menyatakan bahwa tidak terjadi gejala multikolonearitas. Sedangkan uji heteroskedatisitas dilakukan dengan uji glejser dan hasilnya menyatakan bahwa
nilai p-value di atas 0,05 yang artinya tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, setelah melakukan uji asumsi klasik maka dilakukan
uji hipotesis. Tabel 4.19 menunjukkan hasil kesimpulan seluruh uji hipotesis dalam penelitian ini.
Tabel 4.19. Ringkasan Hasil Seluruh Hipotesis
Hipot esis
Model Uji F
F- tabel
Sig. Kesimpulan 1
Y = 20,291 + 0,249X
1
+ e 7,452 4,17 0,010 Diterima
2 Y = -9,558 + 0,695X
1
+ 0,664X
2
– 0, 010X
1
X
2
+ e 2,240 3,32 0,087
Ditolak 3
Y = 296,016 – 3,451X
1
– 8,893X
3
+ 0,119X
1
X
3
+ e 5,468 3,32 0,004 Diterima
4 Y = 19,98 + 0,364X
1
+ 0,24X
1
X
2
– 0,205X
1
X
3
+ e 2,532 3,32 0,064
Ditolak Sumber : Data Diolah
Ringkasan hasil seluruh hipotesis yang terdapat pada tabel 4.19 akan dibahas sebagai berikut :
1. Pengaruh Signifikan Variabel Total Quality Management terhadap Kinerja
Manajerial
Hasil hipotesis pertama menyatakan bahwa variabel total quality management berpengaruh signifikan sebesar 0,010 lebih kecil dari 0,05. dari
model penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa setiap kenaikan total quality management sebesar 1 maka kinerja manajerial Y akan naik sebesar 0,2029
dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Total quality management merupakan suatu usaha untuk memaksimumkan
daya saing organisasi yang berfokus pada perbaikan terus menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Total quality management membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
perubahan dasar falsafah dari setiap orang dalam perusahaan, terutama manajemen. Tanggung jawab ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus
dikendalikan manajemen puncak atau para manajer, dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Laily 2001, Suprantiningrum dan Zulaikha 2003, Narsa dan Yuniawati 2003. Hal
ini terjadi karena penerapan total quality management sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dan komitmen para manajer dalam pelaksanakan total quality
management tersebut tentu akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja manajerial.
2. Pengaruh tidak Signifikan Variabel Sistem Pengukuran Kinerja Terhadap Hubungan
Total Quality Management dan Kinerja Manajerial.
Hasil hipotesis kedua menyatakan bahwa variabel sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap hubungan total quality management dan kinerja
manajerial. Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 2, 420 dengan tingkat signifikan 0.087. karena probabilitas signifikansi lebih besar dari
0.05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel kinerja manajerial, atau dapat dikatakan bahwa TQM, sistem pengukuran kinerja
dan moderat 1 secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.
Sedangkan uji signifikansi parameter individual uji t statistik dapat diketahui variabel moderat 1 yang merupakan interaksi antara TQM dan sistem
pengukuran kinerja mempunyai koefisien parameter sebesar –0,010 dan tingkat
Universitas Sumatera Utara
signifikansi 0,791 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel sistem pengukuran kinerja bukan merupakan variabel moderator.
Hal ini berdasarkan persepsi manajer yang kinerjanya dinilai oleh masing- masing responden terhadap dirinya sendiri. Kemungkinan lainnya disebabkan
investasi dalam pendidikan dan pengembangan kompetensi karyawan dan kompetensi total yang dilakukan perusahaan tidak cukup dalam pelaksanaan
sistem pengukuran kinerja, sehingga strategi yang dijalankan belum kompetitif yang pada akhirnya dapat menurunkan kinerja manajerial perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Supratiningrum 2003 yang tidak menemukan bukti bahwa perusahaan yang
menerapkan TQM dan sistem pengukuran kinerja secara interaktif dapat mencapai kinerja manajerial, karena variabel moderat 1 yang merupakan interaksi antara
TQM dan sistem pengukuran kinerja tidak signifikan.
3. Pengaruh Signifikan Variabel Sistem Penghargaan Terhadap Hubungan Total Quality Management dan Kinerja Manajerial.
Hipotesis ketiga menguji pengaruh sistem penghargaan terhadap hubungan total quality management dan kinerja manajerial. Uji Anova atau F test
menghasilkan nilai F hitung sebesar 5,468 dengan tingkat signifikan 0,004. karena probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0.05 maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel kinerja manajerial, atau dapat dikatakan bahwa TQM, sistem penghargaan dan moderat 2 secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan uji signifikansi parameter individual uji t statistik dapat diketahui variabel moderat 2 yang merupakan interaksi antara TQM dan sistem
penghargaan memberikan koefisien parameter sebesar 0,119 dan tingkat signifikansi 0,015 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel
sistem penghargaan merupakan variabel moderating. Penghargaan merupakan pemotivasi bagi karyawan untuk dapat
meningkatkan kualitas kinerjanya. Pendesainan sistem penghargaan merupakan salah satu metode yang paling penting untuk mengurangi dan memperkuat
perilaku yang diinginkan untuk keberhasilan penerapan total quality management. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu
Suprantiningrum dan Zulaikha 2003, tetapi berlawanan dengan penelitian Narsa dan Yuniawati 2003 yang tidak menemukan bukti bahwa organisasi yang
menerapkan total quality management dengan sistem penghargaan dapat mencapai kinerja yang tinggi. Pada penelitian ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Mulyadi dan Setyawan 2001:356 bahwa sistem penghargaan berbasis kinerja memberi dua manfaat: memberi informasi dan memberikan
motivasi.
4. Pengaruh Tidak Signifikan Variabel sistem Pengukuran Kinerja, Sistem Penghargaan Secara Simultan Terhadap Hubungan Total Quality
Management dan Kinerja manajerial.
Hipotesis keempat menguji pengaruh sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan secara simultan terhadap hubungan total quality management
dan kinerja manajerial. Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar
Universitas Sumatera Utara
2, 532 dengan tingkat signifikan 0.064 karena probabilitas signifikansi lebih besar dari 0.05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel
kinerja manajerial, atau dapat dikatakan bahwa TQM, sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan dan moderat 3 secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja manajerial. Sedangkan uji signifikansi parameter individual uji t statistik dapat
diketahui variabel moderat 3 yang merupakan interaksi antara TQM, sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan secara simultan mempunyai koefisien
parameter sebesar –2,4E-0,005 dan tingkat signifikansi 0,172 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel sistem pengukuran kinerja dan
sistem penghargaan secara simultan bukan merupaka variabel moderating. Dengan demikian H4 yang menyatakan sistem pengukuran kinerja dan
sistem penghargaan secara simultan berpengaruh terhadap hubungan antara total quality management dan kinerja manajerial, ditolak. Hal ini disebakan oleh
variabel sistem pengukuran kinerja yang ternyata bukan variabel moderating, sehingga secara simultan juga bukan merupakan variabel moderating terhadap
hubungan TQM dan kinerja manajerial.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan