sebagai pelaksana pengguna dalam tingkat mikro kelembagaan. Dengan demikian, pola pengelolaan anggaran belanja sekolah, terbatas pada
pengelolaan tingkat operasional. Salah satu kebijakan tingkat sekolah adalah adanya pencarian tambahan dana dari partisipasi masyarakat,
selanjutnya cara pengelolaannya dipadukan sesuai tatanan yang lajim sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun demikian, sesuai dengan
semangat kemandirian, sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang begitu otonom dalam kaitannya dengan pengelolaan dana untuk
mencapai efektivitas pencapaian tujuan sekolah.
29
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa strategi penyusunan anggaran sekolah atau RAPBS harus
berlandaskan tujuan sekolah, dengan memperhatikan analisis lingkungan internal dan eksternal sekolah. Hal ini untuk memudahkan kepala sekolah
dalam menyusun RAPBS sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran. Kepala sekolah harus paham strategi dan melaksanakannya dengan baik
dan optimal.
4. Prosedur Penyusunan Anggaran
Dalam penyusunan anggaran, tentu saja setiap organisasi akan menempuh prosedur atau langkah-langkah dari tahap persiapan hingga
pengesahan. Prosedur antarorganisasi tentu tidak akan persis sama, atau bahkan berbeda secara signifikan. Di lembaga pendidikan seperti sekolah,
penyusunan anggaran juga melalui prosedur yang tidak sebentar, karena urusan penganggaran menggunakan dana yang beberapa di antaranya dari
iuran orang tua siswa memerlukan persiapan dan tanggung jawab yang besar.
Proses penyusunan anggaran memerlukan data yang akurat dan lengkap sehingga semua perencanaan kebutuhan untuk masa yang
akandatang dapat diantasipasi dalam rencana anggaran.
30
Pada organisasi manapun, baik organisasi laba maupun nirlaba, secara kelembagaan dan
29
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 176
30
Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2010, h. 163
tanggung jawab, penganggaran menjadi tahap yang paling krusial bagi operasional organisasi, termasuk pengaruhnya pada keberlanjutan
program lama atau pelaksanaan program baru. Hal ini tidak terlepas dari adanya anggapan umum bahwa sebaik-baik program suatu organisasi,
akan lebih baik bilamana sesuai dengan kemampuan mencari dan mengelola dana yang tersedia. Dengan kata lain, penganggaran menjadi
sangat amat krusial karena pada tahap ini, kebutuhan dan keinginan organisasi akan bersinggungan, dan penentuan program mana saja yang
diprioritaskan, menjadi dinamika tersendiri pada tahap ini. Nanang Fattah menegaskan bahwa penyusunan anggaran
merupakan langkah-langkah positif untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi.
31
Oleh karena itu, penyusunan anggaran menjadi tahap yang mencerminkan kualitas koordinasi antara pimpinan utama organisasi dengan pimpinan
tiap-tiap unit organisasinya akan terlihat, dan pada akhirnya, sesuai kualitas tersebut, anggaran yang disusun akan mencirikan kualitas
pimpinan dan bawahan secara individu maupun secara tim. Blocher dalam Idochi Anwar, mengemukakan bahwa proses
anggaran dapat meliputi hal yang sederhana yang bersifat informal pada lembaga kecil yang hanya membutuhkan beberapa hari sampai dengan
proses yang sangat rumit dan panjang pada perusahaan atau institusi besar seperti dalam suatu pemerintahan yang membutuhkan waktu berbulan-
bulan, bahkan lebih dari satu tahun. Proses penganggaran biasanya meliputi: 1 komite anggaran yaitu berfungsi untuk mengawasi anggaran
secara keseluruhan yang beranggotakan unsur pimpinan pada suatu institusi, komite anggaran merupakan otoritas tertinggi dalam organisasi
untuk segala hal yang berkaitan dengan anggaran; 2 penentuan periode anggaran, yaitu disusun untuk periode satu tahun dan sejalan dengan tahun
fiskal organisasi; 3 spesifikasi pedoman anggaran, yaitu untuk menentukan pedoman anggaran serta arah anggaran dan itu merupakan
31
Fattah, Ibid., h. 47
tanggung jawab komite anggaran; 4 penyusunan usulan anggaran didasarkan atas pedoman anggaran yang dikaitkan dengan faktor eksternal
dan internal lembaga; 5 negosiasi anggaran ini dilakukan antara setiap unit dengan atasannya, jika ada perubahan dalam usulan anggaran, maka
dilakukan negosiasi pada semua level organisasi dan umumnya menyita sebagian besar waktu penyusunan anggaran; 6 review, di mana komite
anggaran memeriksa anggaran yang berkaitan dengan konsistensinya dengan pedoman anggaran, pencapaian tujuan jangka pendek dan
pemenuhan terhadap rencana strategik, pimpinan memberikan persetujuan anggaran secara keseluruhan dan mengajukan anggaran tersebut kepada
dewan direksi atau kepala daerah pada pemerintahan; 7 revisi anggaran dilakukan hanya pada keadaan khusus, persetujuan untuk memodifikasi
anggaran agak sulit dilaksanakan walaupun sebenarnya hal itu dapat terjadi, sebab tidak semua peristiwa dapat diperkirakan ke dalam
anggaran.
32
Mekanisme ini umumnya dijalankan di organisasi lebih besar semisal di instansi pemerintah, dan umumnya di sekolah lebih sederhana
dan tidak begitu rumit. Adapun, dalam proses penyusunan anggaran, sekurang-kurangnya
harus melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: a.
Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran.
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang,
jasa, dan barang. c.
Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan finansial.
d. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah
disetujui dan dipergunakan oleh instansi tertentu. e.
Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak berwenang.
f. Melakukan revisi usulan anggaran.
g. Persetujuan revisi usulan anggaran.
h. Pengesahan anggaran.
33
32
Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, h. 215
33
Ibid.
Pada dasarnya, tahapan-tahapan tersebut disusun agar anggaran dapat disusun secara sistematis. Tahap demi tahap mencirikan bahwa
segala hal yang menyangkut dengan penyusunan anggaran pun harus disusun secara terperinci dan teliti. Dengan tahapan yang terperinci dan
teliti, diharapkan berbuah hasil berupa rencana anggaran yang logis. Selain tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Nanang Fattah
tersebut, dalam teori lain, tahap-tahap yang seharusnya dilalui dalam penyusunan anggaran, sebagai berikut:
a.
Menginventarisasi rencana yang akan dilaksanakan.
b.
Menyusun rencana berdasar skala prioritas pelaksanaannya.
c.
Menentukan program kerja dan rincian program.
d.
Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program.
e.
Menghitung dana yang dibutuhkan.
f. Menetukan sumber dana untuk membiayai rencana.
34
Penyusunan RAPBS tidaklah dapat dibuat secara serampangan, apalagi hanya mengandalkan pengetahuan dan keterampilan seadanya.
Sistematika penyusunan dan konten RAPBS harus disusun secara logis dan valid. Untuk itu penyusunan RAPBS harus dapat meyakinkan serta
akurat sehingga timbul kepercayaan dari pihak yang akan membantu termasuk orang tua siswa, dan agar penyusunan anggaran sekolah atau
RAPBS dapat efektif dan efisien, langkah-langkah yang perlu diambil adalah:
a. Menginventarisasi programkegiatan sekolah selama satu tahun
mendatang; b.
Menyusun program kegiatan tersebut berdasarkan jenis dan prioritas;
c. Menghitung volume, harga satuan, dan kebutuhan dana untuk
setiap komponen kegiatan; d.
Membuat kertas kerja dan lembaran kerja, menentukan dana dan pembebanan anggaran, serta menuangkannya ke dalam format
baku RAPBS; e.
Menghimpun data pendukung yang akurat untuk bahan acuan guna mempertahankan anggaran yang diajukan.
35
34
Muhaimin, dkk., op. cit., h. 359.
35
Suharsaputra, loc.cit, h. 272
Dengan langkah tersebut, nampak bahwa secara sistematis, anggaran atau RAPBS harus disusun harus memperhatikan program sekolah,
jenis dan skala prioritas.
Skema 2.1 Proses Penyusunan RAPBS yang Partisipatif
Skema di atas adalah diagram proses penyusunan RAPBS yang partisipatif. Selain beberapa teori tentang prosedur penyusunan
RAPBS tersebut, menurut Sri Minarti, dalam penyusunan RAPBS, kepala sekolah sebaiknya membentuk tim yang terdiri dari dewan guru
dan pengurus komite sekolah. Setelah tim dan kepala sekolah menyelesaikan tugas, merinci semua anggaran pendapatan dan belanja
sekolah, kemudian kepala sekolah menyetujuinya.
36
Hal tersebut membuat semua pihak yang dilibatkan akan berkontribusi secara
maksimal dan merasa bertanggung jawab terhadap RAPBS yang telah disusun bersama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa prosedur atau langkah-langkah penyusunan RAPBS cukup
panjang dan rumit. Pada intinya, prosedur tersebut berhubungan dengan adanya identifikasi terhadap program, menentukan sumber
dana, menuangkannya dalam format RAPBS, dan revisi jika diperlukan.
36
Minarti, op. cit., h. 231 Kepala sekolah
mempelajari visi, misi, program utama sekolah
yang telah ada Kepala sekolah mengundang
guru dan Pengurus Komite Sekolah untuk menyusun Draft
RAPBS Kepala sekolah bersama guru dan
Pengurus Komite Sekolah membahas draft dan menetapkan RAPBS
RAPBS sudah siap dilaksanakan