30
f. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 6 UU PPN. g. Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya ditagih dengan
penerbitan ketetapan pajak. h. Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuaan Masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemerikasaan.
i. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi sebagaiman dimaksud pada Pasal 9 ayat 2A UU PPN.
Perolehan Barang Kena Pajak dan.atau perolehan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya disebabkan dari pengenaan PPN.
D. Teori Pajak Pertambahan Nilai PPN
1. Penjelasan
Ditinjau dari sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis pajak yang menetapkan
kedudukan pemikul
beban dengan
kedudukan penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara pada pihak-pihak
yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli dan penerima jasa dari tindakan sewenang-wenang negara pemerintah.
Apabila penjual atau pengusaha jasa tidak memungut PPN dari pembeli atau penerima jasa, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
31
penjual atau pengusaha jasa, bukan tanggung jawab pembeli atau
penerima jasa Sukardji 2011:2.
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Hal ini disebabkan karena Pajak Penjualan diras sudah
tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk
meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak. Berdasarkan Undang-undang No. 42 Tahun 2009
tentang perubahan Ketiga atas Undang-undang No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, pada bagian umum, Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan
secara bertingkat di setia jalur produksi dan distribusi.
2. Objek Pajak Pertambahan Nilai PPN
Objek Pajak Pertambahan Nilai selalu mengalami perubahan seiring dengan diberlakukannya Undang-undang baru. Objek Pajak
Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 huruf a,b,c,d,e,f,g,h, Pasal 16 C, Pasal 16 D Undang-undang No. 42 Tahun 2009 yang berlaku mulai 1 April
2010. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas : a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha. b. Impor Barang Kena Pajak.
32
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.
d. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
f. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang
batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Mentri Keuangan.
j. Penyerahan Brang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak,
kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 8 huruf b
dan huruf c.
33
Syarat penyerahan barang atau jasa yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, sesuai dengan penjelasan pasal 4 huruf a dan
huruf c UU PPN 1984, yaitu : 1 Yang diserahkan adalah BKP atau JKP
2 Dilakukan dalam daerah Pabean 3 Dalam kegiatan usahapekrjaan PKP, yaitu sesuai dengan
kegiatan sehari-hari
PKP yang
artinya ada
unsur pengulangan.
3. Karakteristik dari Pajak Pertambahan Nilai adalah: