Pola Asuh Otoriter Pola Asuh Demokratis Pendidikan orang tua Lingkungan Budaya

14 keamanan. Kontrol difokuskan pada masalah, tidak pada penarikan rasa cinta atau takut pada hukuman. Orang tua membantu “pengarahan diri pribadi” suatu kesadaran mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah atau malu untuk melakukan hal yang salah, bukan karena takut tertangkap atau takut dihukum. Standar realistis orang tua dan harapan yang masuk akal menghasilkan anak dengan harga diri tinggi, dan sangat interaktif dengan anak lain. Menurut Hurlock 1999 dalam Risa, 2012, membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi tiga macam yaitu:

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

b. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya berdasarkan rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap berlebihan yang melampui kemampuan anak. Orang tua tipe ini memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Universitas Sumatera Utara 15

c. Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga sering kali disukai anak. Dalam penelitian ini, teori yang diajukan sebagai landasan peneliti pada variabel pola asuh adalah teori dari Hurlock 1999.

2.1.3 Ciri-ciri Pola Asuh Hurlock 1999 dalam Fini, 2008 mengemukakan ciri-ciri pola asuh, yaitu:

a. Pola asuh otoriter mempunyai ciri: 1. Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua

2. Pengontrolan orang tua pada tingkah laku anak sangat ketat hampir tidak pernah memberi pujian 3. Sering memberikan hukuman fisik jika terjadi kegagalan memenuhi standar yang telah ditetapkan orang tua 4. Pengendalian tingkah laku melalui kontrol eksternal b. Pola asuh demokratis mempunyai ciri: 1. Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal 2. Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan Universitas Sumatera Utara 16 3. Menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. c. Pola asuh permisif mempunyai ciri: 1. Kontrol orang tua kurang 2. Bersifat longgar atau bebas 3. Anak kurang dibimbing dalam mengatur dirinya 4. Hampir tidak menggunakan hukuman 5. Anak diijinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya sendiri.

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh menurut Edward 2006 dalam Refi, 2014 adalah:

a. Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidakmustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Universitas Sumatera Utara 17

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalammemberikan pola asuh terhadap anaknya. 2.2 Remaja 2.2.1 Pengertian Remaja