11
b. Permisif
Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga ditangan anak. Orang tua hanya membuat sedikit permintaan dan
membiarkan anak memonitor aktivitas mereka sendiri. Orang tua hangat, tidak mengontrol, dan menuntut. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang
tua. Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena- mena, tanpa pengawasan orang tua. Anak bebas melakukan apa saja yang
diinginkan. Dari sisi negarif, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara
bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang madiri, kreatif, inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
c. Otoritatif atau Demokratis
Pola asuh yang menggabungkan penghargaan terhadap individualitas anak tetapi juga menekankan batasan-batasan sosial. Orang tua percaya akan
kemampuan mereka dalam memandu anak, tetapi juga menghargai keputusan mandiri, minat, pendapat, dan kepribadian anak. Kedudukan orang tua dan anak
sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Orang tua menyayangi dan menerima, tetapi juga meminta perilaku yang
baik, tegas dalam menetapkan standar dan berkenan untuk menetapkan hukuman yang terbatas dan adil jika dibutuhkan dalam konteks hubungan yang hangat dan
mendukung. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral.
Universitas Sumatera Utara
12
Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena.Anakdiberi kepercayaan dan dilatih untukmempertanggungjawabkan segala tindakannya.
Akibat positif dari pola asuh ini, anak menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak
munafik, dan jujur. Namun akibat negatif, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara
anak-orang tua.
Menurut Wong 2008, tipe pola asuh orang tua dibedakan menjadi 3, yaitu:
a.
Otoriter atau Diktator
Orang tua mencoba untuk mengontrol perilaku dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh dibantah. Mereka menetapkan aturan dan regulasi atau
standar perilaku yang dituntut untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh dipertanyakan. Mereka menilai dan memberi penghargaan atas kepatuhan absolut,
sikap mematuhi kata-kata mereka, dan menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan. Mereka menghukum secara paksa setiap perilaku yang
berlawanan dengan standar orang tua. Otoritas orang tua dilakukan dengan penjelasan yang sedikit dan keterlibatan anak yang sedikit dalam mengambil
keputusan. Hukuman tidak selalu berupa hukuman fisik tetapi mungkin berupa penarikan diri dari rasa cinta dan pengakuan. Latihan yang hati-hati sering kali
mengakibatkan perilaku menurut secara kaku pada anak, yang cendrung untuk menjadi sensitif, pemalu, menyadari diri sendiri, cepat lelah dan tunduk. Mereka
cendrung menjadi sopan, setia, jujur, dan dapat diandalkan tetapi mudah dikontrol. Perilaku-perilaku ini lebih khas terlihat ketika pengguna kekuasaan
Universitas Sumatera Utara
13
diktator orang tua disertai dengan supervisi ketat dan tingkat kasih sayang yang masuk akal. Jika tidak, pengggunaan kekuasaan diktator lebih cendrung untuk
dihubungkan dengan perilaku menentang dan antisosial.
b.
Permisif atau Laissez-Faire
Orang tua memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali atas tindakan anak-anak mereka. Orang tua yang bermaksud baik ini kadang-kadang bingung
antara sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk memaksakan standar perilaku mereka dan mengizinkan anak mereka untuk
mengatur aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Orang tua ini menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak, bukan merupakan model peran.
Jika peraturan memang ada, orang tua menjelaskan alasan yang mendasarinya, mendukung pendapat anak, dan berkonsultasi dengan mereka dalam proses
pembuatan keputusan.Mereka memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak menetapkan batasan-batasan yang masuk akal,
dan tidak mencegah anak yang merusak rutinitas dirumah. Orang tua jarang menghukum anak, karena sebagian besar perilaku dianggap dapat diterima.
c.
Otoritatif atau Demokratik
Orang tua mengkombinasikan praktik mengasuh anak dari dua gaya yang ekstrim. Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan
alasan peraturan dan secara negatif menguatkan penyimpangan. Mereka menghormati individualitas dari setiap anak dan mengizinkan mereka untuk
menyuarakan keberatannya terhadap standar atau peraturan keluarga. Kontrol orang tua kuat dan konsiten tetapi disertai dengan dukungan, pengertian, dan
Universitas Sumatera Utara
14
keamanan. Kontrol difokuskan pada masalah, tidak pada penarikan rasa cinta atau takut pada hukuman. Orang tua membantu “pengarahan diri pribadi” suatu
kesadaran mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah atau malu untuk melakukan hal yang salah, bukan karena takut tertangkap atau takut dihukum.
Standar realistis orang tua dan harapan yang masuk akal menghasilkan anak dengan harga diri tinggi, dan sangat interaktif dengan anak lain.
Menurut Hurlock 1999 dalam Risa, 2012, membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi tiga macam yaitu:
a. Pola Asuh Otoriter