44
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI GANTI RUGI
A. Pengertian Ganti Rugi
Ganti rugi legal remedy adalah cara pemenuhan atau kompensasi hak oleh pengadilan yang diberikan kepada satu pihak yang menderita kerugian oleh pihak
lain yang melakukan kelalaian atau kesalahan sehingga menyebabkan kerugian tersebut.
31
Menurut Pasal 1243 KUH Perdata, pengertian ganti rugi lebih menitikberatkan pada ganti kerugian karena tidak terpenuhinya suatu perikatan,
yakni kewajiban debitur untuk mengganti kerugian kreditur akibat kelalaian pihak debitur melakukan wanprestasi.
Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitur baik karena kesengajaan atau kelalaian. Menurut J. Satrio,
wanprestasi adalah suatu keadaan dimana debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan
kepadanya, atau dengan adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak lainnya dapat menuntut pembatalan perjanjian.
Menurut ketentuan Pasal 1243 KUH Perdata, ganti kerugian karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila kreditur telah
dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, sesuatu yang harus diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya. Dengan
demikian untuk menghindari tuntutan sewenang-wenangnya pihak kreditur,
31
Diakses http:kamusbisnis.comartiganti-rugi pada 27 November 2015
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang memberikan batasan-batasan ganti kerugian yang harus oleh debitur sebagai akibat dari kelalaiannya atau wanprestasi yang meliputi:
1. Kerugian yang dapat diduga ketika membuat perikatan Pasal 1247
KUH Perdata 2.
Kerugian sebagai akibat langsung dari wanprestasi debitur, sebagai yang ditentukan dalam Pasal 1248 KUH Perdata. Untuk menentukan
syarat akibat langsung dipakai teori adequate. Menurut teori ini, akibat langsung ialah akibat yang menurut pengalaman manusia
normal dapat diharapkan atau diduga akan terjadi. Dengan timbulnya wanprestasi selaku manusia normal dapat menduga akan merugikan
kreditur. 3.
Bunga dalam hal terlambat membayar jumlah hutang Pasal 1250 ayat 1 KUH Perdata. Besarnya bunga didasarkan pada ketentuan yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Tetapi menurut yurisprudensi, Pasal 1250 KUH Perdata tidak dapat diberlakukan terhadap perikatan yang timbul
karena perbuatan melawan hukum. Berdasarkan pasal 1246 KUHPerdata, unsur-unsur ganti rugi adalah
sebagai berikut: 1.
Ongkos-ongkos atau biaya-biaya yang telah dikeluarkan cost, misalnya ongkos cetak, biaya meterai, biaya iklan.
2. Kerugian karena kerusakan, kehilangan atas barang kepunyaan
kreditur akibat kelalaian debitur damages. Kerugian di sini adalah yang sungguh-sungguh diderita, misalnya busuknya buah-buahan
karena keterlambatan penyerahan, ambruknya sebuah rumah karena
Universitas Sumatera Utara
salah konstruksi sehingga merusakkan perabot rumah tangga, lenyapnya barang karena terbakar.
3. Bunga atau keuntungan yang diharapkan interest. Karena debitur
lalai, kreditur kehilangan keutungan yang diharapkannya. Dalam hukum perikatan, khususnya hukum perjanjian, ganti rugi umumnya
terdiri dari tiga unsur, yaitu biaya, rugi, dan bunga. Dalam setiap kasus, tidak selamanya ketiga unsur itu selalu ada, tetapi adakalanya hanya terdiri dari dua
unsur saja. Sedangkan dalam kaitannya dengan perbuatan melawan hukum, ketentuan yang sama dapat dijadikan sebagai pedoman.
B. Dasar Hukum Mengenai Ganti Rugi