69
5.3 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1.
Bagi Peneliti Selanjutnya a.
Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan perusahaan- perusahaan lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
memiliki jumlah perusahaan yang relatif lebih besar. b.
Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap audit report lag pada
perusahaan consumer goods. c.
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain dalam menentukan auditor spesialis industri, diantaranya berdasarkan
persentase penjualan klien atau dominasi jumlah klien suatu auditor pada industri tertentu.
2. Bagi para auditor
Auditor disarankan untuk melakukan pekerjaan lapangan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien serta auditor dapat mengeluarkan laporan hasil audit yang sesuai dengan prosedur dan standar auditing yang ditetapkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia. 3.
Bagi para investor Investor disarankan lebih memperhatikan seluruh data keuangan guna
membantu dalam membuat pertimbangan dan atau prediksi yang akurat dalam menetapkan keputusan investasi.
70
4. Bagi Pihak Perusahaan
Sebaiknya dalam penunjukkan penugasan audit dilakukan jauh hari sebelum tahun buku berakhir dan memberikan keleluasaan kepada
pihak auditor agar pihak auditor dapat merencanakan waktu sebaik mungkin sehingga laporan keuangan auditan dapat diterbitkan
secepatnya agar dapat memperpendek audit report lag. 5.
Bagi para praktisi manajemen Sebaiknya tidak hanya berfokus pada beberapa faktor saja namun
dapat memperluas analisis dan logika teori yang tepat untuk mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap audit
report lag suatu perusahaan.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan menurut Jensen and Meckling 1976 adalah “teori yang menjelaskan hubungan antara pihak agen manajemen dengan prinsipal
pemegang saham”. Dalam hal ini pihak prinsipal sebagai pemilik akan memberikan informasi kepada pihak agen sebagai manajer untuk melakukan
pengolahan informasi. Hasil pengolahan informasi dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pihak prinsipal.
Dalam hubungan prinsipal dan agen tidak selalu terjadi kesesuaian informasi diantara kedua pihak tersebut. Ketidaksesuaian informasi ini disebut asymmetric
information antara pihak agen dengan prinsipal. Menurut Jensen and Meckling 1976 asymmetric information dapat
menyebabkan dua permasalahan,antara lain : 1.
Moral Hazard merupakan permasalahan yang timbul karena agen tidak melaksanakan hal yang telah disepakati dalam kontrak kerja bersama.
2. Adverse Selection merupakan suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil agen benar–
benar mendasarkan informasi, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian tugas.
10
Dalam proses audit diperlukan adanya hubungan kerja yang erat dengan manajemen perusahaan sebagai pihak klien. Hubungan perikatan audit dengan
manajemen perusahaan klien disebut dengan tenure audit. Jika jangka waktu perikatan audit semakin panjang maka menimbulkan ketergantungan yang
menyebabkan auditor mulai kehilangan independensinya. Oleh karena itu auditor harus menyadari bahwa ancaman terhadap independensi dan objektivitas
membutuhkan pengamanan yang sesuai. Dalam penerapan teori keagenan, audit report lag perlu diperhatikan. Audit
report lag ARL mempunyai hubungan erat dengan ketepatan waktu publikasi laporan keuangan, karena manfaat laporan keuangan menjadi tidak tepat waktu
bagi para pengguna apabila laporan tersebut tidak disampaikan secara tepat waktu. Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara informasi yang ingin
disajikan dengan pelaporan, apabila informasi tersebut tidak disampaikan tepat waktu mengakibatkan berkurangnya nilai informasi yang disampaikan kepada
prinsipal yang akan menimbulkan adanya asymmetric information. Asymmetric information merupakan salah satu elemen teori keagenan, dalam hal ini pihak
agen lebih banyak mengetahui informasi internal perusahaan secara detail dibandingkan pihak prinsipal yang hanya mengetahui informasi perusahaan secara
eksternal melalui hasil kinerja yang dibuat oleh manajemen. Oleh karena itu, hal ini memerlukan ketepatan waktu untuk mengurangi adanya ketidaksesuaian
informasi asymmetric information antara pihak agen atau manajemen dengan pihak prinsipal atau pemegang saham, sehingga laporan keuangan dapat
disampaikan secara transparan kepada prinsipal.
11
2.1.2 Teori Kepatuhan Compliance Theory
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh artinya “suka menurut perintah, dsb.; taat pada perintah, aturan, dsb. dan berdisiplin. Kepatuhan
berarti sifat patuh, ketaatan”. Kepatuhan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia diatur dalam Undang-
undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; dalam Peraturan Bapepam Nomor X.E.1 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Nomor: KEP-06BL2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala oleh Perusahaan Efek; dan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 Salinan
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-346BL2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau
Perusahaan Publik. Peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan terdapat kepatuhan setiap individu maupun organisasi perusahaan publik yang terlibat di
pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Ketepatan waktu ini
berhubungan dengan audit report lag. Jika ARL yang dibutuhkan lama, penyampaian laporan keuangan akan tidak tepat waktu.
Kepatuhan terhadap masa perikatan audit tenure audit telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang
pembatasan jasa audit yang menjelaskan bahwa pemberian jasa audit atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh seorang Akuntan Publik paling lama
untuk 5 lima tahun buku berturut-turut. Teori kepatuhan dapat membuat seseorang lebih patuh pada peraturan yang berlaku, sama seperti perusahaan yang
12
berusaha tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena selain sebagai kewajiban, juga bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan
Sulistyo, 2010.
2.1.3 Laporan Keuangan
Definisi laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia IAI 2014:9: Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi aset, liabilitas,
ekuitas, penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik, dan arus kas.
Menurut Kieso, Weygant Warfird 2007:2, “laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar
perusahaan”. Laporan keuangan perusahaan merupakan pencerminan manajemen yang memegang tanggung jawab utama atas kewajaran penyajian dan
pengungkapan informasi. Subramanyam, 2013:137. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa “laporan keuangan adalah
proses akuntansi yang digunakan sebagai media untuk berkomunikasi tentang informasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan kepada
pemakainya sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan”. Selain itu laporan keuangan juga berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak
manajemen.
13
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2014:3, tujuan laporan keuangan adalah “untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2014:5-8, “laporan keuangan harus terdapat empat karakteristik kualitatif. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas
yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi penggunanya”. Keempat karakteristik kualitatif tersebut yaitu:
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini,
pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
tersebut dengan ketekunan yang wajar Ikatan Akuntan Indonesia, 2014:25. 2.
Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna
untuk proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu Ikatan Akuntan
Indonesia, 2014:26.
14
3. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal, jika bebas dari kesalahan material dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari bias melalui pemilihan atau penyajian informasi jika dimaksudkan untuk
mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu hasil tertentu Ikatan Akuntan Indonesia, 2014:31.
4. Dapat dibandingkan
Laporan keuangan suatu perusahaan dalam satu periode tertentu harus dapat dibandingkan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi
dan kinerja keuangan. Laporan keuangan juga harus dapat dibandingkan dengan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan secara relatif Ikatan Akuntan Indonesia, 2014:39. Laporan keuangan yang lengkap sesuai dengan PSAK Revisi 2014
Penyesuaian Dengan IFRS terdiri dari: 1.
Laporan Posisi Keuangan Statements of Financial Positions 2.
Laporan Laba Rugi Komprehensif Comprehenship Income Statements 3.
Laporan Perubahan Ekuitas Retained Earnings Statements 4.
Laporan Arus Kas Statements of Cash Flows. 5.
Catatan Atas Laporan Keuangan Notes to Financial Statements
15
2.1.4 Audit dan Standar Auditing Pengertian Auditing menurut Arens et al, 2015:2:
“Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria
yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan tiga elemen fundamental dalam auditing, yaitu 1 seorang auditor harus independen, 2 auditor harus
bekerja mengumpulkan bukti untuk mendukung pendapatnya, dan 3 hasil pekerjaan auditor adalah laporan.
Definisi auditing menurut William, Steven, dan Douglas 2014:12 adalah “proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
Berdasarkan definisi tersebut, beberapa konsep penting terkait dengan audit dapat diuraikan,yakni :
• A systematic process proses yang sistematis
Proses audit merupakan suatu proses yang menggambarkan serangkaian langkah atau prosedur yang logis,terstruktur, dan diorganisasikan dengan
baik, yang dilaksanakan secara formal berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan oleh standar yang berlaku.
16
• Objectively obtaining and evaluating evidence memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif. Pengevaluasian dan penilaian atas bukti dilakukan secara netral tanpa
berpihak terhadap salah satu pihak yang berkepentingan. •
Assertions about economic actiond and events asersi mengenai tindakan dan kejadian ekonomi
Proses audit dilakukan terhadap suatu asersi atau pernyataan tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak tertentu dimana asersi ini mengandung
informasi mengenai kejadian dan tindakan yang memiliki dampak ekonomis terhadap perusahaan.
• Degree of correspondence tingkat korespondensi
Konsep ini terkait dengan pendekatan pelaporan yang dilakukan seusai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
• Established criteria kriteria yang telah ditetapkan
Proses audit harus didukung oleh adanya kriteria yang menunjukkan suatu kondisi yang seharusnya. Dalam konteks audit laporan keuangan, kriteria
yang dimaksud adalah standar pelaporan. •
Communicating the result mengkomunikasikan hasil Merupakan laporan tertulis yang menyatakan tingkat kesesuaian pelaporan
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil audit dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses pengambilan keputusan.
• Interested users pihak-pihak yang berkepentingan
17
Merupakan pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan untuk membuat keputusan sebagai sumber referensi.
Audit pada umumnya dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu: 1.
Audit operasional operational audit Audit operasional yaitu merupakan penelaahan atas bagian manapun dari
prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya. Umumnya pada saat selesainya audit operasional, auditor
akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan.
2. Audit ketaatan compliance audit
Audit ketaatan yaitu auditor menentukan apakah perusahaan sudah berjalan sesuai dengan peraturan yang ada. Bertujuan mempertimbangkan
apakah auditee klien telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
3. Audit laporan keuangan audit of financial statement
Audit laporan keuangan lebih mengarah pada laporan keuangan secara keseluruhan dan kualitas informasi yang dihasilkan.Bertujuan menentukan
apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang diverifikasi-telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu.
Menurut Arens et al 2015:12, terdapat tiga jenis utama audit, yaitu : 1.
Audit operasional Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari
prosedur dan metode operasi organisasi. Dalam audit operasional, review
18
atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi.
2. Audit ketaatan
Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh
otoritas yang lebih tinggi.
3. Audit laporan keuangan
Audit laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah laporan keuangan suatu perusahaan sudah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
Menurut SPAP SA Seksi 150 PSA No.1 paragraf 2, standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia IAPI
adalah:
1.
Standar Umum a.
Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, indenpendensi,
dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c.
Dalam pelaksaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2.
Standar Pekerjaan Lapangan a.
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika menggunakan asisten dalam pelaksanaan audit harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit.
3.
Standar Pelaporan a.
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
19
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannyaharus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
2.1.5 Audit Report Lag
Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit
yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini disebut audit report lag. Menurut Wiguna 2012 definisi audit report lag adalah periode waktu antara
tanggal akhir tahun fiskal perusahaan dengan tanggal yang tercantum dalam laporan keuangan. Audit report lag juga dapat diartikan lamanya jangka waktu
penyelesaian audit hingga laporan keuangan siap untuk dipublikasikan. Audit report lag adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan
keuangan tahunan sejak tanggal tutup buku perusahaan sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen Halim, 2000.
Keterlambatan penyelesaian audit laporan keuangan dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk
menjamin keandalan dari laporan keuangan IAI, 2014:8. Keterlambatan dalam publikasi informasi laporan keuangan akan berdampak pada tingkat
ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Menurut Dyer dan McHugh 1975
terdapat tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya:
20
a. Preliminary lag, merupakan interval waktu antara tanggal berakhirnya
tahun buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahuluan oleh pasar modal.
b. Auditor’s signature lag, merupakan interval waktu antara tanggal
berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal yang tertera dalam laporan auditor independen.
c. Total lag merupakan, interval waktu antara tanggal berakhirnya tahun
buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan publikasi auditan oleh pasar modal.
2.1.6 Tenure Audit
Menurut Arens et al 2015:136, tenure audit terbagi atas 2 yaitu:
1. Tenur kantor akuntan publik yang menunjukan lamanya waktu dari
sebuah kantor akuntan publik untuk terus melakukan kegiatan audit. Waktu atau lamanya melaksanakan pekerjaan dihitung dalam ukuran
tahun, bulan dan hari. Semakin lama sebuah kantor akuntan publik untuk bertahan melaksanakan proses audit perusahaan klien
menunjukan kantor akuntan publik tersebut memiliki kinerja yang baik dan sesuai dengan prosedur audit yang berlaku.
2. Tenur partner audit menunjukan lamanya waktu dari tim akuntan
publik untuk mempertahankan rekan yang di ikutsertakan didalam proses audit. Semakin lama proses tenur partner audit tentu akan
menciptakan kerja sama tim yang solid dan kuat, karena seiring berjalannya waktu tentu kerja sama tim semakin kuat dan tentunya
dapat mendorong meningkatnya kualitas laporan audit yang dipublikasikan kepada perusahaan.
Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2015 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 5 tahun untuk klien yang sama. Pembatasan ini
21
dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi Elfarini, 2007.
Penelitian mengenai pengaruh tenure audit terhadap jangka waktu penyelesaian audit, atau audit report lag ARL, sudah pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti namun jumlahnya masih sedikit. Berdasarkan dari referensi yang diperoleh peneliti, penelitian Aston 1987, merupakan penelitian pertama
yang meneliti mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag ARL. Kemudian, Lee et al. 2011 kembali menguji penelitian yang dilakukan Aston et
al. 2011 yaitu mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag ARL pada perusahaan yang menjadi klien KAP di Amerika Serikat dengan
menambahkan ruang lingkup penelitian yang lebih luas, dari tahun 2000 hingga 2005.
Dalam penelitian ini hubungan tenure audit terhadap audit report lag memiliki hubungan yang negatif. Hal ini dikarenakan auditor pada masa awal
melakukan perikatan audit dengan klien yang baru memiliki pemahaman dan pengetahuan yang rendah dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi terhadap
perusahaan baru yang diauditnya. Hal ini mengakibatkan resiko dan kesulitan yang dihadapi auditor lebih besar sehingga jangka waktu penyelesaian audit jauh
lebih lama atau audit report lag ARL semakin panjang.
2.1.7 Umur
Listing
Pada dasarnya, perusahaan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbataspanjang, tidak didirikan hanya untuk beberapa tahun saja Kieso, 2007.
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Trisnawati 1998 dan Beatty 1989
22
menyatakan bahwa perusahaan yang sudah lama berdiri, atau dilisting kemungkinan sudah banyak pengalaman yang diperoleh.
Berdasarkan penelitian Indra dan Arisudhana 2012, semakin lama umur listing perusahaan, maka semakin pendek audit report lag perusahaan tersebut.
Hal ini dikarenakan perusahaan yang telah lama berdiri dan dilisting dinilai lebih mampu dan telah berpengalaman dalam mengumpulkan, memproses, dan
menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam proses audit.
2.1.8 Spesialisasi Industri Auditor
Setiap industri tentu memiliki isu akuntansi yang dengan industri lain, sehingga masing masing perusahaan juga memiliki kebutuhan audit yang berbeda.
Adanya auditor spesialisasiasi industri yang berbeda tentu membuat perusahaan membutuhkan tenaga auditor dengan spesifikasi tertentu.
Menurut Craswell 1995,
spesifikasi industri dilakukan oleh auditor dengan cara meningkatkan keahlian pada bidang industri tertentu.
Penelitian Zhou dan Elder 2001 mendefinisikan KAP sebagai spesialisasiasi industri jika mengaudit 10 perusahaan dari total perusahaan yang ada di dalam
suatu kelompok industri. Seorang auditor pada saat ini harus mampu memahami dan menelaah kemampuan audit industri, sehingga mereka memiliki
spesialisasiasi industri. Selain itu seorang auditor dinyatakan memiliki spesialisasi industri bila mampu mengaudit 10 - 15 dari total perusahaan yang ada dalam
sebuah kelompok industri.
23
Beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya mengenai spesialis auditor ditingkat KAP menggunakan berbagai proksi. Dasar pengukuran spesialis auditor
industri dapat dibagi menjadi tiga aspek: 1.
Dunn dan Mayhew 2004 mendasarkan pada pangsa pasar dengan mengidentifikasi penjualan perusahaan pada industri tertentu.
2. Mendasarkan pada total aset dari perusahaan klien Hogan dan Jeter, 1999;
Gul et al. 2009. Yaitu dengan melakukan identifikasi perhitungan jumlah total aset seluruh perusahaan klien yang paling besar dalam industri
tertentu. 3.
Mendasarkan penilaian dominasi auditor dalam sebuah industri tertentu, dengan melakukan identifikasi terhadap jumlah klien yang paling banyak
dalam suatu industri Balsam et al. 2003.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian mengenai audit report lag diantaranya penelitian Lee et al. 2011 yang melakukan pengujian terhadap pengaruh tenure audit dan audit
report lag ARL. Objek penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan–perusahaan yang merupakan klien dari berbagai KAP di Amerika Serikat tahun 2000–2005.
Hasil penelitian ini menunjukan hubungan tenure audit yang semakin panjang berpengaruh signifikan terhadap audit report lag ARL.
Penelitian tentang pengaruh umur listing terhadap audit report lag dilakukan oleh Lianto dan Kusuma 2012 mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap audit report lag pada perusahaan consumer good industry dan perusahaan multifinance, membuktikan bahwa profitabilitas, solvabilitas, dan
24
umur listing memiliki pengaruh terhadap audit report lag, sedangkan ukuran perusahaan dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
Penelitian tentang pengaruh spesialisasi industri auditor terhadap audit report lag ARL dilakukan oleh Habib dan Bhuiyan 2010 mengenai dampak spesialis
industri auditor terhadap audit report lag ARL. Sampel penelitian menggunakan data pada perusahaan – perusahaan yang terdaftar pada New Zealand Stock
Exchange ZX dengan jangka waktu tahun 2004 sampai tahun 2005. Penelitian ini menggunakan sample sebanyak 39 yang merupakan perusahaan yang telah
diaudit oleh auditor spesialis industri dengan audit report lag ARL rata – rata adalah 61 hari. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa auditor spesialis mampu
menghasilkan audit report lag yang lebih pendek daripada auditor non-spesialis. Berikut adalah tabel ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
audit report lag: Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1. Hoo Young
Lee 2011
Analisis Pengaruh
Tenure Audit Terhadap
Audit Report Lag
Variabel Independen :
Tenure audit Variabel
Dependen : Audit Report Lag
Tenure audit berpengaruh negatif
terhadap audit report lag
25
2. Lianto dan
Kusuma 2012 Faktor-faktor
yang berpengaruh
terhadap audit report
lag pada perusahaan
consumer good industry
dan perusahaan
multifinance Variabel
Independen : Profitabilitas,
solvabilitas, ukuran perusahaan, umur
listing dan jenis industri
Variabel Dependen :
Audit Report Lag
Profitabilitas, solvabilitas, dan
umur listing memiliki pengaruh terhadap
audit report lag, sedangkan ukuran
perusahaan dan jenis industri tidak
berpengaruh terhadap audit report lag.
3. Ahsan Habib
dan Borhan Bhuiyan
2010 Analisis
Pengaruh Spesialisasi
Industri Auditor
terhadap Audit Report
Lag Variabel
Independen : Spesialisasi
Industri Auditor Variabel
Dependen : Audit Report
Lag Spesialisasi
Industri Auditor berpengaruh secara
signifikan terhadap Audit
Report Lag.
4. Wiguna
2012 Pengaruh
Tenure Audit Terhadap
Audit Report Lag dengan
Spesialisasi Industri
Auditor Sebagai
Variabel Pemoderasi :
Studi Pada Bank Umum
Konvensional di Indonesia
Tahun 2008- 2010.
Variabel Independen :
Tenure Audit Variabel
Dependen : Audit Report
Lag Variabel Moderating :
Spesialisasi Industri Auditor
Tenure KAP memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap audit report
lag. Sedangkan pengaruh moderasi
spesialisasi industri auditor terhadap
hubungan antara Tenure KAP dengan
Audit Report Lag belum konsisten
antara hasil pengujian utama dan pengujian
tambahan.
26
5. Halim
varianda 2000
Faktor- faktor yang
mempengaru hi audit
report lag Variabel Independen:
ukuran perusahaan, jenis industri,
penutupan tahun buku,
opini auditor, tingkat profitabilitas,
labarugi operasi, lamanya
menjadi klien KAP Variabel Dependen:
Audit Report Lag Penutupan tahun
buku, labarugi operasi, dan lamanya
menjadi klien KAP berpengaruh positif
terhadap audit report lag, sedangkan empat
variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap
audit report lag.
Sumber : Diolah oleh Peneliti 2015
27
2.3 Kerangka Konseptual