KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERPUSTAKAAN SWASTA KABUPATEN KLATEN Yang Bersifat Rekreatif Dengan Pendekatan Psikologi Arsitektur
commit to user
KONSEP PEREN
PERPUSTAKAAN
Yang Bersif
Diajukan Gelar
U
ARIZA
JURUSAN A UNIV
ERENCANAAN DAN PERANCANGAN
AN SWASTA KABUPATEN KLATE
rsifat Rekreatif Dengan Pendekatan
Psikologi Arsitektur
TUGAS AKHIR
kan Sebagai Syarat untuk Mencapai elar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
A KURNIAWATI KAUTSAR
I 0206040
ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK IVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
N
(2)
commit to user
ii
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Perpustakaan Swasta Kabupaten Klaten
Yang Bersifat Rekreatif Dengan Pendekatan Psikologi Arsitektur
DISUSUN OLEH : Ariza Kurniawati Kautsar
I0206040
Menyetujui, Surakarta, April 2011
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Ir. Hardiyati, MT 19561209 198601 1 001 Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik
Ir. Noegroho Djarwanti, MT 19561112 198403 2 007
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Djoko Winarno Tri Yuni Iswati, ST, MT
NIP. 194601081986011001 NIP. 197106202000032001 UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR
(3)
commit to user
iii
Karya Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk, Ayahku, Drs. Mohammad Sarbini Ibuku, Hariati Choironi Adikku, Ratih Septian Rizki
(4)
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Studio Tugas Akhir dan dapat menyusun Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir dengan judul Perpustakaan Swasta Kabupaten Klaten Yang Bersifat Rekreatif Dengan Pendekatan Psikologi Arsitektur dengan semaksimal mungkin.
Konsep perencanaan dan perancangan ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Teknik, Program Studi Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulisan konsep perencanaan dan perancangan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Mukahar, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Ir. Hardiyati, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dyah S. Pradnya P, ST, MT selaku Pembimbing Akademik.
4. Bapak Ir. Djoko Winarno, selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang telah Bapak berikan selama proses penyusunan Tugas Akhir.
5. Ibu Tri Yuni Iswati, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang telah Ibu berikan selama proses penyusunan Tugas Akhir.
6. Bapak Dr. Titis Pitana, ST, M. Trop. Arch selaku Dosen Penguji I Tugas Akhir, terima kasih atas kritik dan saran membangun yang telah Bapak berikan.
(5)
commit to user
v
7. Ibu Ir. Leny Pramesti, MT selaku Dosen Penguji II Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang telah Ibu berikan selama proses penyusunan Tugas Akhir.
8. Ibu Sri Yuliani, ST, M App selaku Ketua Panitia Tugas Akhir.
9. Bapak Yosafat Winarto, ST, MT selaku Sekretaris Panitia Tugas Akhir
10.Bapak Ibu Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
11.Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini. Dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan Tugas Akhir ini, masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini. Semoga Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Akhir kata, atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
(6)
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR SKEMA ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Judul ... 1
B. Pemahaman Judul ... 1
C. Latar Belakang ... 2
1. Kondisi Masyarakat Kabupaten Klaten ... 2
2. Kondisi Pendidikan Kabupaten Klaten ... 4
3. Kondisi Perpustakaan Kabupaten Klaten ... 4
4. Kebutuhan Perpustakaan bagi Masyarakat Klaten ... 7
D. Permasalahan dan persoalan ... 10
1. Permasalahan ... 10
2. Persoalan ... 10
E. Tujuan dan Sasaran ... 10
1. Tujuan ... 10
2. Sasaran ... 11
F. Lingkup dan Batasan ... 11
1. Lingkup ... 11
2. Batasan ... 12
(7)
commit to user
viii
1. Metode Pengumpulan Data ... 12
2. Metode Pembahasan ... 13
H. Sistematika Pembahasan ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Perpustakaan ... 16
1. Sejarah Perpustakaan ... 16
a. Sejarah Perpustakaan Secara Umum ... 16
b. Sejarah Perpustakaan Indonesia ... 16
2. Perkembangan Perpustakaan ... 18
a. Perkembangan Secara Umum ... 18
b. Perkembangan Perpustakaan Era Digital ... 19
3. Pengertian Perpustakaan ... 20
4. Tujuan Perpustakaan ... 21
5. Peran Perpustakaan ... 21
6. Fungsi Perpustakaan ... 22
7. Kegiatan Pokok Perpustakaan ... 22
8. Tata Ruang Perpustakaan ... 25
B. Tinjauan Edukatif dan Rekreatif ... 29
1. Edukatif ... 29
2. Rekreatif ... 30
3. Desain yang Rekreatif secara Psikologis ... 32
C. Tinjauan Psikologi Arsitektur ... 33
1. Pengertian Psikologi Arsitektur ... 33
2. Unsur Psikologi Arsitektur ... 36
a. Warna ... 36
b. Tekstur ... 37
c. Proporsi ... 39
3. Persepsi dan Proses Pengamatan ... 40
4. Proksimitas, Ruang Personal, dan Teritori ... 41
(8)
commit to user
ix BAB III TINJAUAN WILAYAH
A. Kondisi Wilayah Kabupaten Klaten ... 43
1. Kondisi Fisik ... 43
a. Keadaan Geografis ... 43
b. Keadaan Alam ... 44
2. Kondisi Non Fisik ... 45
a. Penduduk ... 45
b. Keadaan Kondisi Sosial ... 47
c. Pendidikan dan Kebuadayaan ... 49
B. Kondisi Wilayah Kota Klaten ... 51
1. Pembagian Daerah ... 51
2. Fungsi Kota ... 52
3. Rencana Tata ruang ... 52
4. Peraturan Bangunan ... 55
C. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten ... 56
1. Kedudukan ... 56
2. Struktur Organisasi ... 57
3. Program Pokok ... 60
4. Materi Koleksi ... 60
5. Pengunjung ... 61
6. Sistem Pelayanan ... 62
7. Jenis Layanan ... 62
8. Waktu Layanan ... 62
BAB IV PERPUSTAKAAN YANG DIRENCANAKAN A. Pemahaman ... 63
B. Fungsi, Visi, dan Misi Perpustakaan ... 63
1. Fungsi ... 63
2. Visi ... 64
3. Misi ... 64
(9)
commit to user
x
D. Sasaran Pengguna ... 66
E. Frekuensi kegiatan ... 66
F. Struktur Organisasi Perpustakaan ... 67
G. Lingkup Kegiatan ... 69
1. Sistem Penyediaan Koleksi Pustaka ... 69
2. Kegiatan Pelayanan ... 74
3. Kegiatan Pemanfaatan Bahan Pustaka ... 75
4. Kegiatan Pendukung ... 77
H. Bentuk dan Sistem Pelayanan ... 79
1. Bentuk Pelayanan ... 79
2. Sistem Pelayanan ... 79
BAB V. ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERPUSTAKAAN A. ANALISIS PERENCANAAN PERPUSTAKAAN ... 81
1. Pola kegiatan Pengguna Perpustakaan ... 81
a. Pola Kegiatan Pengunjung ... 81
b. Pola Kegiatan Pengelola ... 83
c. Pola Kegiatan Penunjang ... 84
d. Pola Kegiatan Servis ... 85
2. Analisis Peruangan ... 85
a. Analisis kebutuhan ruang ... 85
1) Kebutuhan Ruang Pengunjung ... 85
2) Kebutuhan Ruang Pengelola ... 87
3) Kebutuhan Ruang Pendukung ... 89
4) Kebutuhan Ruang Servis ... 90
b. Analisis kapasitas Bangunan ... 91
1) Pengunjung Usia Anak ... 92
2) Pengunjug Usia Remaja ... 92
3) Pengunjung Usia Dewasa ... 93
(10)
commit to user
xi
1) Kelompok Kegiatan Pengelolaan ... 96
2) Kelompok Kegiatan Pengunjung ... 99
3) Kelompok Kegiatan Penunjang ... 102
4) Kelompok Kegiatan Servis ... 103
d. Pola Hubungan Ruang ... 105
e. Analisis Persyaratan Ruang ... 106
3. Analisis Lokasi Site Perpustakaan ... 109
a. Penentuan Lokasi ... 109
b. Penentuan Lokasi Site ... 110
c. Penentuan Site ... 114
4. Analisis Kebutuhan Jumlah Lantai ... 116
5. Analisis Psikologis dalam Pengolahan Site ... 117
a. Analisis Pencapaian Site ... 117
b. Analisis View dan Orientasi Site ... 118
c. Analisis Matahari pada Site ... 119
d. Analisis Kebisingan ... 120
e. Analisis Sirkulasi ... 122
f. Analisis Penzoningan ... 123
B. ANALISIS PERANCANGAN PERPUSTAKAAN ... 125
1. Analisis Pola Sirkulasi Pada Perpustakaan ... 125
a. Pola Sirkulasi Pada Bangunan ... 126
b. Pola Sirkulasi Pada Ruangan ... 128
2. Analisis Eksterior Bangunan Perpustakaan ... 129
a. Analisis Bentuk Dasar Bangunan Yang Rekreatif ... 129
b. Analisis Ekspressi dan Tampilan Bangunan Secara Psikologis. 134 3. Analisis Interior Ruang Perpustakaan Beradasarkan Unsur Psiko-logi Arsitektur ... 139
a. Elemen Warna ... 139
b. Elemen Skala ... 141
c. Elemen Tekstur ... 141
(11)
commit to user
xii
a. Analisis Struktur Bangunan ... 142
b. AnalisisUtilitas Bangunan ... 145
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Perencanaan Perpustakaan ... 153
1. Konsep Peruangan Perpustakaan ... 153
a. Jenis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang ... 153
1) Kelompok Kegiatan Pengelolaan ... 153
2) Kelompok Kegiatan Pengunjung ... 157
3) Kelompok Kegiatan Penunjang ... 159
4) Kelompok Kegiatan Servis ... 160
b. Pola Hubungan Ruang ... 162
2. Konsep Lokasi dan Site Perpustakaan ... 162
3. Konsep kebutuhan Jumlah Lantai ... 163
4. Penzoningan ... 164
B. Konsep Perancangan Perpustakaan ... 165
1. Konsep Sirkulasi Site ... 165
2. Konsep Eksterior Bangunan ... 166
a. Konsep Bentuk Dasar Bangunan Yang Rekreatif ... 166
b. Konsep Ekspresi dan Tampilan Bangunan Secara Psikologis.. 168
3. Analisis Interior Ruang Perpustakaan Beradasarkan Unsur Psikologi Arsitektur ... 170
a. Elemen Warna ... 170
b. Elemen Skala ... 171
c. Elemen Tekstur ... 171
4. Konsep Struktur dan Utilitas Bangunan ... 172
a. Konsep Struktur Bangunan ... 172
b. Konsep Utilitas Bangunan ... 173
DAFTAR PUSTAKA ... xix
(12)
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Kondisi Perpustakaan Umum Kabupaten Klaten ... 6
Gambar II.1. Standar Ketinggian Rak Perpustakaan ... 26
Gambar II.2. Rekreasi Dalam Ruang ... 31
Gambar II.3. Rekreasi Luar Ruang ... 31
Gambar II.4. Ruang Dengan Koleksi Pribadi ... 32
Gambar II.5. Elemen Lansekap ... 33
Gambar II.6. Elemen Warna ... 33
Gambar II.7. Rumah Interovert ... 34
Gambar II.8. Rumah Ekstrovert ... 34
Gambar II.9. Diagram Warna ... 37
Gambar II.10. Macam Tekstur ... 38
Gambar III.1. Peta Kabupaten Klaten ... 43
Gambar III.2. Pembagian Wilayah Kota ... 51
Gambar III.3. Pembagian Zona Kota ... 53
Gambar III.4. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan ... 56
Gambar V.1. Peta Lokasi Perpustakaan ... 110
Gambar V.2. Peta Lokasi Site Alternatif ... 111
Gambar V.3. Lokasi Site Pertama ... 112
Gambar V.4. Lokasi Site Kedua ... ... 113
Gambar V.5. Lokasi Site ketiga... 113
Gambar V.6. Peta Lokasi Site ... 115
Gambar V.7. Proses Analisis Pencapaian ... 117
Gambar V.8. Hasil Analisis Pencapaian ... 118
Gambar V.9. Proses Analisis View Dan Oreintasi Site ... 118
Gambar V.10. Hasil Analisis View Dan Oreintasi Site ... 119
Gambar V.11. Eksisting Analisis Matahari ... 119
Gambar V.12. Proses Analisis Matahari ... 120
Gambar V.13. Hasil Analisis Matahari ... 120
(13)
commit to user
xiv
Gambar V.15. Hasil Analisis Kebisingan ... 121
Gambar V.16. Susunan Parkir Mobil ... 122
Gambar V.17. Analisis Sirkulasi Sekitar Site ... 123
Gambar V.18. Produk Analisis Sirkulasi Site ... 123
Gambar V.19. Penzoningan Vertikal ... 124
Gambar V.20. Penzoningan Harisontal ... 125
Gambar V.21. Sirkulasi Ruang Private ... 126
Gambar V.22. Sirkulasi Ruang Baca Santai ... 127
Gambar V.23. Sirkulasi Ruang Diskusi ... 127
Gambar V.24. Sirkulasi Ruang Baca Anak ... 128
Gambar V.25. Sumbu Imajiner pada Site ... 129
Gambar V.26. Desain Perpustakaan Pada Umumnya ... 130
Gambar V.27. Bentuk Susunan Dasar Massa ... 131
Gambar V.28. Bentuk Dasar Massa ... 132
Gambar V.29. Globe ... 133
Gambar V.30. Tumpukan Buku ... 133
Gambar V.31. Contoh educational Qoutes ... 133
Gambar V.32. Bentuk Teritori Massa ... 135
Gambar V.33. Penggunaan Material Transparan ... 136
Gambar V.34. Elemen Lengkung Memberi Kesan Dinamis ... 137
Gambar V.35. Roof Garden ... 138
Gambar V.36. Jenis Vegetasi Peneduh ... 139
Gambar V.37. Furniture Warna Pada Ruang Baca Anak ... 140
Gambar V.38. Aplikasi Warna Pada Ruang Baca Remaja ... 140
Gambar V.39. Tekstur Kayu Pada Ruang Baca Dewasa ... 142
Gambar VI.1. Peta Lokasi Site Terpilih ... 162
Gambar VI.2. Zoning Vertikal Pada Site ... 164
Gambar VI.3. Zoning Horisontal Pada Site ... 164
Gambar VI.4. Sumbu Imajiner pada Site ... 166
Gambar VI.5. Bentuk Dasar Massa ... 167
(14)
commit to user
xv
Gambar VI.7. . Morfologi Pada Bangunan ... 168
Gambar VI.8. Bentuk Teoriti Massa ... 168
Gambar VI.9. Penggunaan Material Transparan ... 169
Gambar VI.10. Elemen Lengkung Yang Dinamis ... 169
Gambar VI.11. Roof Garden ... 169
Gambar VI.12. Furniture Warna Pada Ruang Baca Anak ... 170
Gambar VI.13. Aplikasi Warna Pada Ruang Baca Remaja ... 170
(15)
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Perbandingan Sistem Pelayanan Terbuka Dan Tertutup ... 25
Tabel II.2. Sistem Penerangan Berdasarkan Pancaran Lux Cahaya .... 28
Tabel III.1. Rincian Keadaan Topografi Kabupaten Klaten ... 44
Tabel III.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten ... 46
Tabel III.3. Laju Pertumbuhan Penduduk ... 47
Tabel III.4. Pertumbuhan Badan Usaha ... 48
Tabel III.5. Tabel Mata Pencaharian Penduduk Klaten ... 49
Tabel III.6. Jumlah Siswa Sekolah ... 50
Tabel III.7. Koleksi Perpustakaan Klaten ... 61
Tabel III.8. Pengunjung Perpustakaan Klaten ... 61
Tabel V.1. Kebutuhan Ruang Pengunjung ... 86
Tabel V.2. Kebutuhan Ruang Pengelola ... 87
Tabel V.3. Kebutuhan Ruang Penunjang Kegiatan ... 89
Tabel V.4. Kebutuhan Ruang Servis ... 90
Tabel V.5. Kelompok Kegiatan Kepala Perpustakaan ... 96
Tabel V.6. Kelompok Kegiatan Sekreataris Perpustakaan ... 96
Tabel V.7. Kelompok Kegiatan Bendahara Perpustakaan ... 96
Tabel V.8. Kelompok Kegiatan Staff Administrasi ... 96
Tabel V.9. Kelompok Pengedaan Dan Pengelolaan Media ... 97
Tabel V.10. Kegiatan Pengembangan Pustaka Konvensisonal ... 97
Tabel V.11. Kegiatan Pengembangan Media Audio Visual ... 97
Tabel V.12. Kegiatan Pengembangan Media Digital ... 98
Tabel V.13. Kegiatan Pelayanan Pengguna ... 98
Tabel V.14. Kegiatan Pengelola Jaringan Data Digital ... 98
Tabel V.15. Kegiatan Penunjang Pengelolaan ... 99
Tabel V.16. Kegiatan Pengunjung Anak ... 100
Tabel V.17. Kegiatan Pengunjung Remaja ... 101
(16)
commit to user
xvii
Tabel V.19. Kegiatan Pendukung Perpustakaan ... 102
Tabel V.20. Kelompok Kegiatan Servis ... 103
Tabel V.21. Analisis Perbandingan Kriteria Site ... 114
Tabel V.22. Total Luas Kebutuhan Ruang ... 116
Tabel VI.1. Kelompok Kegiatan Kepala Perpustakaan ... 153
Tabel VI.2. Kelompok Kegiatan Sekreataris Perpustakaan ... 153
Tabel VI.3. Kelompok Kegiatan Bendahara Perpustakaan ... 153
Tabel VI.4. Kelompok Kegiatan Staff Administrasi ... 154
Tabel VI.5. Kelompok Pengedaan Dan Pengelolaan Media ... 154
Tabel VI.6. Kegiatan Pengembangan Pustaka Konvensisonal ... 154
Tabel VI.7. Kegiatan Pengembangan Media Audio Visual ... 155
Tabel VI.8. Kegiatan Pengembangan Media Digital ... 155
Tabel VI.9. Kegiatan Pelayanan Pengguna ... 155
Tabel VI.10. Kegiatan Pengelola Jaringan Data Digital ... 156
Tabel VI.11. Kegiatan Penunjang Pengelolaan ... 156
Tabel VI.12. Kegiatan Pengunjung Anak ... 157
Tabel VI.13. Kegiatan Pengunjung Remaja ... 158
Tabel VI.14. Kegiatan Pengunjung Dewasa ... 158
Tabel VI.15. Kegiatan Pendukung Perpustakaan ... 160
Tabel VI.16. Kelompok Kegiatan Servis ... 161
(17)
commit to user
xviii
DAFTAR SKEMA
Skema III.1. Kedudukan Kantor Arsip Dan Perpustakaan Daerah .... 57
Skema III.2. Struktur Organisasi Kantor Perpustakaan Daerah ... 57
Skema IV.1. Struktur Organisasi Perpustakaan ... 67
Skema V.1. Pola Kegiatan Pengunjung Anak ... 81
Skema V.2. Pola Kegiatan Pengunjung Remaja ... 82
Skema V.3. Pola Kegiatan Pengunjung Dewasa ... 83
Skema V.4. Pola Kegiatan Pengelola ... 84
Skema V.5. Pola Kegiatan Pendukung ... 84
Skema V.6. Pola Kegiatan Servis ... 85
Skema V.7. Skema Bubble Pola Hubungan Ruang ... 105
Skema VI.1. Pola Hubungan Ruang ... 162
Skema VI.2. Sistem Jaringan Penyediaan Listrik ... 171
Skema VI.3. Sistem Penghawaan Buatan ... 172
Skema VI.4. Sistem Komunikasi ... 173
Skema VI.5. Sistem Penyediaan Air Bersih ... 173
Skema VI.6. Sistem Pengelolaan Air Kotor ... 174
(18)
commit to user
xix
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Klaten, Kabupaten Klaten Dalam Angka 2008, 2009
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, Rachel. 2001
Halim, Deddy. Psikologi Arsitektur : Pengantar Kajian Lintas Disiplin, Jakarta : Penerbit Gramedia. 2004
Joesoep, Tjoen Moh., Perpustakaan di Indonesia dari Jaman ke Jaman, 1998
Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten, Laporan Tahunan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten 2009 : 2010
Nurhadi, A. Muljani, Sejarah Perpustakaan Dan Perkembangannya Di Indonesia,
Andi Offset, 1983.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten 2006-2015
RUTRK dan RDTRK Kabupaten Klaten Tahun 2006
Satwiko, Prasasto. Fisika Bangunan Edisi 2, Yogyakarta : Penerbit Andi. 2004
Santoso, Joko, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan Visi Hernandono, CV. Agung Seto, Jakarta : 2001
(19)
commit to user
xx http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.yakee.de/imgdb/hotelinfoTH EWATERGARDEN1.jpg&imgrefurl=http://www.yakee.de/php/lastminute/show_ Hotels.php. Diunduh tanggal 12 Feb 2010 pukul 13.20 WIB
http://www.google.com/http://www.britannica.com/bps/additionalcontent/18/4735 5424/ACA-Builds-BridgeswithInsurance-Investigators Diunduh 10 Juli 2010 pkl 15.45 WIB
http://www.griyaasri.com/2010/12/eksplorasibidangputih/edisi221/025/januari200 2, diunduh tanggal 6/05/2010 pukul 18.18
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=836&bih=354&q=media+indo nesia&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=a2d7771bc69d569e pada tanggal 26 April 2010 pkl 22.36 WIB
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=836&bih=354&q=klaten&aq=f &aqi=&aql=&oq=&fp=a2d7771bc69d569ev diakses tanggal 24 April 2010 pukul 22:37 WIB
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.andyrahmanarchitect.com/pr ojects/images/Residential/Introvert%2520House/1.%2520Eksterior%2520view%2 5201 diunduh tanggan 26 April 2010 pkl 22.31 WIB
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.bangunrumah.com/images/pr oject/Rumah_Condet1B.jpg&imgrefurl=http://www.bangunrumah.com/renovasir umah.php diunduh pada tanggal 27 April 2010 pkl 7.37 WIB
(20)
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL
Perpustakaan Swasta Kabupaten Klaten yang Bersifat Rekreatif dengan Pendekatan Psikologi Arsitektur
B. PEMAHAMAN JUDUL
1. Perpustakaan
Lembaga pengumpulan koleksi, termasuk tulisan, cetakan, atau materi audio visual yang terorganisasi dan diadministrasikan sebagai fungsi edukasi, informasi, dan rekreasi yang kemudian dikelola untuk pelayanan belajar dan penelitian bagi masyarakat umum.1
2. Swasta
Segala bidang yang tidak dikuasai oleh pemerintah, baik organisasi nirlaba maupun laba dapat termasuk swasta, antara lain perusahaan, korporasi, bank, dan organisasi non-pemerintah lainnya, termasuk juga karyawan yang tidak bekerja untuk pemerintah.2
3. Kabupaten Klaten
Merupakan salah satu kabupaten yang berada di Jawa Tengah, dengan ibukota kabupaten bernama Desa Klaten. Wilayah Kabupaten Klaten terletak diantara Kabupaten Surakarta dan D.I. Yogyakarta.3
1
Ensyclopedia Britanica, (google.com diakses 10 Juli 2010 pukul 15.45 WIB) 2
www.wikipedia.com, diakses tanggal 22 desember 2010 pukul 10.05 WIB 3
(21)
commit to user
4. Rekreatif
Suatu keadaan yang menyenangkan, merefreshkan segala kejenuhan dalam diri dengan mencari sesuatu yang berbeda.4 Kesan rekreatif da-lam perpustakaan diterapkan melalui bentuk bangunan dan ruang serta penyediaan fasilitas yang variatif.
5. Psikologi arsitektur
Sebuah kajian bidang studi yang mempelajari hubungan antara lingkungan binaan dengan kejiwaan manusia. Suasana ruang dan lingkungan luar dapat mempengaruhi pemikiran serta kenyamaan seseorang secara psikologis. Pembentukan suasana dalam prinsip psikologis arsitektur dapat diperoleh dari penerapan unsur warna, material, dan proporsi ke dalam bangunan.
Secara keseluruhan perpustakaan ini merupakan sebuah sarana belajar yang menyediakan berbagai media informasi baik dalam bentuk tulisan, gambar, audio visual, maupun digital, dan dikelola oleh pihak swasta yang diperuntukkan bagi masyarakat Kabupaten Klaten dengan desain yang menciptakan suasana rekreatif bagi pengguna melalui pendekatan psikologi arsitektur.
C. LATAR BELAKANG
1. Kondisi Masyarakat Kabupaten Klaten
Klaten merupakan sebuah kabupaten yang terletak antara Yogjakarta dan Surakarta. Dengan kondisi wilayah administratif yang
4
(22)
commit to user
diapit oleh kota yang memiliki pengaruh besar maka tidak heran jika kondisi lingkungan serta kehidupan masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan kondisi pada kedua kota tersebut mulai dari bahasa, kebudayaan, kondisi sosial masyarakat serta bidang pendidikan.
Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, muncul banyak sekali sekolah dan universitas baik negeri maupun swasta di wilayah ini, sehingga membuka peluang bagi masyarakat Klaten untuk berprofesi sebagai guru dan staff pengajar. Keinginan masyarakat Klaten untuk terus bersekolah pun meningkat dengan adanya pilihan jenis sekolah yang bervariatif.
Akan tetapi, sangat disayangkan karena perkembangan bidang pendidikan di Kabupaten Klaten tidak dibarengi dengan peningkatan fasilitas penunjang lainnya. Saat ini di Kabupaten Klaten hanya tersedia beberapa fasilitas hiburan aktif berupa kolam pemandian dan area makan wisata yang itupun dirasa kurang menarik minat masyarakat karena kondisinya yang kurang terawat.
Serta dengan tidak tersedianya fasilitas hiburan yang pasif juga membuat masyarakat Klaten mencari pelampiasan hiburan yang ku-rang mendidik untuk menghilangkan kepenatan, misalnya berkumpul dengan teman di pinggir jalan (genk motor). Selain itu masyarakat Klaten harus pergi ke Yogjakarta atau Surakarta yang menyediakan berbagai fasilitas hiburan pasif, seperti pusat buku shopping, taman pintar, perpustakaan kota untuk sekedar merefresh otak namun tetap memperoleh informasi yang baru.
(23)
commit to user
2. Kondisi Pendidikan Masyarakat Klaten
Dengan wilayah geografis yang berada di antara kota pelajar, maka tidak diragukan jika masyarakat Klaten juga memperhatikan masalah pendidikan, ini dapat terlihat dalam kepedulian pemerintah terhadap kemajuan di bidang pendidikan di Kabupaten Klaten.
Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan merupakan faktor penentu perkembangan sosial dan ekonomi yang lebih baik. Saat ini, Peme-rintah Klaten sangat memperhatikan segala aspek pendidikan yang ada untuk dikembangkan agar pendidikan di Kabupaten Klaten menjadi yang terdepan dalam pembangunan.
Pelaksanaan program pembangunan pendidikan di Kabupaten Klaten telah menyebabkan makin berkembangnya suasana belajar mengajar diberbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Dari makin bertambahnya jumlah fasilitas pendidikan formal di Kabupaten Klaten, menunjukkan bahwa jumlah pelaku pendidikan di Kabupaten Klaten cukup tinggi, sehingga pendidikan di wilayah ini makin berkembang. Untuk itu, dibutuhkan fasilitas yang dapat meningkatkan mutu pendidikan yang sudah ada agar lebih baik lagi.
3. Fasilitas Perpustakaan Di Kabupaten Klaten
Pada zaman global sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang penting. Karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan telah menjadi kebutuhan pokok yang harus
(24)
commit to user
dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh sarana pendidikan, banyak cara yang dapat kita capai, diantaranya melalui perpustakaan. Karena di perpustakaan berbagai sumber informasi bisa kita peroleh, selain itu banyak juga manfaat lain yang dapat kita peroleh melalui perpustakaan.
Pada umumnya perpustakaan memiliki fungsi yaitu : a. Fungsi penyimpanan,
Bertugas menyimpan koleksi (informasi) karena tidak semua koleksi dapat dijangkau oleh display perpustakaan.
b. Fungsi informasi,
Menyediakan berbagai informasi untuk masyarakat. c. Fungsi pendidikan,
Perpustakaan menjadi tempat dan menyediakan sarana untuk belajar baik dilingkungan formal maupun non formal.
d. Fungsi rekreasi,
Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan mem-baca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan. e. Fungsi kultural,
Perpustakaan berfungsi untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas. Jenis perpustakaan yang ada di Kabupaten Klaten adalah perpustakaan sekolah yang menyediakan fasilitas peminjaman dan membaca buku sesuai dengan tingkatan sekolah itu sendiri. Misalnya koleksi buku perpustakaan di sekolah dasar terbatas pada jenis buku
(25)
commit to user
anak, perpustakaan sekolah menengah memiliki koleksi buku yang sesuai dengan mata pelajaran dan usia siswa.
Pengguna perpustakaan sekolah hanya terbatas pada siswa yang bersekolah di lokasi dimana perpustakaan tersebut berada. Untuk mengetahui identitas peminjam, petugas melalukan pengecekan nomor induk siswa. Dengan demikian selain siswa sekolah tersebut, tidak dapat secara serta merta menggunakan fasilitas ini.
Gambar. I.1. Kondisi perpustakaan umum kabupaten klaten Sumber : dok. Pribadi
Selain perpustakaan sekolah, terdapat perpustakaan kota di Kabupaten Klaten yang merupakan sarana pendidikan yang disediakan dan dikelola oleh pemerintah. Akan tetapi, terbatasnya anggaran APBD yang dialokasikan untuk perawatan dan peningkatan mutu perpustakaan, menjadikan Perpustakaan Umum Kabupaten Klaten kurang berkembang. Kondisi perpustakaan yang kurang nyaman mem-buat perpustakaan ini sepi pengunjung, dan lokasi perpustakaan yang tidak mudah dijangkau, juga merupakan faktor lain yang mempengaru-hi rendahya antusiasme masyarakat untuk belajar di perpustakaan kota.
Bangunan perpustakaan merupakan satu kesatuan dengan Kantor Arsip Kabupaten Klaten, yang saat ini menempati bangunan
(26)
commit to user
gedung tua. Dengan demikian kondisi ruangannya pun terbatas, secara termal dan fungsional masih kurang nyaman untuk membaca. Secara garis besar, bangunan Perpustakaan Klaten hanya memenuhi aspek fungsi penyimpanan semata, sedangkan aspek pendidikan terpenuhi dalam skala kecil.
4. Kebutuhan Perpustakaan Bagi Masyarakat Klaten
Dari kondisi perpustakaan yang terbatas membuat masyarakat Kabupaten Klaten kesulitan untuk mencari sumber referensi belajar yang rekreatif. Untuk mencari materi tambahan, masyarakat Klaten harus rela mencari di perpustakaan Kota Solo dan Yogyakarta yang memiliki koleksi lebih lengkap. Hal ini sangat tidak efektif jika kebutuhan akan suatu materi belajar sangat mendesak.
Menilik dari fungsi perpustakaan yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, perpustakaan di Kabupaten Klaten hanya memenuhi aspek fungsi penyimpanan saja. Sedangkan fungsi informa-si, fungsi pendidikan, fungsi rekreasi dan fungsi kultural masih belum dapat dipenuhi. Secara detail mengenai pemehunan fungsi perpustaka-an dapat dilihat dalam point dibawah ini :
a. Fungsi pendidikan
Kurang terpenuhinya fungsi pendidikan pendidikan terlihat dari ketersediaan sumber informasi hanya untuk usia remaja dan dewasa, sedangkan untuk anak belum tersedia.
(27)
commit to user
b. Fungsi informasi
Fungsi informasi dapat terlihat dari minimnya koleksi buku yang ada, untuk tiap buku hanya tersedia dua eksemplar saja sert\a tidak tersedianya fasilitas pemenuhan informasi yang beragam, sehingga informasi hanya didapat dari buku.
c. Fungsi rekreasi
Fungsi rekreasi sangat belum dipenuhi melihat kondisi perpustakaan yang ada tidak dapat memberikan rasa refresing pada pengguna, hal ini dikarenakan suasana ruang yang kurang nyaman, baik dari segi fasilitas pembaca maupun kualitas ruang yang ada.
d. Fungsi kultural
Keterbatasan ruang juga membuat perpustakaan ini tidak dapat memenuhi fungsi sebagai fungsi kultural. Pihak perpustakaan harus menyewa gedung yang dapat menampung lebih banyak orang jika akan mengadakan suatu kegiatan atau acara yang bersifat umum.
Padahal seperti yang diuraikan pada pembahasan sebelumnya, antusiame masyarakat Klaten sangat tinggi dalam bidang pendidikan sehingga kebutuhan akan perpustakaan yang dapat mencakup semua lini usia sangat dibutuhkan. Serta sangat diharapkan penyediaan fasilitas sumber pengetahuan yang tidak hanya terbatas pada visual, tetapi juga audio, dan audio visual sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada.
(28)
commit to user
Selain itu, mengingat terbatasnya tempat rekreasi yang pasif di Kabupaten Klaten, alangkah baiknya jika perpustakaan yang ada juga mampu menghadirkan wahana pendukung pendidikan yang rekreatif secara psikologis bagi user.
Rekreatif merupakan suatu keadaan yang menyenangkan, bisa secara fisik maupun psikis, dengan mencari suasana berbeda. Dengan demikian sebuah perpustakaan umum dapat dijadikan sebagai wahana yang menyenangkan untuk memperoleh berbagai macam informasi, atau dengan kata lain perpustakaan dapat dijadikan sarana edukasi yang rekreatif. Sesuai dengan fungsi perpustakaan yang ke-empat, yaitu fungsi rekreatif. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk menambah alternatif tujuan masyarakat untuk berwisata yang lebih bermanfaat. Karena fasilitas hiburan yang tersedia di Kabupaten Klaten hanya berupa fasilitas rekreasi aktif tanpa ada unsur pendidikan dalamnya.
Dengan adanya perpustakaan umum yang rekreatif diharapkan antusiasme masyarakat datang ke perpustakaan untuk memambah ilmu pengetahuan dapat meningkat, sehingga peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Klaten juga dapat tercapai secara maksimal.
Mengingat terbatasnya kemampuan anggaran pemerintah dalam mewujudkan perputakaan yang memenuhi kelima aspek fungsi perpustakaan, maka alangkah baiknya perpustakaan tersebut dibangun dan dikelola secara teknis maupun non teknis oleh pihak swasta non pemerintah yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan di Kabupaten Klaten.
(29)
commit to user
D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
1. Permasalahan
Desain perpustakaan yang bersifat rekretif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas pendidikan dan sarana informasi, melalui penerapan prinsip ilmu psikologi arsitektur.
2. Persoalan
a. Penentukan lokasi site yang tepat untuk mendukung fungsi perpustakaan sebagai sarana yang edukatif dan rekreatif.
b. Bentuk tata masa bangunan perpustakaan yang tidak monoton sehingga menciptakan kesan rekreatif.
c. Sistem peruangan yang dapat mendukung perpustakaan agar dapat berfungsi maksimal sebagai wadah mengakses informasi yang sekaligus memberikan kesan rekreatif.
d. Pengolahan fasad bangunan perpustakaan baik interior maupun eksterior yang menerapkan prinsip psikologi arsitektur.
E. TUJUAN DAN SASARAN
1. Tujuan
Menciptakan desain perpustakaan dengan pendekatan psikologi arsitektur sebagai dasar pijakan dalam desain perpustakaan umum yang berperan sebagai sarana edukasi yang rekreatif dan mampu menampung berbagai kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan.
(30)
commit to user
2. Sasaran
a. Pemilihan lokasi yang sesuai untuk perpustakaan yang bersifat rekreatif dengan sasaran masyarakat Klaten sebagai user utama. b. Pengolahan bentuk massa bangunan yang variatif sesuai dengan
prinsip desain psikologi arsitektur dari segi proporsi yang mendukung terciptanya kesan rekreatif.
c. Sistem peruangan yang optimal dan mendukung perpustakaan sebagai sarana edukasi umum nonformal di Kabupaten Klaten yang bersifat rekreatif melaui penerapan prinsip psikologi arsitektur. d. Konsep ungkapan fasad bangunan baik interior maupun eksterior
bangunan sebagai perpustakaan yang mencerminkan suasana yang rekreatif dengan penerapan prinsip desain psikologi arsitektur.
F. Lingkup dan Batasan 1. Lingkup
a. Pembahasan teori mengenai perpustakaan yang memiliki fungsi edukasi sebagai dasar pijakan dalam penentuan kebutuhan fasilitas perpustakaan yang direncanakan.
b. Pembahasan Kabupaten Klaten sebagai sasaran wilayah pelayanan perpustakaan secara umum.
c. Pembahasan suasana rekreatif sebagai elemen fasilitas plus pada perpustakaan yang direncanakan.
d. Pembahasan ilmu psikologi arsitektur untuk membentuk citra bangunan yang rekreatif baik interior maupun eksterior dalam kaitannya dengan pemenuhan sarana edukasi bagi masyarakat.
(31)
commit to user
2. Batasan
a. Pembahasan teori perpustakaan dibatasi pada prinsip dasar sebuah bangunan perpustakaan, baik secara fisik maupun non fisik yang mampu mendukung kegiatan edukatif.
b. Pembahasan Kabupaten Klaten dibatasi hanya pada potensi wilayah untuk didirikan perpustakaan serta sasaran pengunjung yaitu masyarakat Klaten pada secara umum.
c. Pembahasan suasana rekreatif dibatasi hanya pada bentuk bangunan serta penyediaan fasilitas baca yang variatif.
d. Pembahasan ilmu psikologi arsitektur sebagai dasar pijakan dalam pembentukan suasana yang rekreatif melalui prinsip dasar warna, material, dan proporsi bangunan.
G. METODOLOGI
1. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai materi dalam penyusunan konsep perencanaan dan rancangan perpustakaan sebagai wahana pembelajaran umum di Kabupaten Klaten, yaitu :
a. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan keberadaan perpustakaan umum, melalui :
§ Data Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten.
§ Data Bappenas dan Dinas Sosial Kabupaten Klaten.
§ Data Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten.
(32)
commit to user
§ Buku yang menunjang pembahasan secara arsitektural.
§ Arsip Tugas Akhir mahasiswa arsitektur yang terdapat di perpustakaan jurusan arsitektur UNS.
b. Survey lapangan
Survey dilakukan langsung di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung terhadap pihak yang ter-kait yaitu Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten dan Kepala Dinas Pendidikan Klaten.
d. Studi banding
Studi banding dilakukan dilakukan pada perpustakaan daerah dan beberapa perpustakaan sekolah yang berada di wilayah Kabupaten Klaten.
2. Metode Pembahasan
Pembahasan dilakukan dengan menganalisa data yang telah diper-oleh, kemudian semua data dibahas dengan berpedoman pada prinsip konsep serta teori yang diperoleh dari literatur yang telah dipelajari. Metode yang dilakukan dalam pembahasan adalah penjabaran dari kajian teoritik sebagai acuan dalam pembahasan berikutnya, meliputi :
a. Perpustakaan
Berisi tentang prinsip dasar yang berkaitan dengan standar kebutuhan perpustakaan baik fisik maupun non fisik.
(33)
commit to user
b. Kabupaten Klaten
Meninjau kondisi wilayah Kabupaten Klaten yang dikaitkan dengan kebutuhan akan perpustakaan umum di daerah tersebut. c. Rekreatif
Berisi tentang teori mengenai penyediaan fasilitas pemanfaatan pustaka secara rekreatif sebagai pendukung sarana edukasi. d. Psikologi Arsitektur
Ilmu yang mempelajari pokok-pokok hubungan pembentukan suasana ruang untuk mempengaruhi kenyamanan seseorang.
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
1. BAB 1
Pembahasan mengenai pengertian, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan & sasaran metodelogi serta sistematika pembahasan. 2. BAB 2
Melakukan tinjauan secara teoritik mengenai perpustakaan, edukasi dan rekreasi, psikologi arsitektur, desain arsitektur yang rekreatif dengan pendekatan psikologi arsitektur yang mendukung desain perpustakaan umum Kabupaten Klaten.
3. BAB 3
Melakukan tinjauan data wilayah perencanaan yang meliputi kondisi fisik Kabupaten Klaten, kondisi kependudukan dan kondisi sosial masyarakat, kondisi pendidikan masyarakat Klaten, serta kondisi per-pustakaan yang ada di Kabupaten Klaten.
(34)
commit to user
4. BAB 4
Melakukan pendekatan pragmatik perencanaan secara non fisik, yang berisi tentang visi, misi, fungsi, struktur organisasi yang direncanakan, jenis koleksi perpustakaan, sistem pelayanan, dan sistem pengelolaan perpustakaan.
5. BAB 5
Melakukan pendekatan perencanaan dan rancangan secara fisik dan non fisik yang berisi tentang program kegiatan, pola kegiatan dan pelaku kegiatan perpustakaan yang direncanakan, penentuan lokasi, pemilihan tapak, analisis pencapaian, sirkulasi luar bangunan, penzoningan tapak, orientasi bangunan, lansekap dan tata lingkungan, kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungan dan organisasi ruang, bentuk tata letak massa, interior dan eksterior, serta sistem struktur dan utilitas bangunan.
6. BAB 6
Kesimpulan dari analisis berupa solusi desain yang tertuang dalam konsep perencanaan dan rancangan perpustakaan umum di Kabupaten Klaten sebagai sarana edukasi yang rekreatif dengan pendekatan psikologi arsitektur sebagai perwujudan desain bangunan.
(35)
commit to user
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
A. TINJAUAN PERPUSTAKAAN
1. Sejarah Perpustakaan
a. Sejarah Perpustakaan secara umum
Pada awal mulanya konsep perpusakaan masih sederhana karena hanya merupakan ukiran dan gambar yang dipahatkan pada dinding, tablet atau papyrus. Kemudian sesudah Masehi, perpustakaan gereja muncul di Eropa yang pada periode berikutnya berkembang menjadi perpustakaan yang berfungsi melestarikan dan mengembangkan budaya dan ilmu pengetahuan, baik untuk mendukung cendekiawan maupun pendidikan di Universitas.
Pada periode selanjutnya perpustakaan umum berkembang diikuti dengan meningkatnya gairah membaca di kalangan masyarakat Eropa. Pada abad 21, dengan peledakan informasi dan berkembangnya tekno-logi modern, maka perkembangan layanan dan macam perpustakaan menjadi subur dan efisien sebagai salah satu bentuk pelayanan informasi bagi mayarakat modern. 1
b. Sejarah Perpustakaan di Indonesia
Sesuai dengan sejarah dan peradaban bangsa, perpustakaan di Negara Indonesia masih tergolong muda.
1
(36)
commit to user
Perkembangannya diperinci menjadi lima :2 1) Periode Sebelum Zaman Penjajahan.
Awal mula perpustakaan di Indonesia dirintis sejak zaman Majapa-hit yang berupa perpustakaan kerajaan yang koleksinya berisi ten-tang mantra, doa, silsilah kerajaan, adat kebiasaan dan kepercayaan yang ditulis di daun lontar, bambu, kulit binatang ataupun kayu. 2) Periode Zaman Penjajahan Belanda
Didirikan perpustakaan “Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen” Jakarta, sebagai wahana untuk memperkuat Be-landa sebagai penjajah di Indonesia. Untuk kepentingan penjajahan itu pula kemudian didirikan perpustakaan khusus guna menunjang penelitian di segala bidang. Pada masa ini didirikan penerbit pertama yaitu “Commissie Vorr De Volksectuur” pada tahun 1908 yang sekarang menjadi Balai Pustaka. Pada periode akhir penjaja-han baru dikembangkan perpustakaan “Volksbi-bliotheek” yang berfungsi sebagai taman bacaan untuk rakyat. Periode ini kemu-dian kemu-dianggap sebagai lahirnya perpustakaan umum di Indonesia. 3) Periode Penjajahan Jepang
Berbeda dengan periode sebelumnya, pada masa ini perpus-takaan bisa dikatakan tidak berkembang sama sekali.
4) Periode Sesudah Kemerdekaan.
Pada masa ini, dalam rangka “Nation And Character Build-ing” perpustakaan di Indonesia berkembang. Sehubungan dengan
2
(37)
commit to user
usaha pemberantasan buta huruf pada tahun 1957 didirikan per-pustakaan rakyat. Pada periode ini juga merupakan masa lahirnya Perpustakaan Negara dan Biro Perpustakaan Departemen Pendi-dikan Dan Kebudayaan, yang kemudian menjadi Pusat Pengem-bangan Perpustakaan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 5) Periode Orde Baru
Perkembangan perpustakan di Indonesia mengalami pembi-naan dan pengembangan yang serius. Melalui PELITA, didirikan proses perintis perpustakaan sekolah, pencetakan berbagai jenis buku paket untuk berbagai jenjang dan jenis sekolah, digalakkan usaha penerbitan buku, ditingkatkan peran perpustakaan negara, dikembangkan perpustakaan umum dan perpustakaan universitas, dikoordinasikan perpustakaan khusus dalam bentuk jaringan kerjasama, dan telah dirintisnya berbagai upaya untuk melakukan pembakuan perpustakaan di Indonesia.
2. Perkembangan Perpustakaan a. Perkembangan Secara Umum. 3
Perkembangan perpusakaan di Indonesia makin hari makin menunjukkan kemajuannya. Kalau dilihat dari kacamata perkembangan akses informasi yang semakin mudah, hal itu menandakan prospek perpustakaan masa depan makin dinanti kiprah dan peranannya.
Di era kemajuan informasi dan globalisasi ini dunia perpustakaan dituntut agar semakin mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman
3
(38)
commit to user
yang semakin canggih. Pengembangan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi, seperti perpustakaan digital (Digital Library) atau perpustakaan maya (Virtual Library) atau perpustakaan elektronik (Electronic Library/E-Library), menjadi tuntutan pengembangan per-pustakaan masa depan. Perper-pustakaan digital menjadi jembatan yang menghubungkan kebutuhan informasi dengan sumber informasi dan layanan yang ada di perpustakaan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, menjadikan berbagai informasi dapat diperoleh dalam waktu yang relatif sangat cepat.
b. Perkembangan di Era Digital
Saat ini pengembangan teknologi informasi telah memungkinkan segala akses penyimpanan serta pendayagunaan informasi dan penge-tahuan yang lebih menarik, interaktif dan mudah dipahami melalui visualisasi multimedia yang meliputi IPTEK, video, dan animasi. Penyajian bahan pustaka dalam bentuk multimedia ini telah mengubah paradigma belajar dari hanya melihat dan menbaca menjadi paradigma belajar dengan membaca, melihat, mendengar, mengamati.
Lahirnya perpustakaan digital di Indonesia ini disambut baik para pengelola informasi atau pustakawan. Kebanyakan pustakawan terbuka terhadap perubahan teknologi, tetapi juga masih mengingat fungsi tradisional mereka, yaitu membantu orang untuk mencari informasi baik dalam bentuk digital ataupun tercetak.
(39)
commit to user
Dalam perjalanannya perpustakaan tetap memaksimalkan peng-gunaan koleksi tercetak daripada data digital. Hal itu dikarenakan per-pustakaan digital memiliki keunggulan dan kelemahan, yang secara rinci dapat dilihat pada uraian dibawah ini :
1) Keunggulan Perpustakaan Digital
a) Memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi pada data digital dan media jaringan komputer. b) Memiliki kemudahan dalam penyimpanan data, artinya tidak
membutuhkan banyak tempat untuk menyimpan koleksi data. c) Memiliki kelengkapan informasi yang up to date.
2) Kelemahan Perpustakaan Digital
Perkembangan perpustakaan digital masih dilakukan dengan trial and error, sehingga apabila terjadi error maka dapat timbul kesan pemborosan dan kesia-siaan, dengan biaya dan waktu yang dibutuhkan cukup banyak.
3. Pengertian Perpustakaan
Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah penyimpanan koleksi buku. Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Namun, saat ini, koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas berupa buku, tetapi bisa berupa film, slide, atau lainnya, yang dapat diterima di perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian semua sumber infor-masi itu diorganisir, disusun teratur, sehingga ketika kita membutuhkan suatu informasi, kita mudah menemukannya.
(40)
commit to user
Menurut RUU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan Perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuh-an intelektualitas pengguna melalui beragam cara interaksi pengetahukebutuh-an.
4. Tujuan Perpustakaan
a. Menyediakan sarana atau tempat untuk menghimpun berbagai sumber informasi untuk dikoleksi secara terus menerus, diolah dan diproses. b. Sebagai wahana untuk melestarikan hasil budaya manusia (IPTEK dan
budaya) melalui aktifitas pemeliharaan dan pengawetan koleksi. c. Sebagai agen perubahan (Agent of changes) dan agen kebudayaan serta
pusat informasi dan sumber belajar.
d. Pusat penelitian, rekreasi dan aktifitas ilmiah lainnya
5. Peran Perpustakaan
a. Menjadi media antara pemakai dengan koleksi sebagai sumber infor-masi dan pengetahuan.
b. Mengembangkan komunikasi antara pemakai dan atau dengan penye-lenggara sehingga tercipta kolaborasi, sharing pengetahuan maupun komunikasi ilmiah.
c. Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca serta pembangkit kesadaran pentingnya belajar sepanjang hayat.
d. Motivator, mediator dan fasilitator bagi pemakai dalam usaha mencari, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
(41)
commit to user
6. Fungsi Perpustakaan Di Indonesia
a. Fungsi penyimpanan, bertugas menyimpan koleksi informasi karena tidak mungkin semua koleksi dapat dijangkau oleh perpustakaan. b. Fungsi informasi, perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai
infor-masi untuk masyarakat.
c. Fungsi pendidikan, perpustakaan menjadi tempat dan menyediakan sarana untuk belajar baik di lingkungan formal maupun non formal. d. Fungsi rekreasi, masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan
membaca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan.
e. Fungsi kultural, Perpustakaan berfungsi untuk mendidik dan mengem-bangkan apresiasi budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas.
7. Kegiatan Pokok Perpustakaan
Kegiatan pokok yang ada di sebuah perpustakaan adalah : a. Kegiatan pembinaan bahan koleksi
Yaitu kegiatan mengumpulkan, mengadakan, menyediakan bahan koleksi untuk dijadikan koleksi perpustakaan.
Kegiatan pembinaan bahan koleksi dilakukan melalui : 1) Pemilihan bahan pustaka
Perpustakaan menentukan dan memilih macam pustaka yang akan dihimpun menjadi koleksi perpustakaan.
2) Pelaksanaan pengadaan bahan koleksi
Pengadaan bahan pustaka adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi suatu perpus-takaan. Koleksi perpustakaan hendaknya relevan dengan
(42)
commit to user
minat dan kebutuhan, lengkap dengan terbitan mutakhir agar tidak mengecewakan pengunjung yang dilayani.
Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara :
§ Mencatat bahan pustaka dalam buku inventarisasi
§ Memberi tanda pengenal pada setiap bahan pustaka. b. Kegiatan pengolahan bahan koleksi
Yaitu kegiatan mempersiapkan bahan koleksi yang telah diperoleh agar dengan mudah dapat diatur di tempat penyimpanan sehingga memudahkan pengguna dalam mencari bahan koleksi perpustakaan yang diinginkan. Kegiatan pengolahan bahan koleksi meliputi : 1) Klasifikasi
Kegiatan mengelompokkan koleksi sesuai dengan bidang ilmu. 2) Katalogisasi
Kegiatan membuat kartu katalog untuk setiap bahan koleksi. 3) Perlabelan
Kegiatan membuat nomor penempatan pada setiap bahan koleksi pustaka dengan label tertentu yang ditempatkan pada
cover bahan koleksi pustaka tersebut sesuai dengan ketentuan. Selain itu juga disertai kegiatan pembuatan kartu tanggal peminjaman dan pengembalian.
4) Penyimpanan dan penyusunan bahan koleksi (shelving)
Kegiatan menyimpan bahan koleksi (yang telah diproses) pada rak bahan pustaka berdasarkan susunan kelompok macam dan bidang ilmunya maupun urutan nomor penempatan.
(43)
commit to user
c. Kegiatan Pelayanan
Kegiatan pelayanan meliputi bentuk dan sistem pelayanan, yang diuraikan menjadi :
1) Bentuk Pelayanan, meliputi : a) Pelayanan langsung
Pelayanan berupa pengunjung datang ke perpustakaan. b) Pelayanan semi langsung
Melalui perpustakaan keliling bertujuan untuk menjangkau daerah yang belum mempunyai perpustakaan tetap.
c) Perpustakaan tidak langsung
Merupakan bentuk pelayanan cabang, berupa pendistri-busian buku-buku yang sudah diklasifikasikan dan diberi kartu katalog, kemudian siap untuk didistribusikan.
2) Sistem Pelayanan, meliputi :
Secara umum ada tiga Sistem Pelayanan Perpustakaan, yaitu : a) Sistem Pelayanan Terbuka
Pengunjung dapat leluasa memilih buku yang diinginkan. b) Sistem Pelayanan Tertutup
Peminjaman dan pengembalian dilakukan oleh petugas. c) Sistem Pelayanan Campuran
Merupakan gabungan dari kedua sistem di atas. Dimana tidak semua buku dapat dipilih oleh pengunjung secara langsung, melainkan untuk beberapa koleksi penting di-ambilkan oleh petugas perpustakaan.
(44)
commit to user
Sistem Pelayanan Tertutup Sistem Pelayanan Terbuka
P L U S
§Koleksi tetap terjaga kerapiannya.
§Ruang koleksi tidak luas, karena hanya petugas mengambil buku.
§Bentuk koleksi yang rentan thd kerusakan, sistem ini sesuai.
§Kemungkinan kerusakan dapat ditekan.
§Pengunjung dapat mengambil buku sesuai keinginan.
§Pengunjung merasa leluasa.
§Mengurangi pegawai
perpustakaan yang dibutuhkan dalam pelayanan. M I N U S
§Dalam pencarian buku, pengunjung hanya dapat mengetahui ciri buku yang terbatas.
§Dapat terjadi perbedaan persepsi buku yang dimaksud.
§Menggunakan pegawai lebih.
§Pengunjung tidak dapat mencari alternatif lebih.
§kemungkinan buku tidak diletakkan di tempatnya.
§Kemungkinan buku rusak dan hilang besar.
§Membutuhkan ruang yang lebih besar untuk sirkulasi pengguna.
§Membutuhkan sistem pengaman menjaga koleksi dari pencurian.
Tabel II.1 Perbandingan Sistem Pelayanan Terbuka dan Tertutup Sumber : Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah
8.Tata Ruang Perpustakaan
a.Desain Modul Dan Susunan Rak
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi besar modul, yang terpenting adalah keefisienan dan kelenturan susunan rak buku. Faktor penting yang kedua, dilihat dari segi arsitektur, menyangkut ukuran dari berbagai macam unsur arsitektural seperti langit-langit dan susunan jendela. Idealnya modul harus memungkinkan penempatan buku di da-lam tiap petak sedemikian rupa sehingga lebar lorong sesuai dengan kebutuhan ruang tanpa banyak membuang tempat. Untuk menyimpan koleksi secara efisien dan mudah penggunaannya baik bagi dewasa, remaja, maupun anak, diperlukan rak yang mudah dijangkau.
(45)
commit to user
Gambar II.1. standar tinggi rak perpustakaan Sumber : manajemen dan tata kerja perpustakaan
b. Pencahayaan
Desain perpustakaan yang baik utamanya akan memperhatikan pemenuhan akan kebutuhan pencahayaan di mana aktifitas terpentingnya membaca. Pencahayaan dalam perpustakaan dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Pencahayaan alami
Cahaya matahari bermanfaat sebagai pencahayaan alami bangunan pada siang hari. Dengan pencahayaan alami maka ruangan menjadi lingkungan visual yang menyenangkan dan nyaman. Akan tetapi perlu diperhatikan pula bahwa cahaya matahari juga meman-carkan energi panas yang menimbulkan efek kurang menguntungkan terhadap koleksi pustaka sebuah perpustakaan.
Pancaran sinar ultraviolet dari sinar matahari menyebabkan efekoksidasi pada serat-serat kertas yang membuat kertas rapuh dan cepat rusak. Pancaran sinar matahari langsung yang berlebihan dapat
(46)
commit to user
menimbulkan dua efek pada kertas. Pertama, efek bleaching dimana warna kertas cenderung memudar. Kedua, reaksi sinar matahari menyebabkan oksidasi zat lignin yang terdapat pada kertas, sehingga kertas akan berubah menjadi kekuningan.
Akan tetapi reaksi tersebut dapat ditekan dengan menghindari sinar matahari masuk langsung ke arah penyimpanan koleksi pustaka denga cara menggunakan filter cahaya pada jendela, dan skylight.
Setiap ruang membutuhkan tingkat iluminasi yang berbeda sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan dalam ruang tersebut.
2) Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan banyak dimanfaatkan sebagai elemen dekorasi, pemberi wana, dan penciptaan suasana ruang. Cahaya buatan memang diperlukan untuk memaksimalkan efek visual di sore dan malam hari, namun perlu diperhatikan kualitas cahaya terhadap kenyamanan visual, bukan kuantitas cahaya. Hal tersebut dapat tercapai melalui penerapan sistem pencahayaan yang tepat, yang dijelaskan seperti uraian dibawah ini :
a) Sistem pencahayaan :
§ Sistem pencahayaan merata
Sistem ini menimbulkan iluminasi yang tersebar cukup seragam di seluruh ruangan. Sistem ini cocok untuk ruangan yang tidak mewadahi tugas visual yang khusus.
(47)
commit to user
§ Sistem pencahayaan terarah
Pada sistem pencahayaan terarah diperoleh cahaya hanya dari sumber tertentu. Sistem ini cocok untuk penonjolan suatu objek, atau untuk menyoroti permukaan tertentu yang kemudian dipantulkan menjadi cahaya sekunder.
§ Sistem pencahayaan setempat
Cahaya dikonsentrasikan pada tempat pelaksanaan tugas visual. Sistem pencahayaan setempat dipakai dengan me-masang sumber cahaya di langit-langit yang sempit berkasnya
(lokalized lighting) atau memasang sumber cahaya langsung di dekat tempat pelaksanaan (local lighting)
Sistem penerangan Arah langsung ke bidang kerja
Dirrect lighting 90-100%
Semi-dirrect lighting 60-90%
General diffuse lighting 40-60% Semi-indirrect lighting 10-40%
Indirrect lighting 0-10%
Tabel II.2. Sistem Penerangan Berdasarkan Pancaran Lux Cahaya Sumber : Fisika Bangunan 2
b) Kesan cahaya pada lingkungan
Cahaya dapat digunakan untuk menciptakan kesan tertentu pada lingkungan, beberapa cara sederhana sebagai berikut :
§ Kesan luas ruangan dicapai dengan membuat intensitas penerangan lebih tinggi dari pencahayaan umum ruangan.
(48)
commit to user
§ Kesan jelas dapat dicapai dengan cahaya putih merata berintensitas tinggi, sumber cahaya terlihat (digantung di langit-langit), dinding berwarna terang dan tidak berpola.
§ Kesan nyaman dapat dicapai dengan menghindari kesilauan. Sumber cahaya disembunyikan, warna lembut, dinding tidak terlalu terang, dan langit-langit agak gelap.
§ Kesan ruang pribadi dicapai dengan meredupkan cahaya di ruang umum dan menambah intensitas di ruang privat.
§ Kesan formal, kaku, atau monoton dapat dikurangi dengan pencahayaan yang beragam dan bervariasi.
§ Kesan membingungkan akan terjadi jika penerangan ruang tidak seragam.
B. TINJUAN EDUKATIF DAN REKREATIF
1. Edukatif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edukasi berarti pendidikan. Edukasi atau pendidikan bisa diperoleh dari banyak sarana baik secara formal yaitu sekolah, maupun non formal yaitu membaca, menonton film, mendengarkan musik, bahkan melalui bersosialisasi. Pendidikan merupa-kan unsur yang penting untuk meningkatmerupa-kan sumber daya manusia. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan tercermin tingkah laku, budi pekerti, serta cara pandang yang lebih luas dibandingkan dengan orang yang berpendidikan lebih rendah.
(49)
commit to user
Edukasi merupakan fungsi utama dalam sebuah perpustakaan. Pendidikan dan dunia perpustakaan mempunyai hubungan erat dan saling menguntungkan. Seiring dengan pertumbuhan perpustakaan yang menanjak, budaya ilmiah juga ikut berkembang yang kemudian diikuti pula dengan perubahan dunia pendidikan ke arah yang lebih baik. Begitu juga sebaliknya, ketika dunia pendidikan maju, maka laju pertumbuhan perpustakaan juga akan lebih baik. Proses pendidikan yang baik akan merangsang pertumbuhan perpustakaan.
Bentuk dari fungsi edukatif dalam sebuah perpustakaan dapat diwujudkan melalui penyediaan berbagai macam sarana dan fasilitas belajar serta sumber informai yang lengkap, baik secara manual berupa buku maupun digital berupa audio, visual maupun audio visual.
2. Rekreatif
Rekreatif adalah suatu kegiatan yang bersifat rekreasi. Rekreasi biasanya dilakukan saat seseorang memiliki waktu luang, ketika terbebas dari pekerjaan atau tugas. Kamus Webster mendefinisikan rekreasi seba-gai sarana untuk menyegarkan kembali atau hiburan (a means of refresh-ment or diversion). Rekreasi dapat dinikmati, menyenangkan dan bisa pula tanpa membutuhkan biaya. Ada dua bentuk rekreasi,4 yaitu :
a. Rekreasi dalam ruang
Yaitu rekreasi yang dilakukan dalam ruangan sehigga relatif tidak terganggu cuaca. Misalnya menonton film atau membaca buku di perpustakaan. Sebagian orang pergi ke perpustakaan untuk
4
(50)
commit to user
baca buku bacaan ringan dengan maksud untuk merefreshkan pikiran, menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah menjalan-kan aktivitas. Secara tidak sadar, psikologis mereka terhibur dengan buku yang mereka baca tersebut. Hal ini juga sesuai dengan perpustakaan sebagai fungsi rekreatif yang berarti dapat dijadikan tempat istirahat dengan membaca.
Gb.II.2 Rekreasi Dalam Ruang Sumber : www.google.com/hjjoringlibrary
b. Rekreasi luar ruang
Yaitu rekreasi yang dilakukan di luar ruangan sehingga faktor dan kondisi cuaca sangat berpengaruh. Contohnya belajar melalui alam di lingkungan perpustakaan, pengadaan program kegiatan per-pustakaan di area outdoor.
Gb. II.3. rekreasi luar ruang
Sumber : www.google.com/imagesearch/outdoorreading 5
5
(51)
commit to user
Desain bangunan perpustakaan yang edukatif dan rekreatif sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya suasana yang nyaman sehingga seseorang menjadi betah dan rileks serta tetap memperoleh ilmu yang diperoleh dari membaca buku meaupun sumber informasi yang lainnya.
3. Desain Arsitektur Rekreatif Secara Psikologis
Desain arsitektur yang rekreatif diperlukan untuk mendukung ter-ciptanya suasana nyaman secara psikologis di area perpustakaan. Banyak sumber yang menguraikan tentang desain aristektur yang dapat menim-bulkan perasaan rileks, antara lain :
a. Desain arsitektur yang rekreatif merupakan respon dari tujuan suatu perancangan yang mengandung muatan rekreasi di dalamnya. Berarti desain yang tersebut dapat diartikan dengan suatu desain bangunan yang menghilangkan kepenatan bagi pengunjung yang menikmatinya.6 b. Menciptakan keindahan dalam desain arsitektur sekaligus
menghadir-kan suasana rekreatif yang dilakumenghadir-kan melalui penataan barang koleksi atau yang akan dijadikan sebagai bagian dari interior suatu bangunan.7
Gb. II.4. ruangan dengan koleksi pribadi Sumber : Tabloit asri, edisi 221/025/januari 2002
6 www.astudio.co.id diunduh tanggal 6/05/2010 pukul 18.40 7
(52)
commit to user
c. Desain arsitektur yang memanfaatkan potensi alam sebagai konsep awal yang menarik untuk digali sesuai dengan kebutuhan perancangan dapat disebut sebagai desain arsitektur yang rekreatif.8
d. Arsitektur yang rekreatif merupakan cermin dari kebosanan terhadap desain yang kosong, permainan warna yang sedikit, dan hanya menge-depankan aspek fungsional semata tanpa memperdulikan kebutuhan psikologis akan masyarakat.9
Gb II.5 elemen lansekap Gb. II.6 elemen warna Sumber : www.astudio.co.id Sumber : www.astudio.co.id
e. Desain rancangan yang memiliki karakter luwes, santai, nyaman, menyenangkan, dan mengundang banyak orang berkunjung.10
C.TINJAUAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR
1. Pengertian Psikologi Arsitektur11
Psikologi arsitektur merupakan sebuah bidang studi yang mempelajari hubungan antara lingkungan binaan dengan perilaku manusia. Seseorang merespon secara sadar maupun tidak sadar terhadap bangunan dimana ia berada. Lingkungan manusia baik yang alami maupun buatan
8
Bali post, edisi 3 juni 2007 diunduh dari google.com tanggal 6/05/2010 pukul 18.23 9
www.astudio.co.id/artkhus1grafiti.htm diunduh tanggal 6/05/2010 pukul 18.40 10 http//:diglibrary.itb.ac.id diunduh tanggal 6/05/2010 pukul 18.43
11
(53)
commit to user
meliki pengaruh besar terhadap perasaan, perilaku, serta produktivitas. Setidaknya ada lima isu pokok mengenai psikologi arsitektur, yaitu : a. Kepribadian
Istilah “introvert” dan “ekstrovert” dalam psikologi merujuk pada karakter kepribadian spesifik seseorang. Karakter ini direfleksikan dalam arsitektur dengan sifat tertutup (enclosure) maupun sifat terbuka
(openess) dari sebuah bangunan. Dalam desain perpustakaan tentunya mengharuskan bangunan bersifat “ekstrovert” secara eksterior sehingga mencerminkan kesan terbuka dan wellcome pada calon user. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menghadirkan ruangan yang bersifat “introvert” pada interior dalam bangunan.
b. Arketipe
Diartikan sebagai bentuk pemikiran universal seseorang terhadap bangunan. Konsep perpustakaan yang edukatif rekreatif harus tercermin dalam bangunan agar mindset seseorang mengenai citra rekreatif dapat terbentuk ketika seseorang melihat bangunan. Kesan rekreatif dapat diwujudkan dengan penggunaan material yang ringan dan elemen lansekap yang optimal.
Gb II.8. rumah “ekstrovert” Sumber : Deddy Halim, Psikologi Arsitektur
Gb II.7. rumah “introvert” Sumber : Deddy Halim, Psikologi Arsitektur
(54)
commit to user
c. Anatomi fisik
Obyek fisik dari psikologi adalah manusia yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala, badan dan kaki. Untuk itu dalam pencermin-nan bangupencermin-nan juga harus merefleksikan tiga unsur pokok, yaitu:
1) Atap yang merupakan pencerminan kepala bangunan yang pada bangunan perpustakaan dengan citra rekreatif dapat didesain sederhana namun mampu melindungi sehingga user di dalamnya merasa aman.
2) Badan dicerminkan oleh dinding bangunan yang akan didesain dengan menggunakan material ringan seperti kaca, serta material yang memberi kesan menenangkan seperti material alam.
3) Kaki bangunan tercermin pada pondasi bangunan yang memberi kesan kokoh dan kuat menopang. Pada bangunan perpustakaan yang rekreatif, pondasi bangunan tidak perlu diekspose mencolok.
d. Psikofisik
Arsitektur juga dapat menjadi sebuah teknik rekayasa lingku-ngan untuk menciptakan perilaku manusia di dalamnya. Penilaian ter-hadap bangunan dapat terbentuk saat seseorang melihat dan merasakan bangunan tersebut. Dengan pemilihan warna yang tenang seperti putih, merah hati, dan hijau dapat membuat seseorang merasa rileks.
e. Karakter gender
Pencerminan dari sifat bangunan, maskulin ataukah feminim. Pada bangunan yang ingin menghadirkan citra tenang dan rileks dapat
(55)
commit to user
dipilih pembentukan citra bangunan yang feminim dengan menghadir-kan bentuk lengkung yang berkesan dinamis.
2. Unsur Psikologi Arsitektur a.Warna
Warna memiliki efek psikologis. Efeknya berpengaruh terhadap pikiran, emosi, tubuh, dan keseimbangan. Aplikasi warna pada sebuah ruangan dapat menghasilkan kesan perasaan yang semakin luas atau justru kebalikannya.
Berikut ini sifat-sifat psikologis beberapa warna:
1) Merah - Berani, penuh semangat, agresif, memicu emosi, dan menarik perhatian. Secara positif, warna merah mengandung arti cinta, gairah, berani, kuat, agresif, kebebasan, dan hangat. 2) Kuning - Menciptakan perasaan optimis, percaya diri,
penga-kuan diri, akrab, dan lebih kreatif.
3) Hijau - berarti kesehatan, keseimbangan, rileks, dan muda. Di dalam sejarah China, warna hijau adalah warna perempuan. Lain dengan budaya muslim, yang me-nganggap warna hijau adalah warna yang suci dan perdamaian.
4) Biru - Melambangkan intelektualitas, kepercayaan, ketenang-an, keadilketenang-an, pengabdiketenang-an, seorang pemikir, konsistensi, dan di-ngin. Biru gelap akan membantu berpikir tajam, tampil jernih, dan ringan. Biru muda akan menenangkan dan menolong berkonsentrasi dengan tenang.
(56)
commit to user
5) Ungu - Memberi efek spiritual, kemewahan, keaslian, dan kebenaran. Ungu mampu menunjang kegiatan bermeditasi dan berkontemplasi.
6) Putih - Warna murni, suci, steril, bersih, sempurna, jujur, sederhana, baik, dan netral.
Gambar II.9. diagram warna
Sumber : http//:google.com/warnadalamarsitektur
7) Abu-abu - Bijaksana, dewasa, tidak egois, tenang, dan seimbang. Warna abu-abu juga mengandung arti lamban, kuno, lemah, kehabisan energi, dan kotor.
8) Hitam - Berkesan elit, elegan, memesona, kuat, agung, teguh, dan rendah hati. Dengan hitam, segala energi yang datang akan diserap. Walau mampu memesona dan berkarakter kuat, tapi banyak orang yang takut akan "gelap".
b.Tekstur
Tekstur adalah pola struktur permukaan tiga dimensi. Permukaan benda biasanya memiliki tekstur tertentu, demikian halnya dengan bahan bangunan. Biasanya bahan bangunan yang alami memiliki tekstur kasar
(57)
commit to user
yang menunjukkan karakter alaminya. Sedangkan bahan bangunan buat-an memiliki tekstur ybuat-ang lebih halus. Meskipun bisa saja dibuat dengbuat-an tekstur kasar. Berikut ini adalah beberapa tekstur yang dimanfaatkan dalam pembentukan karakter bangunan :
Tekstur juga didapatkan dari pola penataan atau perletakan bahan, sebagai contoh hamparan pasir atau kerikil merupakan tekstur. Bilah kayu yang disusun juga menimbulkan tekstur. Hal ini disebabkan karena tekstur terbentuk dari pola peletakan benda, yang karena berulang (biasanya dalam skala kecil bisa dilihat polanya oleh manusia) menimbulkan tekstur. Pola ini bisa jadi merupakan pola tekstur yang teratur, misalnya seperti tekstur ubin kotak-kotak kecil, sedangkan pola lain merupakan pola tak teratur, misalnya seperti tekstur hamparan kerikil atau permukaan kayu yang kasar.
Tektur memberikan kesan ada persepsi manusia melalui penglihatan visual. Tektur mempunyai ukuran, warna bentuk atau sifat dan karakternya. Bentuk yang muncul akibat adanya tektur
Gb II.10. rumah introvert Sumber : Deddy Halim, Psikologi Arsitektur
(58)
commit to user
dapat menimbulkan suatu kesan terhadap bidang bertekstur tersebut, antara lain tektur garis vertikal membuat bidang tersebut berkesan tinggi, melindungi dan menekan. Tekstur garis horizontal akan men-ciptakan kesan lebar, rendah, akrab dan hangat. Tektur juga dapat digunakan untuk membedakan fungsi suatu ruang dengan ruang lain. Tekstur variatif yang dihasilkan oleh penyusunan dan pengkombinasian beberapa ubin sejenis yang berbeda karakter mem-bentuk suatu komposisi yang menarik, dapat meredam rasa jenuh yang dapat dialami oleh penghuni.
c.Proporsi
Proporsi merupakan perbadingan antara bentuk dan ukuran dari segala sesuatu yang ada dalam ruang termasuk dengan manusia sebagai pemakai ruang. Karena itu ukuran ruang harus sesuai dengan jumlah orang yang harus ditampung dan kegiatan yang dilakukan. Proporsi di dalam ruang mempengaruhi psikologis orang di dalamnya.
Ruang yang berdinding terlalu tinggi bila dibandingkan dengan luasnya akan berkesan sempit dan membuat tertekan. Ruang dengan dinding rendah akan mengurangi privasi orang di dalamnya. Ruang dengan plafon rendah memunyai sifat mengundang. Perbedaan tinggi dan bentuk memberikan perbedaan visual atas zona - zona dari ruang yang lebih luas dan orang dapat merasakan perbedaan aktivitas di dalam ruang tersebut. Perbedaan luas dan tinggi ruangan tidak dapat diukur dengan pasti karena banyak faktor yang terkait di dalamnya seperti pemakai ruang, ukuran prabotan yang ada warna dan tekstur ruang dan
(59)
commit to user
lain lain. Untuk menentukan proporsi ruang ada perpustakaan digunakan perbandingan antara tinggi dengan ketinggian rata rata pengguna ruang, yang dikelompokkan menjadi anak, remaja, dan dewasa.
Tinggi manusia : tinggi ruang = 1 : <2 kesan pengap = 1 : 2 – 2.5 kesan akrap
= 1 : > 2.5 kesan menekan
3. Persepsi Dan Proses Pengamatan12
Persepsi terbentuk sesuai dengan apa yang dirasakan oleh seseorang dalam sebuah pengamatan. Pola-pola input inderawi hanya menyediakan “bahan mentah” untuk pengalaman ditambah dengan cara manusia mengolah pola inderawi tersebut. Ilusi optikal yang dialami seseorang juga akan mempengaruhi persepsi seseorang dalam sebuah pengamatan.
Proses yang paling mendasar dalam persepsi bentuk adalah pengenalan sebuah bentuk yang keluar dari latarnya. Kita dapat memisah-kan bentuk atau figur dari latarnya karena kita melihat adanya kontur. Ketika obyek muncul dalam bidang visual, kita cenderung untuk melihatnya terorganisasi ke dalam kelompok-kelompok.
Persepsi visual juga dipengaruhi oleh petunjuk monokular dan binokular. Petunjuk monokular meliputi : perspektif linear, kejelasan, susunan (interposisi), bayangan, gradasi permukaan dan prgerakan relatif obyek menjadi lebih dekat/jauh dari titik fiksasi. Sedangkan petunjuk binokular dipengaruhi oleh perbedaan kecil penglihatan dan diterima oleh dua buah organ mata, sering disebut juga sebagai disparitas retinal.
12
(60)
commit to user
Konstansi persepsi memberikan fakta bahwa lingkungan lebih sedikit berubah daripada input inderawi yang kita terima. Pada konstansi kecerahan, kesan gelap terang obyek berubah sangat kecil daripada perubahan input inderawi. Konstansi kecerahan tergantung pada rasio iluminasi yang jatuh pada obyek dan latar belakangnya. Setiap orang berbeda dalam hal memproses input inderawi yang mereka alami. Hal ini karena faktor perbedaan individual dalam persepsi.
4. Proksimitas, Ruang Personal Dan Teritori
Ruang personal adalah sesuatu yang tidak terlihat. Banyak pendekatan konseptual yang dapat diterapkan untuk menjalankan fungsi yang berbeda dari sebuah ruang personal. Kombinasi dari pendekatan ini berimplikasi bahwa ruang personal memlilki dua fungsi utama, yakni perlindungan dan komunikasi.
Orang akan berinteraksi lebih dekat dengan mereka yang memiliki kesamaan daripada yang tidak memiliki kesamaan. Perbedaan individual yang mempengaruhi preferensi ruang personal meliputi jenis kelamin, sub-budaya, usia, dan kepribadian. Selain itu, faktor fisik juga dapat mempe-ngaruhi preferensi ruang personal.
Jarak yang kurang sesuai dapat mengarah pada perasaan negatif dan menghasilkan respon kompensasi. Invasi ruang personal juga bisa meningkatkan perasaan negatif, meningkatkan kewaspadaan, penarikan kesimpulan yang negatif terhadap seseorang dan reaksi. Menempatkan diri
(61)
commit to user
pada ruang personal orang merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan dan sebisa mungkin ingin dihindari.
Orang yang membuat batas-batas teritorinya akan mampu lebih lama bertahan di lingkungannya, daripada yang tidak. Batas teritori adalah tanda yang membatasi teritori seseorang dengan milik orang lain. Contoh-nya, pagar pada rumah yang membatasi rumah kita dengan rumah orang lain. Terbukti bahwa orang yang memberi batas pada teritorinya akan merasa hidup lebih aman, daripada mereka yang hidup tanpa memberi batas pada teritorinya.
Dengan mengetahui berbagai aspek psikologis yang mungkin akan timbul dari obyek arsitektur yang akan diciptakan oleh seorang arsitek, diharapkan kita mampu menghasilkan sebuah karya arsitektur yang tidak hanya memenuhi aspek estetik yang sering kali bersifat (subyektif), namun juga aspek fungsionalnya. Sehingga tujuan arsitektur sebagai sebuah disiplin yang menguji hubungan variabel lingkungan binaan dengan tinda-kan, pemikiran dan perasaan manusia, untuk mengatasi masalah manusia dalam membuat, mengolah, menjaga, serta memperbaiki lingkungan binaan dapat tercapai.
(62)
commit to user
BAB III
TINJAUAN KABUPATEN KLATEN
A. KONDISI WILAYAH KABUPATEN KLATEN
1. Kondisi Fisik
a. Keadaan Geografis Kabupaten Klaten1
Kabupaten Klaten merupakan salah satu bagian dari wilayah Propinsi Jawa Tengah yang secara geografis terletak di antara 110º 34’57, 79” BT dan 110º 35’40, 79” BT serta 7º 46’ 15” LS dan 7º 46’ 58” LS, dengan luas wilayah 3.373.917 Ha.
Gambar III.1. Peta Kabupaten Klaten Sumber : PEMKAB Klaten 2010
1
(63)
commit to user
Batas wilayah Kabupaten Klaten sebagai berikut :
§ Sebelah utara : Kabupaten Dati II Boyolali
§ Sebelah barat : Kabupaten Dati II Sleman (DIY)
§ Sebelah selatan : Kabupaten Dati II Gunung Kidul (DIY)
§ Sebelah timur : Kabupaten Dati II Sukoharjo
b. Keadaan alam Kabupaten Klaten2 1) Kondisi Topografi
Kabupaten Klaten yang diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu mempunyai ketinggian berkisar antara 75 - 2.911 meter di atas permukaan air laut. Hal tersebut menjadikan wilayah Kabupaten Klaten memiliki permukaan tanah yang bervariasi, dimana secara garis besar keadaan lapangan dapat digolongkan dalam 3 kondisi wilayah, seperti yang tercantum pada tabel ini :
Ketinggian Luas Wilayah (kecamatan)
< 100 m 6.372 Ha Juwiring, Karangdowo, Cawas
100 - 200 m 49.508 Ha Klaten Tengah, Klaten Selatan, Klaten Utara
200 – 400 m 1.530 Ha Manisrenggo,Jogonalan,Karangnongko.
400 – 1000 m 8.038,5Ha Kemalang,Manisrenggo,Jatinom,Tulung
1000 – 1500 m 975 Ha Kemalang
1500 – 2000 m 325 Ha Kemalang
Tabel III.1. Rincian Keadaan Topografi Kabupaten Klaten
Sumber : Klaten Dalam Angka 2008
2
(1)
commit to user
Gambar di atas adalah sketsa gambaran ruang baca pengunjung remaja. Furnitur berwarna merah yang disusun berkelompok menciptakan suasana akrab dan semangat. Dengan aplikasi warna rak yang berbeda pada tiap jenis buku yang disimpan, membuat pengunjung lebih mudah mendapatkan bacaan yang diinginkan.
§ Zona dewasa : warna putih dikombinasikan dengan warna tanah seperti coklat, serta kuning pastel sehingga diperoleh kesan tenang namun tetap semangat.
b. Elemen Skala
Pada ruang penerima menggunakan skala intim. Hal ini perlu dilakukan agar pengunjung merasa “normal” dan tidak takut. Ketinggian plafon untuk entrance sekitar 2,5 meter. Sedangkan untuk hall yang juga difungsikan sbagai ruang pameran, menggunakan skala yang lebih tinggi ± 5 – 6 meter agar terkesan mewah, pembentukan skala tinggi bisa diwujudkan dengan menempatkan ruang tersebut tepat dibawah atrium. Pada zona anak menggunakan tinggi ruang 3 meter. Pada zona remaja menggunakan tinggi bangunan 3,5 meter. Sedangkan untuk zona dewasa menggunakan tinggi ruang 4 meter.
c. Elemen Tekstur
Penggunaan tekstur pada interior berfungsi sebagai pembentuk citra ruang. Pada ruang anak sebagian besar menggunakan tekstur lembut, sedangkan untuk ruang bagi pengunjung dewasa menggunakan tekstur yang cenderung lebih bervariatif. Gambar di bawah ini merupakan sketsa ide ruang baca pengunjung dewasa dengan menonjolkan tekstur kayu
(2)
commit to user
sebagai elemen penutup dinding dipadukan dengan sofa pijat dengan pencahayaan artifisial berwarna kuning soft, sehingga nantinya diperoleh kesan ruang yang damai dan menenangkan.
4. Konsep Struktur dan Utilitas Bangunan
a. Konsep struktur bangunan
1) Sub struktur
Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka diperoleh sistem sub struktur yaitu menggunakan pondasi plat dengan ukuran 1,5 meter x 1,25 meter x 0,4 meter.
2) Super struktur
Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka menggunakan sistem stuktur yang memadukan sistem rangka dan kantilever. Kolom dan balok disusun dengan menggunakan sistem modulasi yang teratur dengan jarak 10 m x 10 m agar mampu memenuhi kebutuhan ruang yang tepat. Sebagai pendukung kegiatan membaca, dinding penutup menggunakan material beton dan kaca untuk memasukkan cahaya matahari secara maksimal.
Gambar VI.14. tekstur kayu pada
ruang baca dewasa
(3)
commit to user 3) Upper struktur
Struktur atap bangunan menggunakan bentuk atap miring dengan bahan beton ringan dan alucobon. Selain itu juga juga dikombinasikan dengan bahan kaca pada bagian skylight di atas atrium agar dapat memanfaatkan cahaya alami yang masuk ke bangunan pada siang hari.
b. Konsep Utilitas Bangunan
1) Konsep Sistem Transportasi
Berdasarkan jumlah lantai yang ada, maka bangunan perpustakaan ini menggunakan dua jenis transportasi vertikal, yaitu lift dan tangga manual. Lift barang diletakkan di zona servis yang berdekatan dengan ruang pustaka. Mengingat mahalnya biaya perawatan dan faktor keselamatan, perpustakaan sengaja direncanakan tidak menggunakan eksalator maupun ram berjalan.
2) Konsep Sistem Penyediaan Listrik
Sumber listrik utama bangunan ini berasal PLN pemerintah Kabupaten Klaten, serta menggunakan sumber listrik cadangan yang berasal dari genset. Ruang genset diletak di luar bangunan agar tidak menimbulkan noise dan getaran dalam bangunan.
Skema aliran listrik yaitu sebagai berikut :
Skema VI.2. sistem penyediaan listrik
(4)
commit to user
3) Konsep sistem penghawaan buatan
Sebagai pembentukan kondisi suhu udara ruangan yang sejuk, penghawaan pada bangunan dipilih menggunakan penghawaan buatan berupa AC. Jenis AC yang digunakan yaitu AC sentral.
Berikut bagan sistem penghawaan buatan yang direncanakan :
4) Sistem pengamanan bahaya kebakaran
Pengamanan terhadap bahaya kebakaran yang digunakan di Perpustakaan ini adalah sebagai berikut :
§ Fire Alarm
Fire Alarm terdapat di setiap lantai, sedangkan detector diletakkan di setiap ruang.
§ Sprinkler Gas
Diletakkan setiap radius 6-9 meter untuk mengeluarkan gas CO2 sehingga tidak merusak bahan pustaka.
§ Sprinkler Air
Terletak di ruang non-bahan pustaka, setiap radius 6-9 meter. § Tangga Darurat
Lebar anak tangga minimal 1,5 m dan dengan pintu keluar pada lantai dasar yang langsung terhubung dengan area terbuka.
Skema VI.3. sistem
penghawaan buatan
(5)
commit to user
5) Konsep sistem komunikasi
Sistem telekomunikasi yang digunakan dalam perpustakaan yaitu telepon yang berasal dari PT. TELKOM. Sedangkan untuk hubungan antar ruang menggunakan intercom.
Berikut adalah bagan rencana sistem komunikasi bangunan :
Skema VI.4. sistem komunikasi
Sumber : dokumen pribadi
6) Konsep sistem penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih pada bangunan berasal dari dua sumber, yaitu PDAM dan sumur. Sedangkan pola distribusinya menggu-nakan sistem down feed.
Skema VI.5. sistem penyediaan air bersih
Sumber : dokumen pribadi
7) Konsep sistem jaringan air kotor dan air hujan
Air kotor dari lavatory dibuang melalui sumur peresapan atau riol kota. Sedangkan air hujan, dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.
(6)
commit to user
Berikut ini adalah bagan sistem jaringan air kotor dan air hujan yang direncanakan :
Skema VI.6. sistem pengelolaan air kotor
Sumber : dokumen pribadi
8) Konsep sistem jaringan penangkal petir
Sistem penangkal petir yang digunakan pada bangunan adalah sistem Faraday, dengan prinsip kerja tiang yang dipasang pada puncak atap dan dihubungkan dengan kawat menuju ground. Hal yang perlu diperhatikan dalam penangkal petir adalah : § Tiang penangkal diletakkan pada bagian tertinggi bangunan. § Seluruh bidang atas bangunan harus dapat terlindungi
§ Penangkal petir menggunakan bahan yang dapat menghan-tarkan listrik ke dalam tanah dengan aman.
9) Sistem pengolahan sampah
Sistem pengolahan samapah bangunan perpustakaan dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Skema VI.7. sistem pengelolaan sampah