secara signifikan dengan tindakan PSK menggunakan kondom karena nilai p =0.225 p 0.05, artinya PSK yang bekerja kurang dari 5 tahun dan bekerja lebih dari atau sama
dengan 5 tahun tidak berhubungan dengan tindakan dalam melakukan pencegahan HIVAIDS yaitu menggunakan kondom pada saat berhubungan seks dengan pelanggan
karena sebagian besar pelanggan tidak menghendaki yang bersangkutan menggunakan kondom.
Hasil yang sama dengan penelitian Hafarida 2007, di Kabupaten Banyuwangi bahwa PSK yang baru atau lama bekerja tidak mempengaruhi tindakan menggunakan
kondom. Karena menurut responden dalam penelitian Hafarida yang terpenting bagi mereka bagaimana agar pelanggan tetap datang terus dan semakin disukai agar jumlah
yang yang diterima semakin banyak. Meskipun secara teoritis semakin lama masa kerja seseorang maka semakin
besar kemungkinan seseorang untuk memahami tentang pekerjaannya dan upaya pencegahan dampak dalam suatu pekerjaan Silalahi, 1985. Demikian halnya dengan
PSK semakin lam bekerja di lokalisasi sebagai PSK maka mereka semakin memahami pekerjaannya dan berusaha menghidari agar tidak tertular HIVAIDS.
5.2. Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan HIVAIDS
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebanyak 7 orang 11,5 dari 61 responden yang pengetahuannya kategori tidak baik memiliki upaya pencegahan
HIVADIS kategori baik. Sementara responden yang pengetahuannya kategori baik,
Universitas Sumatera Utara
memiliki upaya pencegahan HIVAIDS kategori baik, yaitu sebanyak 20 46,5 dari 43 responden. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, variabel
pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan pencegahan HIVAIDS, dengan nilai p=0.002 p 0.05. Artinya semakin tingi pengetahuan PSK maka semakin
konsisten menggunakan kondom. Dan dalam penelitian ini menunjukkannya rendah pengetahuan PSK maka menggunakan kondom juga rendah. Pengetahuan PSK tersebut
berkenaan dengan pengertian cara penularan dan pencegahan HIVAIDS. Hasil penelitian ini sama dengan dengan hasil penelitian Rumaseuw 2005 di Mimika, bahwa
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan PSK tentang kegunaan kondom. Pengetahuan yang baik, maka semakin banyak yang menggunakan kondom pada saat
berhubungan seksual dengan pelanggan, sementara PSK yang pengetahuannya kurang, sedikit yang menggunakan kondom.
Gielen dan McDonald 1996, mengungkapkan bahwa secara umum perilaku seseorang dilandasi oleh latar belakang yang dimilikinya, termasuk pengetahuan.
Seseorang yang berpengetahuan lebih baik diharapkan mempunyai tingkat pemahaman dan kesadaran yang lebih baik pula, dan akhirnya diharapkan mempunyai perilaku
yang aman yang terhindar dari penyakit infeksi. Sementara itu, Cognitive Dissonance Theori dari Festinger 1997, menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang tidak selalu
berbanding lurus dengan perilakunya, seseorang dapat mempunyai kesejajaran dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku. Namun demikian, bisa juga seseorang yang
mempunyai pengetahuan dan sikap positif tetapi negatif di dalam perilakunya
Universitas Sumatera Utara
5.3. Hubungan Sikap dengan Upaya Pencegahan HIVAIDS
Pengetahuan dan sikap melalui berbagai cara dapat mempengaruhi perilaku individu, termasuk perilaku seksual. Dalam konteks pencegahan dan pengendalian
HIVAIDS, maka sangat penting untuk mengetahui secara jelas tentang penyakit tersebut dan cara-cara pencegahannya. Informasi tentang pengetahuan seks yang
diperoleh dari suatu kelompok dapat menentukan perilaku seksual dan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengubah perilaku seksual kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada sebanyak 10 orang 13,9 dari 72 responden yang memiliki upaya pencegahan baik pada sikap kategori tidak baik.
Sementara responden yang memiliki sikap kategori baik, ada sebanyak 17 orang 53,1 dari 32 yang memiliki upaya pencegahan HIVAIDS katgeori baik. Setelah
dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, variabel sikap berhubungan secara signifikan dengan upaya pencegahan HIVAIDS, dengan nilai p=0.001 p
0.05. Hal ini dapat terjadi karena sikap PSK yang baik dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik tentang pencegahan HIVAIDS melalui penggunaan kondom, dan akibat bila
tidak menggunakan kondom. Sama hal dengan pendapat Soekanto yang dikutip Musafaah dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat tahun 2007, bahwa sikap seseorang akan
suatu masalah dipengaruhi oleh pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden
mengetahui bahwa mereka merupakan kelompok berisiko tertular HIV, namun tidak pencegahan HIVAIDS tidak dilakukan dengan menggunakan kondom pada saat
Universitas Sumatera Utara
berhubungan seksual dengan pelanggan. Hasil tersebut sejalan dengan hasil Survei Surveilans Perilaku SSP 2002 menemukan banyak kelompok yang berisiko sadar
bahwa perilaku seksual mereka rentan terhadap penularan HIV. Namun pada mereka yang merasa berisiko tertular HIV ini persentase perilaku seksual yang tidak aman
justru lebih besar, yaitu tidak pakai kondom ketika berhubungan seks komersil, dibanding mereka yang merasa tidak berisiko.
Sebuah penelitian tentang efek perlindungan kondom dalam pencegahan infeksi HIVAIDS telah dilakukan dengan mengikuti 245 pasangan heteroseksual dimana salah
satu dantara pasangan tersebut mengidap HIV. Studi tersebut memperlihatkan bahwa kondom digunakan secara konsisten dalam setiap hubungan seks dan tidak ditemukan
adanya penularan HIV kepada pasangannya. Sedangkan pada 121 pasangan heteroseksual lainnya yang tidak menggunakan kondom secara konsisten mempunyai
daya perlindungan efektif terhadap terjadinya penularan HIV. Sebaliknya pemakaian kondom yang tidak konsisten akan meningkatkan penularan HIV Sasongko, 2000.
Kenyataan memperlihatkan bahwa perilaku berisiko tertular HIVAIDS lebih banyak terjadi melalui hubungan seksual dibandingkan melalui jalur lain. Hal itu
disebabkan hampir semua manusia tidak dapat lepas dari kehidupan seksual. Oleh karenanya, perilaku seksual berisiko pada kelompok anak buah kapal yang bekerja di
pelabuhan dalam penelitian ini berperan penting dalam penyebaran HIVAIDS, dari kelompok berisiko tinggi penjaja seks kepada kelompok berisiko rendah, baik kepada
Universitas Sumatera Utara
istri mereka maupun kepada pasangan tetapnya kelak bagi mereka yang berstatus bujang, bila tidak memproteksi diri dengan menggunakan kondom.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN