Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan Remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan

58 pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor-faktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.Usia remaja merupakan hal yang dapat mempengaruhi remaja dalam mengembangkan kontrol diri untuk membimbing tingkah laku

5.2.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan Remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan

Pada penelitian ini pola asuh dibagi atas tiga yaitu: otoriter, demokratis, dan permisif. Peneliti menggunakan uji pearson chisquare untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif dengan kenakalan remaja. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka didapatkan adanya hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja.Hasil penelitian menunjukkan dari 33 responden 50,0 yang mendapat pola asuh orang tua otoriter 24 respoden 72,7 tennasuk kedalam kategori remaja nakal. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Murtiyani 2011, tentang hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan didapatkan orang tua remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjoyang menggunakanpola asuh otoriter sebanyak65.0, remaja yang nakal yaitu sebanyak 8,5. Uji Spearmans rho diperoleh nilai Sig. 2-tailed atau pvalue 0,000 karena pvalue 0,05 maka HO ditolak dan HI diterima yang artinya ada hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo. Nilai koefisien korelasi spearman sebesar Universitas Sumatera Utara 59 0,668 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat. Pola asuh otoriter menghasilkan jumlah remaja yang termasuk ke dalam remaja nakal terbanyak Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengj dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya Hurlock, 1999 dalam Risa, 2012. Segi positifhya, anak yang dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan Baumrind,1991 dalam Papalia, 2009. Peneliti berasumsi bahwa kemungkinan alasan inilali yang menjadi acuan beberapa orang tua memilih untuk menerapkan pola asuh otoriter dalam memdidik anaknya. Menurut Kartono 2003, bentuk kenakalan remaja dapat didorong oleh beberapa faktor yaitu, remaja yang berasal dari keluarganya tidak harmonis dan mengalami banyak frustasi akan mencari jalan keluar dengan memuaskan semua kebutuhan dasarnya ditengah lingkungan kriminal, kenakalan remaja juga dapat didorong oleh konflik batin yang belum terselesaikan sehingga melakukan prilaku jahat untuk melepaskan rasa takut, kecemasan dan kebinggungan batinnya. Remaja yang dibesarkan dalam lingkungan yang ekstrim, berdisiplin keras akan mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi dan tidak mampu menjalin Universitas Sumatera Utara 60 hubungan emosional yang baik dengan orang lain. Remaja dengan pola asuh ini akan sulit mengatasi masalah dan cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan orangtua nya dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-citanya dan menyebabkan tingginya jumlah remaja yang nakal pada responden yang mendapatkan pola asuh otoriter. Peneliti berasumsi pola asuh otoriter berpengaruh terhadap periode masa remaja artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Hal tersebut berhubungan dengan hasil penelitian tentang hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja dengan hasil analisis product moment pearson N=46 diketahui r = 0,303 dengan nilai signifikansi 0,041 p0,05. Pemaksaan dan kontrol yang sangat ketat dapat menyebabkan kegagalan dalam berinisiatif pada anak dan memiliki keterampilan komumkasi yang sangat rendah. Anak akan menjadi seorang yang sulit untuk bersosialisasi dengan teman-temannya sehingga anak akan mempunyai rasa sepi dan ingin diperhatikan oleh orang lain dengan cara berperilaku agresif. Orang tua yang sering memberikan hukuman fisik pada anaknya dikarenakan kegagalan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh orang tua akan membuat anak marah dan kesal kepada orang tuanya tetapi anak tidak berani mengungkapkan kemarahannya itu dan melampiaskan kepada orang lain dalam bentuk perialku agresif Pola asuh orang tua yang tidak terlalu mengekang, anak Universitas Sumatera Utara 61 akan menjadi anak yang berinisiatif, percaya diri dan mampu menjalin hubungan interpersonal yang positif. Universitas Sumatera Utara 62 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Pola Asuh Orang Tua