pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahn Nilai tersebut; atau


(66)

48

3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

F. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis

Korelasi antara Implementasi E-Nofa dengan Peningkatan Pelaporan Wajib Pajak Badan di KPP Wajib Pajak Besar Dua berdasarkan SPT Masa PPN

Penelitian yang dilakukan oleh Frida dkk (2013) meyatakan bahwa implementasi e-nofa dalam upaya meningkatkan pelaporan Wajib Pajak memiliki hubungan yang positif karena setelah menggunakan e-nofa pelaporan dari kepatuhan Wajib Pajak, pajak lebih bayar dan pajak nihil lebih baik dari pada sebelum menggunakan e-nofa, sedangkan untuk pajak kurang bayar tidak ada beda sebelum dan sesudah menggunakan e-nofa. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Chamalinda (2013) yang menyatakan Penerapan e-nofa sebagain besar sudah cukup baik dan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Supadmi (2013) dan Lingga (2012) mengenai efektifitas e-SPT Masa PPN pada Kepatuhan Wajib Pajak Badan, menunjukkan hasil yang berpengaruh positif dan signifikan pada Kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Denpasar Barat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Firda dkk (2013), Chamalinda dkk (2013) dan Supadmi (2013), maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut.


(67)

49 G. PENELITIAN TERDAHULU

Berdasarkan landasan teori yang dijelasan dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan beberapa referensi yang berkaitan dengan penelitian ini yang dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian Firda Arizqiah, Endang Siti Astuti dan Fransisca Yaniangwati (2013) IMPLEMENTASI ELEKTRONIK NOMOR FAKTUR (E-NOFA) PAJAK DALAM MENINGKATKAN PELAPORAN WAJIB PAJAK Sampel:

Pegawai Pajak di KPP Pratama Surabaya Genteng Metode: Interview. Kuesioner terbuka dan dokumentasi

Hasil nilai uji statistik dari Kepatuhan wajib pajak, pajak lebih bayar dan pajak nihil ada beda yaitu setelah menggunakan

e-nofa lebih baik dari pada menggunakan

e-nofa, sedangkan untuk pajak kurang bayar tidak ada beda yaitu sebelum dan setelah menggunakan

e-nofa. Khy’sh Nursi Leapatra Chamalinda, Nurul Herawati dan Emi Rahmawati (2013) PENERAPAN PERATURAN DIREKTORAT JENDRAL PAJAK NOMOR PER-24/PJ/2012 TENTANG

E-NOFA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BANGKALAN Sampel: 2 PKP di KPP Pratama Bangkalan Metode: Wawancara dan Observasi di KPP Pratama

Bangkalan

Menunjukkan bahwa peranan KPP Pratama Bangkalan dalam penerpan Peraturan DJP Nomor PER-24/PJ/2012 tenang

E-Nofa sebagian besar sudah cukup baik dan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.


(1)

86

108 01.000.082.6-092.000 MERCEDES-BENZ INDONESIA

109 01.002.830.6-092.000 MITSUBISHI KRAMA YUDHA MOTORS AND MFG. 110 01.346.331.0-092.000 MULIAGLASS

111 01.356.469.5-092.000 MULIAKERAMIK INDAHRAYA 112 01.081.679.1-092.000 NISSAN MOTOR INDONESIA 113 01.001.756.4-092.000 PHILIPS INDONESIA

114 01.445.062.1-092.000 RAMAJAYA PRAMUKTI

115 01.365.481.9-092.000 RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK 116 01.208.298.8-092.000 SAMPOERNA PRINTPACK

117 01.061.747.0-092.000 SCHNEIDER INDONESIA 118 01.000.075.0-092.000 SEPATU BATA

119 01.205.955.6-092.000 SERIKAT PUTRA

120 01.466.654.9-092.000 SUMBER INDAH PERKASA 121 01.597.808.3-092.000 SUTOMO AGRINDO MAS 122 01.061.996.3-092.000 SUZUKI INDOMOBIL MOTOR 123 01.740.116.7-092.000 TIMOR PUTRA NASIONAL 124 01.307.782.1-092.000 TJAHJA SAKTI MOTOR

125 01.000.099.0-092.000 TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA 126 01.310.483.1-092.000 TRAKTOR NUSANTARA

127 01.001.105.4-092.000 TRIAS SENTOSA TBK 128 01.100.168.2-092.000 UMADA

129 01.363.987.7-092.000 UNGGUL WIDYA TEKNOLOGI LESTARI 130 01.000.103.0-092.000 UNITED CAN COMPANY LIMITED 131 01.682.508.5-092.000 ADIPRIMA SURAPRINTA

132 01.122.572.9-092.000 ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY 133 01.060.138.3-092.000 ASPEX KUMBONG

134 01.371.060.3-092.000 CAKRAWALA MEGA INDAH 135 01.000.594.0-092.000 DNP INDONESIA

136 01.326.236.5-092.000 FAJAR SURYA WISESA TBK. 137 01.577.116.5-092.000 GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA 138 01.481.535.1-092.000 GUNAWAN DIANJAYA STEEL 139 01.462.713.7-092.000 HARTONO ISTANA TEKNOLOGI 140 01.302.384.1-092.000 HERO SUPERMARKET TBK. 141 01.957.632.1-092.000 IBM INDONESIA

142 01.309.910.6-092.000 IMECO INTER SARANA

143 01.000.566.8-092.000 INDAH KIAT PULP & PAPER TBK. 144 01.001.780.4-092.000 INDONESIA ASAHAN ALUMUNIUM 145 01.000.529.6-092.000 INTER WORLD STEEL MILLS INDONESIA 146 01.000.231.9-092.000 ISPAT INDO

147 01.569.079.5-092.000 JAKARTA CAKRA TUNGGAL STEELMILLS 148 01.071.013.5-092.000 JAWA POWER

149 01.062.143.1-092.000 KRESNA DUTA AGROINDO 150 01.069.323.2-092.000 LG ELECTRONICS INDONESIA

151 01.115.965.4-092.000 LONTAR PAPYRUS PULP & PAPER INDUSTRY 152 01.869.783.9-092.000 MANDAU CIPTA TENAGA NUSANTARA


(2)

87 153 01.141.075.0-092.000 MASPION

154 01.394.013.5-092.000 MATAHARI PUTRA PRIMA TBK. 155 01.071.068.9-092.000 MURAMOTO ELEKTRONIK INDONESIA 156 01.109.421.6-092.000 PABRIK KERTAS TJIWI KIMIA TBK. 157 01.070.831.1-092.000 PAITON ENERGY

158 01.122.763.4-092.000 PAKERIN

159 01.069.413.1-092.000 PANASONIC GOBEL INDONESIA

160 01.000.604.7-092.000 PANASONIC MANUFACTURING INDONESIA 161 01.060.244.9-092.000 PANGERAN KARANG MURNI

162 01.001.855.4-092.000 PINDO DELI PULP AND PAPERMILLS 163 01.462.625.3-092.000 PRIMA TOBACCO HARUM INDUSTRY

164 01.071.971.4-092.000 PROCTER & GAMBLE HOME PRODUCTS INDONESIA 165 01.121.427.7-092.000 PURA BARUTAMA

166 01.326.231.6-092.000 RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA 167 01.740.026.8-092.000 RIAU ANDALAN KERTAS

168 01.341.857.9-092.000 RIAU ANDALAN PULP & PAPER 169 01.306.922.4-092.000 ROLIMEX KIMIA NUSAMAS

170 01.069.467.7-092.000 SAMSUNG ELECTRONICS INDONESIA 171 01.368.835.3-092.000 SANGHIANG PERKASA

172 01.203.129.0-092.000 SANTOS JAYA ABADI 173 01.641.644.8-092.000 SARANA KENCANA MULYA 174 01.061.523.5-092.000 SEAMLESS PIPE INDONESIA JAYA 175 01.001.880.2-092.000 SHARP ELECTRONICS INDONESIA

176 01.001.732.5-092.000 STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA (SPINDO) 177 01.450.751.1-092.000 SURYA PAMENANG

178 01.963.566.3-092.000 SYNNEX METRODATA INDONESIA

179 01.357.596.4-092.000 TANJUNGENIM LESTARI PULP AND PAPER 180 01.936.379.5-092.000 TELEVISI TRANSFORMASI INDONESIA 181 01.000.137.8-092.000 TEMBAGA MULIA SEMANAN TBK. 182 01.462.615.4-092.000 WIKATAMA INDAH SIGARET INDONESIA 183 01.001.681.4-092.000 AJINOMOTO INDONESIA

184 01.266.975.0-092.000 AMP PLANTATION 185 01.329.929.2-092.000 APLIKANUSA LINTASARTA 186 01.302.584.6-092.000 ASTRA INTERNATIONAL TBK. 187 01.642.566.2-092.000 BAKRIE TELECOM TBK 188 01.644.830.0-092.000 BINASAWIT ABADIPRATAMA 189 01.472.939.6-092.000 BULUH CAWANG PLANTATIONS 190 01.451.387.3-092.000 BUMI SAWIT PERMAI

191 01.118.574.1-092.000 CERES

192 01.000.172.5-092.000 CHAROEN POKPHAND INDONESIA 193 01.069.584.9-092.000 COCA COLA BOTTLING INDONESIA 194 01.070.657.0-092.000 COCA COLA DISTRIBUTION INDONESIA 195 01.356.255.8-092.000 DJUANDASAWIT LESTARI

196 01.001.061.9-092.000 EASTERN PEARL FLOUR MILLS 197 01.071.351.9-092.000 ERICSSON INDONESIA


(3)

88

198 01.000.168.3-092.000 FRISIAN FLAG INDONESIA 199 01.105.433.5-092.000 GENERAL FOOD INDUSTRIES 200 01.622.867.8-092.000 GERSINDO MINANG PLANTATION 201 01.103.626.6-092.000 GREAT GIANT PINEAPPLE

202 01.306.067.8-092.000 HASJRAT ABADI 203 01.882.487.0-092.000 HEINZ ABC INDONESIA 204 02.116.379.5-092.000 HUAWEI TECH INVESTMENT

205 01.967.397.9-092.000 HUTCHISON CP TELECOMMUNICATIONS 206 01.303.277.6-092.000 IMORA MOTOR

207 02.993.085.6-092.000 INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR 208 01.542.658.8-092.000 INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK 209 01.300.553.3-092.000 INDOMARCO ADI PRIMA

210 01.337.994.6-092.000 INDOMARCO PRISMATAMA 211 01.061.147.3-092.000 INDOSAT MEGA MEDIA 212 01.000.502.3-092.000 INDOSAT TBK.

213 01.558.591.2-092.000 INDOSIAR VISUAL MANDIRI 214 01.361.390.6-092.000 INDRIPLANT

215 01.062.129.0-092.000 INTI INDOSAWIT SUBUR 216 01.213.128.0-092.000 IVO MAS TUNGGAL

217 01.002.845.4-092.000 JAPFA COMFEED INDONESIA TBK. 218 01.742.459.9-092.000 MEGANUSA INTISAWIT

219 01.002.152.5-092.000 MERCEDES-BENZ DISTRIBUTION INDONESIA 220 01.002.228.3-092.000 MULTI BINTANG INDONESIA, TBK

221 01.130.661.0-092.000 MULTI NABATI SULAWESI 222 01.270.875.6-092.000 MULTIMAS NABATI ASAHAN 223 01.062.064.9-092.000 MUSI BANYUASIN INDAH 224 01.100.016.3-092.000 MUSIM MAS

225 01.308.948.7-092.000 NESTLE INDONESIA

226 01.071.623.1-092.000 NOKIA SIEMENS NETWORKS 227 01.061.631.6-092.000 NUTRICIA INDONESIA SEJAHTERA 228 01.128.141.7-092.000 PERKEBUNAN MILANO

229 01.001.752.3-092.000 PP LONDON SUMATRA INDONESIA 230 01.000.183.2-092.000 PT SMART

231 01.308.447.0-092.000 RODAMAS

232 01.596.183.2-092.000 SALIM IVOMAS PRATAMA 233 01.907.224.8-092.000 SARI AGROTAMA PERSADA 234 01.140.508.1-092.000 SARI HUSADA

235 01.387.784.0-092.000 SARI LEMBAH SUBUR 236 01.123.383.0-092.000 SASA INTI

237 01.220.467.3-092.000 SAWIT MAS SEJAHTERA 238 01.310.105.0-092.000 SIEMENS INDONESIA 239 01.371.352.4-092.000 SINAR ALAM PERMAI

240 01.371.587.5-092.000 SINAR KENCANA INTI PERKASA 241 01.882.794.9-092.000 SINARSIAK DIANPERMAI 242 01.792.185.9-092.000 SMART TELECOM


(4)

89 243 01.001.806.7-092.000 SOCFIN INDONESIA 244 01.371.339.1-092.000 SUZUKI INDOMOBIL SALES 245 01.422.341.6-092.000 TANIA SELATAN

246 01.213.180.1-092.000 TAPIAN NADENGGAN 247 02.116.115.3-092.000 TOYOTA-ASTRA MOTOR 248 01.269.805.6-092.000 WILMAR NABATI INDONESIA 249 01.101.793.6-092.000 WIRAKARYA SAKTI

250 01.345.276.8-092.000 XL AXIATA TBK.

Hasil Uji Statisitik gaabungan antara semua indikator

Correlations

ENofa PKPLapor KB LB Nihil

ENofa

Pearson Correlation 1 ,801 1,000* ,720 -,999*

Sig. (2-tailed) ,409 ,015 ,488 ,032

N 3 3 3 3 3

PKPLapor

Pearson Correlation ,801 1 ,815 ,992 -,831

Sig. (2-tailed) ,409 ,393 ,080 ,376

N 3 3 3 3 3

KB

Pearson Correlation 1,000* ,815 1 ,736 -1,000*

Sig. (2-tailed) ,015 ,393 ,473 ,017

N 3 3 3 3 3

LB

Pearson Correlation ,720 ,992 ,736 1 -,754

Sig. (2-tailed) ,488 ,080 ,473 ,456

N 3 3 3 3 3

Nihil

Pearson Correlation -,999* -,831 -1,000* -,754 1

Sig. (2-tailed) ,032 ,376 ,017 ,456

N 3 3 3 3 3


(5)

90

Hasil Uji Statistik antara masing- masing indikator :

1.

Antara E-Nofa dengan keptuahan PKP

Correlations

ENofa PKPLapor

ENofa

Pearson Correlation 1 ,801

Sig. (2-tailed) ,409

N 3 3

PKPLapor

Pearson Correlation ,801 1

Sig. (2-tailed) ,409

N 3 3

2.

Antara E-Nofa dengan PKP Lapor Kurang Bayar

Correlations

ENofa KB

ENofa

Pearson Correlation 1 1,000*

Sig. (2-tailed) ,015

N 3 3

KB

Pearson Correlation 1,000* 1

Sig. (2-tailed) ,015

N 3 3

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

3.

Antara E-Nofa dengan PKP Lapor Lebih Bayar

Correlations

ENofa LB

ENofa

Pearson Correlation 1 ,720

Sig. (2-tailed) ,488

N 3 3

LB

Pearson Correlation ,720 1

Sig. (2-tailed) ,488


(6)

91

4.

Antara E-Nofa dengan PKP Lapor Nihil

Correlations

ENofa Nihil

ENofa

Pearson Correlation 1 -,999*

Sig. (2-tailed) ,032

N 3 3

Nihil

Pearson Correlation -,999* 1

Sig. (2-tailed) ,032

N 3 3


Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru Atas Keputusan Menteri Keuangan No. 84/KMK.03/2002 Pada KPP Pratama Medan Belawan

1 55 84

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Badan Di KPP Pratama Bandung Cicadas)

3 75 107

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, DAN PENGETAHUAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA MEDAN KOTA).

0 2 19

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DAN PEMERIKSAAN PAJAK DENGAN PENINGKATAN Hubungan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dan Pemeriksaan Pajak Dengan Peningkatan Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Pati.

0 1 14

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Boyolali).

0 5 17

ANALISIS PENERAPAN E-NOFA (ELECTRONIC NOMOR FAKTUR) TERHADAP JUMLAH PELAPORAN WAJIB PAJAK BADAN DI KPP BEKASI SELATAN

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Penerapan E-Nofa (Electronic Nomor Faktur) Terhadap Jumlah Pelaporan Wajib Pajak Badan di KPP Bekasi Selatan - Ubharajaya Repository

0 0 7