tidak berbadan hukum yang mencapai sekitar 95,1 dari jumlah unit usaha. Karakteristik lainnya adalah dalam struktur umur pengusaha. Berdasarkan data
BPS, struktur umur pengusaha di UMKM menurut kelompok umur menunjukan bahwa lebih dari sepertiga 34,5 pengusaha UMKM berusia di atas 45 tahun,
dan hanya sekitar 5,2 pengusaha UMKM yang berumur dibawah 25 tahun Selain itu yang menjadi karakteristik UKM adalah pemakaian bahan baku
lokal. Keberadaan UKM seringkali terkait dengan tingginya intensitas pemakaian bahan baku lokal,misalnya UKM kerjainan meubel khas Jepara, batik asal
pekalongan dan berbagai komoditas lokal unggulan lain yang dijadikan bahan baku dalam usaha.
2.3.3 Masalah-masalah yang Dihadapi Usaha Kecil dan Menengah UKM
Peranan UKM di Indonesia diakui sangat penting bagi perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti pemerataan pendapatan,
peningkatan kesempatan kerja, pembangunan ekonomi pedesaan dan peningkatan ekspor non-migas. Banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk
mengembangkan UKM menjadi lebih berkemabang terrmasuk diantaranya adalah program kemitraan antara Usaha Menengah dan Besar dengan Usaha Kecil.
Salah satu penyebab kurang berhasilnya program pengembangan atau pembinaan UKM di Indonesia dalam memperbaiki kondisi UKM dari posisi yang
lemah adalah tekanan orientasi program atau kebijakan pemerintah lebih terletak pada “aspek sosial” daripada “aspek ekonomi”. Selama ini usaha pengembangan
kegiatan ekonomi skala kecil yang umumnya padat karya dan dilakukan oleh kelompok
masyarakat miskin
berpendidikan rendah
ditujukan untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan pendapat mereka dan mengurangi jumlah pengangguran dan kesenjangan.
Menurut pandji anoraga dan djoko susanto dalam buku Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil 2002:249, Masalah yang dihadapi usaha kecil
dan menengah antara lain : 1.
Masalah Pemasaran Pemasaran oleh banyak pengusaha kecil dianggap sebagai aspek yang
paling penting. Pendapat yang sering muncul adalah bahwa “kemampuan
menghasilkan produk tetapi tidak disertai kemampuan memasarkan produk tersebut adalah kehancuran”. Permasalahan usaha kecil pada bidang
pemasaran terfokus pada tiga hal, yaitu : a
Permasalahan persaingan pasar dan produk b
Akses terhadap informasi pasar c
Permasalahan kelembagaan pendukung usaha kecil Munculnya permasalahan di bidang pemasaran disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor yang berpengaruh antara lain sumber daya manusia, yaitu tingkat pendidikan dan keterampilan pengusaha, khususnya yang berkaitan
dengan pemasaran.Pengusaha kecil juga kurang mampu membacadan mengakses peluang-peluang pasar yang potensial dan memiliki prospek yang
cerah. 2.
Masalah Kemitraan Secara konseptual, kemitraan merupakan “koreksi” atas kebijakan pola
hubungan pengusaha besar-kecil yang telah ada. Sebelum muncul konsep kemitraan, pola hubungan ini banyak dikritik karena berkecendrungan
Universitas Sumatera Utara
menempatkan hubungan keduanya dalam status quo. Kecendrungan ini coba dihilangkan melalui inisiasi pola hubungan kemitraan. Dalam konsep ini,
hubungan antara pengusaha kecil dengan usaha besar dibangun berdasarkan semangat saling membutuhkan, bukan belas kasihan.
Berbagai permasalahan yang ada menyebabkan pola kemitraan dimodifikasi lagi dengan pola hubungan permodalan, tetapi masih dalam
“bendera” kemitraan. Pola hubungan ini ditandai dengan himbauan perusahaan besar untuk mengalokasikan sebagian keuntungan bagi
pengusaha kecil. Dalam sistem ini, keterkaitan output tidak lagi menjadi esensi dasar.
3. Masalah Sumber Daya Manusia
Permasalahan usaha kecil yang menyangkut sumber daya manusia terkait dengan :
a Struktur organisasi dan pembagian kerja
Deskripsi pekerjaan kurang atau tidak jelas bahkan sering mengarah pada one man show.
Hal ini dapat mengganggu kelancaran usaha, menurunkan omzet, serta mengakibatkan lepasnya kesempatan untuk meraih peluang -
peluang pasar. b
Kemampuan manajerial pengusaha Dinilai masih lemah, sehingga pengusaha sering tidak mampu
merumuskan strategi bisnis yang mantap untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat.
Universitas Sumatera Utara
4. Masalah Keuangan
Pengusaha kecil umumnya belum mampu memisahkan manajemen keuangan perusahaan dan rumah tangga. Kondisi ini mengakibatkan
pengusaha kecil sulit melakukan perhitungan-perhitungan hasil kegiatan usaha secara akurat dan akhirnya akan menghambat proses pembentukan
modal usaha untuk menunjang pengembangan usaha.Pengusaha kecil umumnya juga belum melakukan perencanaan, pencatatan, serta pelaporan
keuangan yang rutin dan tersusun baik. Upaya untuk mengatasi masalah ini salah satunya adalah memberikan
pelatihan dari berbagai instansi terkait. Pelatihan sebaiknya dikoordiansikan secara baik antara pelaksana dan pengusaha kecil, sehingga bentuk maupun
materi pelatihan dapat relevan dengan kebutuhan.
2.4 Penelitian Terdahulu