2.4. Transmisi HIVAIDS
Transmisi HIVAIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik
pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok risiko tinggi terhadap HIVAIDS
dapat diketahui, misalnya pengguna narkotika, pekerja seks komersial dan pelanggannya, serta narapidana Djoerban, 2010.
Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran
mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih
besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan
dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV Wikipedia, 2009.
2.4.1. Transmisi Seksual
Cara hubungan seksual ano-genital merupakan perilaku seksual dengan risiko tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima
ejakulasi semen dari seorang pengidap HIV. Hal ini disebabkan karena tipisnya mukosa rektum sehingga mudah sekali mengalami perlukaan saat berhubungan seksual ano-
genital. Risiko perlukaan ini semakin bertambah apabila terjadi perlukaan dengan
Universitas Sumatera Utara
tangan fisting pada anusrektum. Tingkat risiko kedua adalah hubungan oro-genital termasuk menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV. Tingkat risiko ketiga adalah
hubungan genito-genitalhetero seksual, biasanya terjadi pada hubungan suami istri yang salah seorang telah mengidap HIV Adisasmoto, 2007.
2.4.2. Transmisi Non Seksual
HIV dapat menular melalui transmisi parenteral yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti alat tindik yang terkontaminasi HIV. Penggunaan
jarum suntik yang berganti-gantian menyebabkan tingginya kasus HIVAIDS pada kelompok pengguna napza suntik IDU Adisasmoto, 2007. Pada umumnya, ibukota
dan kota-kota metropolitan mempunyai jumlah pengguna napza suntik yang besar SEARO, 2009. Di negara berkembang, cara ini juga terjadi melalui jarum suntik yang
dipakai oleh petugas kesehatan Adisasmoto, 2007. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik yang mengandung darah yang terkontaminasi merupakan penyebab
sepertiga dari semua infeksi baru HIV Wikipedia, 2009. Transmisi parenteral lainnya adalah melalui donortransfusi darah yang
mengandung HIV. Risiko tertular infeksi HIV lewat transfusi darah adalah 90, artinya bila seseorang mendapat transfusi darah yang terkontaminasi HIV maka dapat
dipastikan orang tersebut akan menderita HIV sesudah transfusi itu Adisasmoto, 2007. Di negara maju resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil, hal ini
dikarenakan pemilihan donor yang semakin bertambah baik dan pengamatan HIV telah dilakukan. Namun demikian, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap
Universitas Sumatera Utara
darah yang aman. Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim in utero selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan
Wikipedia, 2009. HIV tidak menular melalui peralatan makanan, pakaian, handuk, sapu tangan,
toilet yang dipakai secara bersama-sama, ciuman pipi, berjabat tangan, hidup serumah dengan penderita HIV yang bukan mitra seksual dan hubungan sosial lainnya. Air susu
ibu pengidap HIV, salivaair liur, air mata, urin serta gigitan nyamuk belum terbukti dapat menularkan HIVAIDS Nursalam, 2007.
2.5. Pencegahan HIVAIDS