Korelasi Antara Kewibawaan Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru Di Smk Triguna Utama Ciputat Tangerang

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Islahwati

NIM. 108018200068

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M/1434 H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Kata kunci : Kewibawaan Kepala Sekolah, Disiplin Guru

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru. Metode yang digunakan adalah metode korelasional. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik angket dengan menggunakan skala likert untuk guru dengan 4 alternatif jawaban dan wawancara kepada Kepala Sekolah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang berjumlah 36 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh r hitung sebesar 0,6069.

Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan r tabel dengan df= 34 taraf

sisnifikansi 5% adalah 0,339, berarti r hitung lebih besar dari pada r tabel. Dengan

demikian hipotesis alternatif yang menyatakan adanya hubungan kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru diterima. Dari koefisien korelasi product moment sebesar 0,6069 menghasilkan koefisien determinasi 36,83%, ini berarti kewibawaan kepala sekolah dalam menerapkan disiplin guru memberikan kontribusi terhadap disiplin guru sebesar 36,83%. Sedangkan selebihnya 63,17% adalah pengaruh dari faktor lain.


(7)

ii

Ciputat Tangerang. KI-MP. FITK. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Key words : Headmaster’s authority, Teachers’ discipline

This research is aimed to know the level of correlation between headmaster’s authority and teachers’ discipline. The method used is correlational method. The data collecting technique used comprises questionaire technique by using likert scale for the teachers’ by a alternative choices and interview with the headmaster’s. The population in this reseach is all of the 36 teachers’ in that school.

Result of the reseach showed that it is achieved rcount : 0.6069. Then, that

result is compared tu the r table with the df : 34, significance level 5% is 0.339 it

means r count is more than r table. Authority and teachers’ discipline is accepted.

From the coefficient of product moment correlation 0.6069 produced determination cefficient 36,83%. That means that headmaster’s authority in applying the teachers’ discipline gave the contribution to the teachers’ discipline 36,83%. Meanwhile, more 63,17%, is the influence from other factors.


(8)

iii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, satu-satunya Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat dan salam sejahtera kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW berserta keluarganya dan para sahabatnya. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi pada Prodi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam dengan judul

“Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang”.

Setelah perjuangan yang begitu berat dan melelahkan sepenuhnya penulis menyadari, bahwa suksesnya penulisan skripsi ini bukan semata atas usaha penulis pribadi. Namun, adanya bantuan motivasi yang konstruktif dari berbagai pihak. Sehubungan hal tersebut, penulis merasa perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA.

2. Ketua Jurusan Kependidikan Islam, Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed, M.Phill. 3. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, Drs. H. Mu’arif SAM,

M.Pd.

4. Dosen pembimbing skripsi, Zahruddin, Lc, M.Pd, yang telah memberikan arahan dan motivasinya kepada penulis. Kesabaran dan ketelitian beliau membuat penulis semangat serta berusaha menghasilkan skripsi yang baik.

5. Seluruh Dosen Prodi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.

6. Kepala SMK Triguna Utama yaitu Winarno, S.Pd, dan wakasek bidang kurikulum yaitu Syamsu Rijal, S.Pd, MM, serta guru-guru SMK Triguna


(9)

iv

banyak mendo’akan Penulis untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini. Serta untuk adik-adikku tersayang Dian Amalia dan Wulan Apriani, karena kalian Penulis menjadi semangat untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

8. Maulana Ibrahim, yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil. Kasih sayang yang diberikan membuat Penulis bersemangat untuk menuntaskan penelitian, serta selalu menemani Penulis dalam suka dan duka. Terima kasih ya.

9. Rekan-rekan Manajemen Pendidikan 2008, yaitu Salwa Ismail, Juhairiah dan Zahrotul Munawaroh dan juga teman-teman kosan (ka Ika, Soul Herni, Ika dan Sopi) yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam pembuatan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis sedikit banyak mengalami kesulitan. Hal ini tidak lain disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, Penulis menyadari betul bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dari segi penyajian, pengkajian materi, bahasa maupun tata cara penulisan, karenanya penulis dengan lapang hati menanti kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga dapat menjadi lebih baik lagi.

Jakarta, 04 Januari 2013


(10)

v

LEMBAR PENGESAHAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 7

D.Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 10

A.Deskripsi Teori ... 10

1. Disiplin Kerja Guru ... 10

a. Pengertian disiplin kerja guru ... 10

b. Macam-macam disiplin guru ... 19

c. Fungsi disiplin guru dalam pendidikan ... 20

d. Faktor-faktor yang memengaruhi disiplin guru ... 23

2. Kewibawaan Kepala Sekolah ... 24


(11)

vi

B.Kerangka Berpikir ... 43

C.Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B.Metode Penelitian ... 46

C.Populasi dan Teknik Sampling ... 46

D.Teknik Pengumpulan Data ... 46

E. Instrumen Penelitian ... 47

F. Uji validitas dan Reliabilitas Intrumen ... 53

G.Teknik Pengolahan Data ... 54

H.Teknik Analisa Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 59

A.Gambaran Umum SMK Triguna Utama ... 59

B.Deskripsi Data ... 68

C.Uji Prasyarat Data ... 77

D.Pengujian Hipotesis ... 77

E. Pembahasan ... 82

BAB V PENUTUP ... 84

A.Kesimpulan ... 84

B.Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN


(12)

vii

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel X ... 47

Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Y ... 50

Tabel 3.5 : Indeks Korelasi Product Moment ... 55

Tabel 4.1 : Keadaan Guru SMK Triguna Utama ... 60

Tabel 4.2 : Tenaga Kependidikan ... 62

Tabel 4.3 : Sarana dan Prasarana SMK Triguna Utama ... 63

Tabel 4.5 : Hasil Skoring Angket Kewibawaan Kepala Sekolah... 67

Tabel 4.6 : Disitribusi Frekuensi ... 69

Tabel 4.7 : Interpretasi Kategori Kewibawaan Kepala Sekolah ... 70

Tabel 4.8 : Hasil Skor Angket Disiplin Guru ... 71

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi ... 73

Tabel 4.10: Intrerpretasi Kategori Disiplin Guru ... 74

Tabel 4.11: Hasil Skoring Angket Variabel X dan Y ... 76


(13)

viii

Lampiran 3 : Pernyataan Positif dan Negatif Angket Variabel X Lampiran 4 : Pernyataan Positif dan Negatif Angket Variabel Y Lampiran 6 : Uji Validitas

Lampiran 7 : Perhitungan Uji Validitas Manual Variabel X Lampiran 8 : Perhitungan Uji Validitas Manual Variabel Y Lampiran 9 : Hasil Analisis Butir Instrumen Variabel X Lampiran 10 : Hasil Analisis Butir Instrumen Variabel Y Lampiran 11 : Uji Reliabilitas Variabel X

Lampiran 12 : Uji Reliabilitas Variabel Y

Lampiran 13 :Perhitungan standar deviasi, rata-rata, distribusi frekuensi Variabel X

Lampiran 14 :Perhitungan standar deviasi, rata-rata, distribusi frekuensi Variabel Y

Lampiran 15 : Uji Normalitas Data Variabel X Lampiran 16 : Uji Normalitas Data Variabel Y


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerapan kedisiplinan yang efektif bukan merupakan suatu yang baru lagi bagi lembaga pendidikan seperti sekolah. Setiap kegiatan memiliki tenggang waktu yang ditentukan baik bagi peserta didik, guru, karyawan bahkan bagi seorang kepala sekolah. Kedisiplinan ini diterapkan agar segala perencanaan yang telah ditentukan berjalan sesuai dengan target yang diharapkan.

Disiplin menjadi penting karena disiplin merupakan kunci keberhasilan organisasi dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Salah satunya tujuan dari penerapan disiplin guru menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi yang dikutip oleh Nani Maesaroh yaitu sebagai berikut:

1. Membantu guru agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.

2. Membuat guru agar patuh terhadap peraturan dan kepentingan serta kelancaran tugas di sekolah.

3. Membiasakan guru agar terbiasa hidup dengan baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.


(15)

4. Mengontrol tingkah laku guru agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan secara makasimal.1

Bayangkan saja sekolah yang tidak menerapkan kedisiplinan pasti akan banyak ditemukan pelanggaran-pelanggaran, seperti peserta didik yang bolos sekolah, karyawan yang berpakaian asal-asalan, guru yang datang terlambat dan lain sebagainya. Sehingga itu mencerminkan pendidikan yang tidak beraturan, tidak berkualitas dan lain-lain.

Tentunya untuk mengatasi hal-hal tersebut, sekolah memutuskan untuk memiliki peraturan dan menerapkan hukuman sebagai salah satu alat pendisiplinan. Pada dasarnya, disiplin yang harus diterapkan pertama kali adalah kepada para pendidik yaitu guru dan kepala sekolah. Karena ukuran keberhasilan guru secara sederhana ialah apabila peserta didik bertambah gairah belajar, hasil belajar peserta didik meningkat, disiplin sekolah membaik.2

Selain itu, seorang guru sebagai tauladan secara nyata dilihat tingkah lakunya, tata bicaranya, profesionalitasnya oleh peserta didik. Jika guru didapati akan melakukan hal yang tercela dan tidak memiliki integritas maka peserta didik tidak mau mematuhi peraturan yang telah dibuat sekolah. Begitu pula seorang kepala sekolah yang menjadi sorotan bagi setiap bawahannya, tentu saja harus lebih mendominasi guru dan peserta didik dalam hal disiplin. Karena, kinerja kepala sekolah akan memengaruhi motivasi guru untuk melaksanakan tugas profesinya.

Pada sisi lain faktor disiplin dapat pula meningkatkan kinerja guru. Simamora menyatakan bahwa :

Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam suatu organisasi.3

1Nani Maesaroh, “Disi

plin Kerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Di MAN 2 Kota Bekasi”, Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), hal 12, tidak dipublikasikan.

2

Departemen Agama. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Direktorat

Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2005., hal 12. 3

Rahman at all. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.


(16)

Keith Davis menyatakan disiplin kerja sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman dipandang erat keterkaitannya dengan kinerja.4 Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Malthis dan Jackson bahwa disiplin kerja berkaitan erat dengan perilaku karyawan dan berpengaruh terhadap kinerja.5 Kepemimpinan kepala sekolah adalah motivator bagi kepatuhan diri pada disiplin kerja para guru. Walaupun disiplin ini hanya merupakan salah satu bagian dari ciri kinerja guru dan berkaitan dengan prosentasi kehadiran, ketidakpatuhan pada aturan, menurunnya produktivitas kerja dan apatis, tetapi ternyata hal ini membawa dampak yang sangat besar terutama pada sistem pendidikan kita yang masih memerlukan keberadaan guru secara dominan dalam proses pembelajaran. Pada tahap inilah kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin atau mengelola sekolah, juga dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja (climate-maker) sehingga dapat mencegah timbulnya desintegrasi dan mampu memberikan dorongan agar semua komponen yang ada di sekolah bersatu mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Karena, kepala sekolah adalah seorang pemimpin di dunia kependidikan. Dengan jabatan ini, ia dapat menjalankan segala peran dan fungsinya di sekolah. Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab penuh atas setiap kegiatan kependidikan, mulai dari adanya kegiatan belajar mengajar, pengendalian pelaksanaan peraturan, kurikulum dan lain sebagainya.

Seorang pemimpin dipilih atas dasar kualifikasi yang dimilikinya yang memang dipercayakan untuk mengemban tugas sebagai pemimpin. Di era reformasi ini banyak tuntutan masyarakat menginginkan mutu sekolah yang baik. Untuk itu diperlukan seorang kepala sekolah yang handal pula untuk mengatur segala aspek kependidikan dan administrasi di sekolah.

Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa pertimbangan-pertimbangan. Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan

4

Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1995. Perilaku dalam Organisasi. (Terjemahan

Agus Darma), Jakarta: Erlangga., hal 129 5

Fathoni Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.


(17)

tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat, dan integritas.6 Selain itu, diperlukan juga kewibawaan seorang kepala sekolah untuk memaksimalkan pelaksanaan tanggung jawabnya terhadap guru, karyawan, dan peserta didik.

Kewibawaan adalah segala perintah, larangan dan nasihat kepala sekolah kepada para bawahan untuk dipatuhi dengan secara tidak terpaksa. Sehingga tugas dan program kerja serta kedisiplinan masing-masing guru terlaksana dengan mudah. Berbeda dengan kepala sekolah yang tidak memiliki kewibawaan maka setiap perintah, larangan dan nasihat tidak dihiraukan karena guru dan karyawan merasa tidak hormat kepadanya.

Seperti dalam buku Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati kewibawaan atau gezag

adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan sukarela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.7 Ini penting bagi seorang kepala sekolah dalam memengaruhi guru dan karyawan untuk menyelesaikan kewajibannya. Para guru dan karyawan akan secara sukarela mengerjakan tugas apabila diperintah oleh kepala sekolah yang memiliki wibawa, bukan dikerjakan karena takut atau merasa kesal tetapi merasa kerelaan sendiri dalam pengerjaannya.

Potensi kewibawaan ini harus diterapkan pada setiap kepala sekolah dan pemimpin untuk mencapai tujuan bersama. Karena ketika mereka tidak memiliki kewibawaan, maka ia akan sulit menggerakkan guru dan karyawan untuk bekerja. Mereka merasa terbebani dengan adanya perintah dan larangan yang dilontarkan kepala sekolah.

Sebenarnya, kewibawaan bukan satu-satunya faktor yang dapat memengaruhi rendahnya kedisiplinan guru. Ada hal-hal lain yang memengaruhi kedisiplinan guru seperti kompensasi rendah. Karena, hal tersebut berkenaan dengan kesejahteraan guru yang mampu memenuhi kebutuhan guru. Seandainya saja tidak tercukupi dengan baik maka akan memengaruhi guru untuk bertindak tidak disiplin.

6

Wahjosimidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Cet ke-7, hal 84. 7


(18)

Selain itu, peraturan yang tidak tegas dijalankan menjadi faktor penyebab lainnya. Memang sudah tertera secara tertulis dalam tata tertib sekolah, namun hanya sebatas tulisan tidak ada tindakan yang berorientasi pada disiplin. Misalnya diberlakukan hukuman berupa surat peringatan bagi guru yang melanggar aturan dilarang merokok di kelas. Namun, masih ada guru yang melakukan hal tersebut. Ini berarti hukuman yang ada tidak dijalankan dan tentu saja berdampak kepada perilaku-perilaku warga sekolah yang tidak berdisiplin yang lain. Karena adanya peraturan yang tidak dijalankan.

Di samping itu faktor penyebab lain adalah kepribadian guru itu sendiri yang tidak memiliki disiplin pribadi yang baik. Walaupun telah tercantum dalam tata tertib secara tertulis, namun guru tersebut tetap saja selalu tidak mendisiplinkan diri yang berimbas pada tujuan pembelajaran yang direncanakan. Disiplin pribadi memang harus dipupuk sejak dini agar ketika masuk dunia kerja akan terbiasa untuk mentaati segala peraturan yang berlaku. Ini merupakan salah satu faktor adanya kedisiplinan guru yang rendah.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa rendahnya kedisiplinan guru disebabkan oleh kewibawaan kepala sekolah yang rendah pula. Kepala sekolah adalah pemimpin di dunia kependidikan yang memiliki tugas dan fungsi lebih banyak porsinya dibandingkan guru. Para guru melihat kinerja yang dilakukan oleh kepala sekolah. Jika, kepala sekolah tersebut dianggap tidak memiliki integritas maka bawahannya akan kurang menghormati kepala sekolah tersebut. Terlebih ketika kepala sekolah memerintahkan guru untuk melakukan sesuatu. Maka akan timbul ketidakrelaan bagi guru untuk melakukan perintah kepala sekolah.

Ini akan sangat bermasalah jika hal ini terjadi. Karena, pemimpin seharusnya mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar untuk menggerakkan bawahannya. Ketika kepala sekolah tidak memiliki kemampuan tersebut, maka apa yang dipimpinnya akan mengalami masalah berupa manajemen yang tidak berjalan, terjadi perselisihan antar guru, peserta didik yang demonstrasi. Ini semua dapat berdampak pada mutu sekolah yang diragukan oleh masyarakat. Tentunya, tidak ada sekolah yang menginginkan hal yang seperti itu.


(19)

Sesuai dengan pendapat Sedarmayanti, faktor yang mempengaruhi disiplin guru adalah :

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi. 2. Ada tidaknya keteladanan kepala sekolah.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan. 4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.

5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan.

6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.

7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin. 8. Pengembangan struktur organisasi yang sehat.

9. Adanya suatu program yang lengkap atau baik untuk memelihara semangat dan disiplin guru.8

Fenomena yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Triguna Utama tahun ajaran 2011/2012 yang telah bersertifikat ISO 9001:2008, adalah guru yang masih terlihat enggan dalam melaksanakan tugas, seperti tugas penjaga piket masih belum optimal, guru yang bertugas sebagai piket kadang-kadang tidak terlihat berada di tempatnya, dan tidak mencatat peserta didik yang terlambat sekolah dan tidak memberitahukan ke kelas jika ada peserta didik yang izin serta menekan bel dengan tepat waktu.

Hal ini telah disampaikan oleh Winarno S.Pd selaku kepala sekolah Triguna Utama dalam pidatonya saat upacara hari senin tanggal 17 Oktober 2011 yang mengingatkan para guru dan karyawan untuk melaksanakan tugas secara disiplin. Namun, himbauan tersebut rupanya terlihat tidak menjadi motivasi bagi guru untuk bertindak disiplin.

Selain itu, dari ketidakhadiran guru juga terlihat pada bulan februari-maret 2012 yang penulis observasi, yang mana menunjukkan bahwa kedisiplinan guru dapat dikatakan rendah. Untuk lebih jelas lagi penulis merangkumnya dalam tabel berikut ini:

8

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV


(20)

Tabel 1.1

Kumulasi ketidakhadiran guru SMK Triguna

Jumlah Ketidakhadiran

Guru

BULAN

Februari 2012 Maret 2012

S I A S I A

3 3 106 3 8 172

* keterangan:

S : Sakit

I : Izin

A : Alfa/Absen

Ada 36 guru di SMK Triguna Utama, yang penulis lihat dalam daftar hadir guru di bulan februari dan maret. Hal ini menunjukkan adanya disiplin yang rendah ditandai dengan jumlah kumulasi antara kedua bulan tersebut. Di tabel tersebut terlihat adanya peningkatan ketidakhadiran guru dalam jumlah yang cukup mengejutkan. Tentunya menimbulkan pertanyaan tentang tindakan dan peran dari kepala sekolah dalam kasus tersebut.

Karena itulah, berdasarkan hal-hal di atas penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh kewibawaan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin guru dan diharapkan penelitian ini menjadi pembuktian apakah dengan kewibawaan kepala sekolah memiliki hubungan dengan disiplin guru. Sehingga, penulis ingin mengetahui atas pertanyaan tersebut serta menjadikan judul skripsi yaitu Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin Guru di SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang.”

B.

Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi menjadi faktor-faktor penyebab ketidakdisiplinan adalah sebagai berikut:

1) Disiplin rendah guru disebabkan oleh rendahnya kewibawaan yang dimiliki oleh kepala sekolah.


(21)

2) Disiplin rendah guru disebabkan oleh faktor adanya peraturan yang hanya ada dalam tulisan tetapi tidak dijalankan.

3) Disiplin rendah guru disebabkan oleh rendahnya pengawasan kepala sekolah.

4) Disiplin rendah guru disebabkan oleh kompensasi yang rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berangkat pada identifikasi di atas dan untuk membatasi masalah agar lebih spesifik dan untuk memperjelas dan menghindari terjadinya tumpang tindih dengan masalah lain di luar wilayah penelitian, maka penelitian ini penulis hanya

membatasi pada “Korelasi antara Kewibawaan Kepala Sekolah dengan Disiplin

Guru SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1) Bagaimana tingkat kewibawaan kepala sekolah di SMK Triguna Utama? 2) Bagaimana tingkat kedisiplinan guru SMK Triguna Utama?

3) Apakah terdapat hubungan antara kewibawaan kepala sekolah dengan disiplin guru?

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1) Untuk mengungkapkan tingkat guru tentang kewibawaan kepala sekolah SMK Triguna Utama.

2) Untuk mengungkapkan tingkat kedisiplinan guru SMK Triguna Utama. 3) Untuk mengungkapkan hubungan antara kewibawaan kepala sekolah


(22)

F.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu:

1) Melengkapi dan atau memperluas teori yang sudah diperoleh melalui penelitian yang dilakukan sebelumnya.

2) Menyajikan suatu wawasan khusus tentang kewibawaan kepala sekolah bagi peningkatan disiplin guru.

3) Memberikan peluang kepada siapa saja untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang hal yang sama dengan menggunakan teori-teori yang belum digunakan dalam penelitian ini.


(23)

10

BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. DESKRIPSI TEORI

1. Disiplin Kerja Guru

a. Pengertian Disiplin Kerja Guru

Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjuk kepada

kegiatan belajar mengajar.1

Tulus Tu‟u mengutip dari kamus MacMillan Dictionary mengenai disiplin dalam istilah bahasa Inggris yaitu berasal dari kata

Discipline”, berarti: 1) tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri; 2) latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.2

Dalam kamus manajemen, disiplin (dicipline) berarti peratran tata tertib untuk mencapai perbaikan pekerjaan, atau perubahan perilaku.3

1Tulus Tu‟u. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa.

(Jakarta: PT Grasindo. 2004). Cet Ke- .,hal 30

2

Ibid., hal 30-31 3


(24)

Sedangkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), disiplin memiliki arti tata tertib, kepatuhan kepada peraturan.4

Sedangkan menurut The Liang Gie yang dikutip oleh Ali Imron bahwa pengertian disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.5

Menurut Ali Imron disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.6 Menurut Abdurrahmat Fathoni, kedisiplinan adalah kesadaran dan ketersediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku.7

Kesadaran yang dimaksud adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan organisasi baik yang tertulis maupun tidak.

Berdasarkan pendapat itu, kita dapat memahami bahwa disiplin merupakan bagian dalam hidup seseorang yang ditimbulkan dengan adanya tingkah laku ketertiban dan ketaatan terhadap peraturan dengan rasa senang hati.

Dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 Ayat 1: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

4

Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Departemen Pendidikan Nasional.

2007). Cet Ke-4 Hal 268 5

Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia. (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. 1995). Cet

Ke- 1., hal 182 6Ibid

., hal 183 7

Abdurrahmat Fathoni. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT Rineka Cipta.


(25)

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.8

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.9

Menurut Abdul Wahab guru adalah sebuah profesi sebagaimana profesi lainnya yang merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan.10

Dalam Undang-undang tersebut diterangkan bahwa seorang pendidik adalah tenaga profesional dalam arti “mendapatkan pendidikan khusus dan memiliki keahlian khusus”.11 Sehingga mampu melakukan pekerjaan kependidikan dengan maksimal.

Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru harus pula memenuhi persyaratan yang berat, yaitu:

1. Harus memiliki bakat sebagai guru, 2. Harus memiliki keahlian sebagai guru,

3. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi, 4. Memiliki mental yang sehat,

5. Berbadan sehat,

6. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, 7. Guru adalah manusia berjiwa pancasila,

8. Guru adalan seorang warga Negara yang baik.12

Maka dari itu, seseorang yang ingin menjadi guru dan dapat menempuh persyaratan tersebut harus terlebih dahulu menyelesaikan pendidikan khusus bidang keguruan. Dari pendidikan tersebut akan diberi pembinaan, pengetahuan dan pengalaman yang membekali seseorang di keadaan real sekolah.

Berdasarkan pekerjaan profesional sudah barang tentu guru memiliki tanggung jawab yang besar sebagai berikut.

8

Undang-undang R.I Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (Surabaya: Kesindo Utama.2009)., hal 68.

9

Tim Penyusun, log.cit., hal 377 10

Abdul Wahab., Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual. (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media. 2011). Cet Ke-1., hal 117. 11

Departemen Agama. Wawasan dan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan.(Direktrorat

Jenderal Kelembagaan Agama Islam._____)., hal 65. 12Ibid.,


(26)

1. Guru harus menuntut para peserta didik belajar.

Guru bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan-kegiatan belajar peserta didik, karena melalui proses inilah guru membimbing peserta didik untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan, pemahaman, kebiasasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi.

2. Guru turut serta membina kurikulum sekolah.

Guru merupakan orang yang mengetahui kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Karena, guru dalam proses belajar mengajar menyampaikan isi dari kurikulum tersebut melalui proses pembelajaran. Sehinga, dapat dikatakan bahwa guru merupakan seorang key person dalam kurikulum.

Paling tidak guru memberi saran-saran yang berguna demi penyempurnaan kurikulum kepada pihak yang berwenang. Dalam hubungan ini guru dapat melakukan menyarankan ukuran-ukuran yag mungkin dapat digunakan dalam bahan-bahan kurikulum, berusaha menemukan minat, kebutuhan dan kesanggupan peserta didik, berusaha menemukan cara yang tepat agar sekolah dan masyarakat terjalin hubungan seimbang.

3. Melakukan pembinaan terhadap diri (kepribadian, watak, dan jasmaniah) peserta didik.

Guru melakukan pembinaan kepribadian dan watak (karakter) agar peserta didik memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerjasama, bertindak berdasarkan nilai-nilai moral yang tinggi, semuanya menjadi tanggung jawab guru.

4. Memberikan bimbingan kepada peserta didik.

Bimbingan ini diberikan agar peserta didik mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stabilitas emosi yang baik.


(27)

Artinya, peserta didik dibimbing ke arah terciptanya hubungan pribadi yang baik dengan teman dan masyarakat.

5. Melakukan diagnosis atas kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemauan belajar.

Guru bertanggung jawab menyesuikan semua situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan peserta didik. Selain itu, guru juga bertanggung jawab atas penilaian terhadap hasil belajar dan kemajuan belajar serta mendiagnosis dengan cermat terhadap kesulitan dan kebutuhan peserta didik.

6. Menyelenggarakan penelitian.

Seorang guru juga bergerak dalam bidang keilmuan yang senantiasa diperbaiki cara bekerjanya. Bukan hanya mengerjakan pekerjaan rutin saja, melainkan harus menghimpun banyak data melalui penelitian.

7. Mengenal masyarakat dan aktif ikut serta di dalamnya.

Guru juga harus mengenal pola kehidupan, kebudayaan, minat, dan kebutuhan masyarakat. Karena, dengan mengenal masyarakat guru lebih mudah untuk menyesuaikan pelajaraanya secara efektif. 8. Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru.

Profesional adalah keahlian khusus yang tanpa itu tidak adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki guru sehingga sulit kiranya untuk mengemban dan melaksanakan dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.13

Peranan guru dalam pendidikan adalah mampu mendidik dan mengajar apabila ia mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan peserta didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap inovasi pendidikan.14

13Ibid., hal 76-84 14

Oemar Hamalik. Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi.(Jakarta: PT


(28)

Berdasarkan definisi di atas, guru merupakan suatu pekerja yang membutuhkan keahlian dan kematangan seseorang serta tanggung jawab yang tinggi untuk amanah pendidikan.

Untuk memenuhi tanggung jawab dan peran sebagai guru harus memiliki disiplin pribadi agar menunjang kelancaran tugas. Karena tanpa disiplin guru akan lebih sulit mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama guru dalam hal mengajar. Dengan disiplin akan memudahkan guru dalam mengatur peserta didik untuk belajar secara tearah dan teratur.

Selain itu, hasil yang didapat dari penerapan disiplin pribadi yang baik ditandai dengan kebersihan, ketertiban, semuanya berjalan sesuai dengan peraturan tanpa terlihat adanya paksaan, teguran atau hukuman.

Untuk memiliki disiplin diri dilakukan dengan adanya kemauan dan kemampuan tingkah laku pribadi dan cara berpikirnya. Seperti yang dikemukakan oleh Artomo yang menyebutkan bahwa pada prinsipnya untuk memiliki disiplin pribadi ini adalah kemampuan dan kemauan untuk merubah perilaku dan cara berpikir.15

Selain itu, seseorang memiliki pembinaan jangka panjang terhadap pola perilakunya untuk membentuk menjadi kedisiplinan. Pembinaan ini dilakukan seperti halnya di sekolah yang menuntut adanya tata tertib sebagai peraturan.

Seorang anak di sekolahkan untuk menuntut ilmu dengan baik diiringi oleh aturan-aturan sekolah untuk membentuk pribadi anak tersebut dengan perilaku yang teratur. Tentu saja, peralihan demi peralihan yang dilalui anak membentuk siapa dirinya dan kebiasaannya. Dengan demikian, disiplin diri terbentuk secara bertahap dan memerlukan waktu yang panjang.

15

Artomo. Displin Pribadi Menaati Peraturan dan Larangan Melaksanakan Tugas dan

Kewajiban Tanpa Memikirkan Hukuman ataupun Penghargaan yang akan diberikan. (Jakarta: Perpustakaan Nasional. 2002) hal 106


(29)

Menurut Sondang P. Siagian bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut.16

Disiplin biasanya diterapkan dalam dunia pendidikan, di mana peraturan diberlakukan kepada pendidik dan pelajar. Disiplin berperan penting dalam keberlangsungan secara manajerial dan operasional sekolah. Karena, tanpa disiplin akan terjadi hambatan-hambatan kelancaran kegiatan, misalnya beberapa guru datang terlambat sedangkan peserta didik telah hadir tepat waktu. Tentu ketuntasan belajar peserta didik akan terganggu dan memengaruhi aspek penilaian peserta didik. Pada akhirnya, mutu kelulusan akan rendah di mata masyarakat.

Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan itu sudah terkandung tentang: tujuan mengajar, pokok yang diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga, dan teknik evaluasi yang akan digunakan.17 Hal ini dikemukakan oleh Tim penyusun departemen agama.

Karena itu harus memahami benar tentang tujuan pengajaran, cara merumuskan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, memahami bahan pelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan dengan berbagai sumber, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.

Guru memang memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar, beberapa aspek dalam komponen sekolah sangat bersentuhan dengan kinerja guru. Seperti, guru mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang ada dan diaplikasikan secara kreatif dan inovatif. Hal itu bertujuan agar kegiatan pembelajaran berjalan lancar, tertib, tertatur, dan mencapai tujuan pendidikan sekolah.

16

Sondang P. Siagian. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Bumi Aksara. 2008)

Ed, ke-2. Cet Ke- 15., hal 305

17


(30)

Kemampuan guru mengelola kelas juga secara langsung menunjang keefektifan dan efisiensi pengelolaan pendidikan dan proses pembelajaran. Mengkondisikan peserta didik adalah upaya dalam pengelolaan kelas, sehingga terciptanya disiplin kelas ke arah yang lebih baik.

Selain guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik. Menurut Oemar Hamalik guru juga bertanggung jawab dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para peserta didik belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah peserta didik, menganalisa kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar peserta didik.18

Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya ini, maka setiap guru harus memiliki kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung jawab tersebut. Ia harus menguasai cara belajar yang efektif, harus membuat model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum dengan baik, mampu mengelola kelas, mempunyai kestabilan emosi, bersikap jujur, mampu menjadi teladan bagi peserta didik, mampu memberi nasihat, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar, dan sebagainya.

Untuk melaksanakan tanggung jawab guru turut serta memahami semua yang bertalian dengan nasional, misalnya suku bangsa, adat istiadat, kebiasaan, norma-norma, kebutuhan, dan kondisi lingkungan.19 Selanjutnya, ia harus mampu menghargai suku bangsa lainnya, menghargai agama yang dianut peserta didik, menghargai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik serta bersikap bijaksana terhadap permasalahan yang dihadapi orang lain.

Guru juga mempunyai peranan dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan keberhasilan pada kemampuannya melaksanakan peranan yang dalam pembelajaran. Menurut Adams dan Dickey yang dikutip oleh Oemar Hamalik peran guru adalah:

18

Oemar Hamalik. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. (Jakarta:

Bumi Aksara. 2002), hal 40 19Ibid,


(31)

1. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi di kelas.

2. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok peserta didik.

3. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.

4. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan membuat bahan pelajaran secara professional.

5. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan peserta didik dan ketertiban kelas.

6. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai peserta didik secara objektif, kontinu, dan komprehensif.

7. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu peserta didik yang mengalami kesulitan tertentu.20

Semua itu, tidak terlepas dari profesional seorang guru. Tentu harus melalui proses yang panjang dengan keahlian khusus. Serta ditunjang dengan kedisiplinan yang tinggi agar tugas dan tanggung jawabnya terpenuhi dengan maksimal.

Maka dari itu, disiplin guru harus diterapkan karena disiplin merupakan suatu sikap moral seseorang yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.

Pendidik atau guru, seharusnya lebih memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pendidik dan pengajar yaitu mendidik dan mengajar secara terarah dan teratur.

Dengan demikian guru yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengndalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama guru dalam hal mengajar. Dengan disiplin akan memudahkan guru dalam mengatur peserta didik untuk belajar secara tearah dan teratur.

Selain itu, hasil yang didapat dari penerapan disiplin pribadi yang baik ditandai dengan kebersihan, ketertiban, semuanya berjalan sesuai dengan peraturan tanpa terlihat adanya paksaan, teguran atau hukuman.21

20Ibid., hal 49


(32)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin guru adalah kesadaran diri untuk berperilaku teratur kepada peraturan-peraturan yang berlaku di mana seseorang tinggal melalui pembinaan jangka panjang sesuai dengan nilai dan norma yang ada guna mendorong kelancaran kegiatan yang dilakukan.

b. Macam-macam Disiplin Guru

Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep ototarian. Konsep ini guru di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi manakala mau menurut saja terhadap perintah dan anjuran pejabat dan atau pembina tanpa banyak menyumbangkan pikiran-pikirannya.

Artinya, terpusat pada kekuasaan para pemimpin yang memiliki kewenangan terhadap guru untuk menerima dan mengiyakan segala tugas yang diberikan oleh pemimpin. Karena di pandang pemimpin mempunyai kekuasaan untuk itu.

Dalam disiplin otoritarian, peraturan di buat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi dan hukuman yang berat.22

Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep ini, guru haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan sekolah. Dalam konsep ini sangat bertolak belakang dengan konsep disiplin yang pertama, karena dalam konsep ini membebaskan guru untuk melakukan kegiatan yang dapat mengembangkan potensi dan guru berada dalam peraturan yang tidak mengikat, sehingga guru dapat mengeksplorasi pendapat dan potensi yang ada.

21

Artomo, loc.cit., hal 107 22Tulus Tu‟u, loc.cit


(33)

Karena dibebaskan mengambil keputusan. Guru yang berbuat sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi dan hukuman. Dampaknya menimbulkan kebingungan karena tidak tahu mana yang tidak dilarang dan mana yang dilarang.23

Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali, atau kebebasan yang bertanggung jawab.24 Macam disiplin ini di sebut dengan disiplin demokratis. Dalam konsep ini guru diberikan kebebasan dalam hal apa pun. Namun, perlu diingat bahwa setiap tindakan tentu ada konsekuensinya, guru harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Pertanggungjawaban tersebut menjadi batasan guru dalam melakukan sesuatu, jadi sebelum bertindak tentu sudah terpikirkan akibat apa yang ditimbulkan. Sehingga guru masih dapat mengontrol tindakan yang akan dilakukan.

c. Fungsi Disiplin Guru dalam Pendidikan

Keberhasilan sekolah dapat dilihat dari prestasi-prestasi yang digapai. Prestasi yang diraih tersebut didapat dengan kerja keras antar warga sekolah. Menyatukan persepsi, visi dan misi dalam warga sekolah akan sulit jika tidak ada rasa saling memiliki antar mereka.

Meskipun telah menyamakan tujuan tapi tanpa tindakan yang teratur dan terarah akan sangat sulit dalam menggapai prestasi apapun. Tentunya menuntut produktivitas tenaga kependidikan di sekolah dengan mengikuti aturan dan tata tertib sekolah, hingga dalam melaksanakan tugas yang sangat erat dengan disiplin. Oleh karena itu, disiplin memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Menata kehidupan bersama, yaitu mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.

2. Membangun kepribadian, yaitu dengan disiplin seseorang dapat membiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturan-aturan yang

23

Ibid.,hal 45 24Ibid


(34)

berlaku. Kebiasaan itu, lama kelamaan masuk dalam kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya.

3. Melatih kepribadian, yaitu dengan disiplin dapat melatih kepribadian menjadi tertib, teratur, taat, patuh. Hal ini memerlukan waktu dan proses yang memakan waktu.

4. Pemaksaan, yaitu disiplin sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu.

5. Mencipta lingkungan kondusif, yaitu dengan disiplin tercipta suasana kondusif yang aman, nyaman, tenang, tentram tertib dan teratur.25

Pada nomor satu disebutkan dapat menata kehidupan bersama. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Terlebih jika telah memasuki lingkup organisasi seperti sekolah, sudah tidak asing lagi dalam sekolah menerapkan disiplin yang efektif. Dimaksudkan menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati peraturan. Sama halnya, dengan kepala sekolah dengan jabatan dan kekuasaan yang dimiliki, namun tetap pada koridor yang dibatasi melalui aturan-aturan yang berlaku untuk menghindari terjadi ketidakpahaman antara kepala sekolah dengan guru dan stafnya. Sehingga, perlu adanya disiplin yang meletakkan porsi perannya dengan membatasi dirinya untuk tidak merugikan orang lain yang ada di sekitar.

Begitu pula dengan guru terhadap peserta didik, tentunya sangat berdekatan antar keduanya. Agar kepentingan guru dan kepentingan peserta didik tidak berbenturan maka perlu adanya peraturan dan norma yang mengatur kegiatan masing-masing berjalan dengan harmonis.

Selanjutnya, nomor dua yang menyebutkan fungsi disiplin dapat membangun kepribadian. Kepribadian ini mencakup perilaku, pola hidup yang terlihat dari keseharian baik perkataan, perbuatan, sifat. Seorang guru dapat dengan mudah terbaca kepribadiannya di sekolah dan di kelas. Guru menjadi sorotan bagi peserta didiknya, jika terjadi kekeliruan dari tingkah

25Tulus Tu‟u, op.cit


(35)

lakunya yang tidak disiplin maka peserta didik dengan mudah mengecap guru tersebut malas dan sebagainya.

Maka dari itu, adanya disiplin dapat membiasakan seseorang untuk berperilaku taat, patuh, dan tertib terhadap peraturan. Dengan kebiasaan ini menciptakan kepribadian lebih teratur karena kesadaran yang dimulai dengan pembiasaan.

Melatih kepribadian terdapat pada nomor tiga, yaitu kepribadian yang dilatih adalah kepribadian yang tidak terarah, tidak taat, tidak patuh, dan tidak tertib akan berubah dengan adanya latihan yang terus menerus. Latihan ini diperoleh dari lingkungan di mana ia berada, seperti guru mengajar di sekolah unggulan yang menuntut untuk tepat waktu dalam segala hal. Bagi guru yang tidak terbiasa akan hal itu pasti merasa beban dalam menjalankan pekerjaan tersebut. Namun, hal itu dapat ditangani dengan mengadakan latihan pribadi untuk awal pembiasaan diri.

Sehingga, dengan disiplin guru dapat melatih kepribadiannya menjadi lebih baik yang berawal dari mencoba, berusaha keras, tempaan pahit, dan dengan waktu yang panjang.

Dengan demikian, fungsi disiplin ini dapat memaksimalkan proses pembelajaran yang efektif dan membangun kerjasama antar warga sekolah dalam mencapai keberhasilan. Selain itu, kedisiplinan guru juga akan membawa pada ketercapaian tujuan pendidikan dengan hasil yang maksimal.26

d. Faktor-faktor yang Memengaruhi Disiplin Guru

Untuk terjadinya disiplin yang baik dalam suatu lingkungan dapat dilihat faktor-faktor yang memengaruhi adanya disiplin guru dapat disebutkan sebagai berikut:

26

Abdul Hasim. Landasan Pendidikan: Menjadi Guru yang Baik. (Bogor: Penerbit


(36)

1. Kesadaran diri, yaitu pemahaman diri tentang pentingnya penegakan disiplin bagi dirinya. Sehingga, perlakuan disiplin sangat terlihat bagi orang memiliki kesadarn diri.

2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Maksudnya, seseorang dapat berlaku disiplin karena adanya kemauan dalam diri kemudian dipraktikkan sebagai penerapannya. Namun, biasanya memang orang dapat berdisiplin jika ada tekanan dari luar dirinya yang menggerakkan orang tersebut dapat menaati peraturan.

3. Alat pendidikan, yaitu dengan berbagai macam alat pendidikan yang digunakan sebagai suatu tindakan mengubah, membentuk, dan menjadikan disiplin diri yang diinginkan.

4. Hukuman, yaitu sebagai penyadaran diri tentang kesalahan yang diperbuat, kemudian menjadi bahan untuk mengoreksi diri terhadap kesalahan yang telah dibuat sehingga orang tersebut dapat mematuhi peraturan dan tidak melanggar kembali.27

Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat memengaruhi pembentukan disiplin guru sebagai berikut:

1. Teladan, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa peserta didik dapat melihat langsung tingkah laku guru di sekolah dan di kelas. Begitu pula dengan guru kepada kepala sekolah. Apabila kepala sekolah melanggar peraturan dan tidak ditindaklanjuti, maka guru pun akan menganggap peraturan tersebut sia-sia diberlakukan. Akibatnya, guru pun meniru akan perbuatan kepala sekolah tersebut. Karena kepala sekolah dianggap teladan bagi bawahannya. Maka akan tercipta iklim sekolah yang sangat tidak menyenangkan.

27Tulus Tu‟u , loc.cit


(37)

2. Lingkungan berdisiplin, yaitu lingkungan yang memengaruhi guru tersebut dapat berdisiplin atau sebaliknya. Kadang, seseorang dapat terbawa dengan lingkungan yang ia tinggali.

Begitu juga dengan guru, mungkin saja pada awalnya ia berasal dari lingkungan keluarga dan sekolah yang tidak disiplin. Tetapi ia hidup dan bekerja di lingkungan disiplin yang kuat. Maka bisa saja guru tersebut berubah perilakunya dengan disiplin pribadi yang tinggi. Ini disebabkan pembiasaan terus menerus membuat perubahan tingkah laku karena tuntutan lingkungan kerja tersebut. Ada pula sebaliknya, pada awalnya guru tersebut disiplin tinggi tetapi berpindah ke lingkungan lain yang disiplinnya rendah, maka akan terbawa karena merasa perlunya adaptasi dengan individu lainnya.

3. Latihan disiplin, yaitu kedisiplinan dapat diperoleh melalui latihan dan pembiasaan diri dengan berusaha, mencoba, membuat jadwal, dan bergaul dengan individu berdisiplin tinggi. Maka, secara perlahan membentuk pribadinya mampu memiliki disiplin tinggi.28

Jadi, Kedisiplinan kerja guru di sekolah dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya. Sikap dan tingkah laku guru berpatokan pada kepatuhan dalam melaksanakan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Mematuhi peraturan berarti memberi dukungan positif pada organisasi dalam melaksanakan program-program yang telah ditetapkan, sehingga akan lebih memudahkan tercapainya tujuan organisasi.

Guru yang tertib dan disiplin, mentaati norma-norma dan peraturan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi akan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas. Sebaliknya apabila guru dalam suatu organisasi tidak disiplin, maka akan sulit sekali melaksanakan program-programnya, sulit meningkatkan produktivitas dan sulit merealisasikan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

28Ibid


(38)

Abdurrahmat Fathoni mengatakan bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.29

Guru dalam melaksanakan disiplin harus seusai dengan peran yang dijalankan. Menurut Adams dan Dickey yang dikutip oleh Oemar Hamalik peran guru adalah:

1. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi di kelas.

2. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok peserta didik.

3. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.

4. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan membuat bahan pelajaran secara professional.

5. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan peserta didik dan ketertiban kelas.

6. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai peserta didik secara objektif, kontinu, dan komprehensif.

7. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu peserta didik yang mengalami kesulitan tertentu.30

Uraian di atas mengandung arti bahwa disiplin kerja guru adalah sikap dan perbuatan guru dalam mentaati semua tugas, pedoman dan peraturan yang telah ditentukan untuk tercapainya tujuan organisasi. Selanjutnya Fathoni menyatakan bahwa : ”Kedisiplinan diartikan bilamana karyawan selalu datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan (organisasi) dan norma-norma sosial yang berlaku.”31 Pernyataan di atas mengandung arti bahwa indikator keberhasilan pelaksanaan disiplin pegawai pada suatu organisasi terlihat dari tingkat ketepatan waktu, tingkat kesadaran dalam bekerja dan tingkat kepatuhan kepada peraturan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi, maka salah satu faktor yang sangat menentukan adalah

29

Fathoni Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta : PT Rineka Cipta., hal 172. 30Ibid.,

hal 49

31


(39)

terciptanya disiplin kerja para guru dengan asumsi bahwa dalam suasana disiplinlah organisasi akan dapat melaksanakan program-program kerjanya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dimensi pengukuran disiplin kerja guru pada penelitian ini mengacu pada teori Fathoni dan teori Adams dan Dickey yang menjadikan lima kriteria pengukuran disiplin yaitu disiplin dalam ketepatan waktu, disiplin dalam mengelola kelas, disiplin dalam bersikap dan bijaksana kepada peserta didik, disiplin dalam memenuhi beban tugas mengajar dan disiplin dalam sikap dan tingkah laku.

2. Kewibawaan Kepala Sekolah

a. Pengertian Kewibawaan Kepala Sekolah

Kewibawaan atau gezag berasal dari kata Zaggen yang berarti

“berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat

terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang lain.32

Sedangkan menurut Kartini Kartono kewibawaan berasal dari kata-kata

“kawi” dan “bhawa”. Kawi itu berarti kuasa, kekuasaan yang lebih kuat, kelebihan. Sedangkan bhawa berarti kekuasaan, keutamaan, kelebihan, keunggulan. Jadi, kewibawaan berarti kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga dengannya seseorang mampu

“ambawani” ; yaitu mampu mengatur, membawa, memimpin,

memerintah, dan mendidik pribadi lain.33

Menurut Karl D. Jackson memberikan definisi mengenai kewibawaan, adalah suatu jenis kekuasaan. Kekuasaan diterjemahkan secara perilaku sebagai interaksi antara pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok di mana pada saat tertentu pelaku mengubah dan memengaruhi perilaku orang lain.34

32

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja

Rosydakarya, 2009), Cet. Ke-19, hal 48 33

Kartini Kartono. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Bandung: Mandar Maju,

____),Cet Ke- ,hal 183 34

Karl D. Jackson. Kewibawaan Tradisonal Islam dan Pemberontakan. (Jakarta: PT


(40)

Menurut Kartini Kartono di atas kewibawaan melekat pada kekuasaan yang didapati melalui kelebihan seseorang atau dengan keistimewaan yang ada dalam diri seseorang. Sedangkan menurut Karl, kewibawaan dianggap tradisional dengan menggunakan komunikasi antar individu. Artinya, seseorang (komunikator) memberi pesan kepada orang lain (komunikan), interaksi yang dilakukan keduanya mengubah perilaku komunikan dan melakukan sesuai apa yang diinginkan oleh komunikator. Maka, itu yang dikatakan sebagai kewibawaan. Namun, menurut penulis antara pendapat keduanya memiliki persamaan, yaitu pada aspek

„memengaruhi‟. Karena kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain dapat dinyatakan kewibawaan sesuai apa yang telah dinyatakan pada pendapat Kartini Kartono di muka.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia wibawa berarti pembawaan untuk dapat menguasai dan memengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. Sedangkan berwibawa berarti mempunyai wibawa yang disegani dan dipatuhi. Kemudian arti dari kewibawaan adalah hal yang menyangkut wibawa, yang mempunyai sifat wibawa yang telah disebutkan di atas.35 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan pula bahwa wibawa berarti “keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan kepercayaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya, dengan kata lain wibawa berarti atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu”.36 Penulis mengutip dari sumber yang sama tentang istilah yang sama pada masa yang berbeda ini agar mengetahui pergeseran makna yang dilalui beberapa tahun sebelumnya. Sehingga, menjadi penambahan pengetahuan bagi penulis untuk mengidentifikasi makna wibawa secara mendalam.

35

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka. 1988) cet ke-1., hal 1011. 36

Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai


(41)

Ja‟cuba Karepesina memberi definisi kewibawaan sebagai kekuatan yang memancar dari diri seseorang karena kelebihan yang dimilikinya sehingga mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan kepadanya.37

Jadi, dapat disimpulkan bahwa wibawa adalah ciri khas yang asli melekat pada diri seseorang kemudian disahkan melalui jabatan yang didudukinya sehingga ia memiliki kekuasaan atau kemampuan untuk memegang peranan dan fungsinya dalam suatu organisasi. Dan perlu diketahui bahwa banyak juga yang menyebutkan wibawa dengan istilah lain seperti kharisma, pengaruh, dan otoritas.

Hal ini termasuk dalam keberhasilan pemimpin melalui pendekatan pengaruh kewibawaan yang berada dalam buku Wahjusumijdo yang

berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah” yang menyebutkan bahwa

keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut terhadap bawahan.38

Kewibawaan seorang pemimpin dapat diperoleh melalui beberapa aspek, menurut Daniel Ronda mengungkapkan beberapa sumber seorang pemimpin memperoleh kewibawaannya, yaitu sebagai berikut:

Pertama, wibawa datang dari posisi yang diterimanya. Posisi ini bisa berupa penempatan atau pemberian jabatan dari pimpinan atau terpilih menjadi anggota Dewan, dan seterusnya. Posisi ini juga didapat karena pendidikan yang diterimanya atau keahlian kerja yang telah dimilikinya. Jadi posisi seseorang dapat membuat dia memiliki wibawa. Namun ini baru wibawa awal, karena banyak juga bawahan dan komunitas menentang posisi kita. Mereka tidak bersedia dipimpin kalau tidak kompeten. Jadi wibawa karena posisi masih lemah atau lebih tepatnya baru awal dari wibawa.

37Ibid

., hal 16. 38

Wahjosumijdo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan


(42)

Kedua, wibawa diperoleh karena bawahan atau pengikut dari satu organisasi mau dipimpin atau memilih orang tersebut sebagai pemimpin. Itu didapat lewat relasi yang baik antara pemimpin dengan rekan-rekannya, karyawannya atau masyarakat yang memilihnya bila dia anggota Dewan. Ketika pengikut merasa bahwa kita adalah orang yang tepat di posisi itu dan mereka mau bekerja untuk kita, maka itulah yang menghasilkan wibawa. Pada level ini pemimpin diharapkan mengembangkan relasi dan kehumasan dengan baik. Bentuk pecitraan diri juga baik, namun kemampuan berelasi jauh akan menambah wibawa pemimpin. Namun ini masih belum cukup hanya karena bawahan mulai menerima kepemimpinan.

Ketiga, wibawa akan meningkat karena ada hasil yang terlihat setelah seseorang memegang posisi yang diberikan.

Keempat, pemimpin mendapat wibawa dengan orang-orang yang dikembangkannya. Kepemimpinan itu sejalan dengan waktu, dan wibawa akan terus bertambah jika pemimpin berhasil mengembangkan orang lain di bawahnya untuk menjadi pemimpin sesuai dengan bakatnya.

Kelima, wibawa pemimpin didapat karena pengembangan dirinya lewat integritasnya. Sejalan dengan waktu maka pemimpin harus terus memelihara karakternya, relasinya, dan integritasnya.39

Bila kita telah memahami lima level kepemimpinan ini, maka setiap kita harus memberikan refleksi pribadi. Pertama, kita harus memaksimalkan potensi yang ada pada kita sehingga menjadi kompetensi. Kedua, kita harus memiliki kemampuan menjalin relasi dengan sesama karena kepemimpinan adalah relasi. Ketiga, kita harus memiliki karakter yang baik, budi pekerti luhur dalam kata dan perbuatan.

Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa kewibawaan adalah daya memengaruhi seseorang dengan kelebihan dan keistimewaan yang melekat pada diri seseorang dengan kemampuan berkomunikasi kepada orang lain untuk patuh tanpa keterpaksaan dan rasa

39


(43)

takut dalam melaksanakan perintah dan larangan yang datang dari orang lain guna mencapai tujuan bersama.

Sedangkan pengertian kepala sekolah berasal dari dua kata adalah

„kepala‟ dan „sekolah‟. Kata kepala dapat diartikan „ketua‟ atau „pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang „sekolah‟ adalah

sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.40

Kepala sekolah adalah pemimpin resmi (formal leader) atau pemimpin sebagai kedudukan (status leader). Dalam kedudukannya sebagai pimpinan kedudukannya sebagai pemimpinan pendidikan yang resmi kepala sekolah diangkat dan ditetapkan secara resmi sehingga dia bertanggung jawab dalam pengelolaan pengajaran, ketenagaan, kesiswaan, gedung, dan halaman, keuangan, serta hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat, di samping tugasnya dalam supervisi pendidikan dan pengajaran.41

Sedangkan menurut Wahjosumijdo definisi kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana di selenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.42

Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah sekian lama menjabat sebagai guru.43 Seseorang diangkat dan dipercaya menduduki jabatan kepala sekolah harus memenuhi kriteria-kriteria yang disyaratkan untuk jabatan dimaksud.

Berdasarkan tersebut di atas, jabatan kepala sekolah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin sekolah dan professional dalam bidang kependidikan. Salah satunya, kepala sekolah mampu memimpin sekolah dengan kewibawaan. Namun kenyataan kadang kala tidak semua kepala sekolah memenuhi krtiteria yang ditentukan, tetapi lebih

40

Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal 420 dan 796.

41

Syafaruddin. Kepemimpinan Pendidikan.(Ciputat: Quantum Teaching, 2010), Cet

Ke-1., hal 86 42

Wahjosumijdo, loc.cit., hal 83 43

Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. (Bandung:


(44)

mengutamakan pada golongan ataupun kepangkatan yang dilalui masa kerja.

Namun tentu seorang kepala sekolah harus mampu memenuhi tugas (job) menstimulasi dan membimbing pertumbuhan guru-guru secara berkelanjutan sehingga guru mampu melaksanakan tugas pengajaran dengan baik yang kemudian mereka menstimulusi dan membimbing peserta didik untuk dapat berpartisipasi di masyarakat.44 Selain itu tugas (job) kepala sekolah yang berkaitan dengan manajemen yaitu tanggung jawab atas tugas-tugas yang harus dilaksanakan dengan operasional sekolah yang lancar. Kegiatannya menangani pengajaran dan sumberdaya untuk kelancaran proses pengajaran, melakukan program supervisi, dan proses pengajaran memerlukan kantor lingkungan di sekolah.

Kewajiban utama kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin, yaitu:

1. Memelihara secara baik rekor sekolah bagi semua bidang, 2. Mempersiapkan laporan bagi semua kantor pusat (Dinas

Pendidikan) dan lembaga lain,

3. Pengembangan anggaran dan pengawasannya, 4. Administrasi personil,

5. Disiplin pelajar,

6. Menyusun jadwal dan memelihara pelaksanakan kegiatan, 7. Mengembangkan administrasi,

8. Administrasi penyediaan sumberdaya, 9. Data murid,

10.Memantau program dan proses pengajaran sebagaimana diatur oleh kantor pusat (Dinas Pendidikan),

11.Komunikasi kepada pelajar, staf dan warga sekolah sebagai juru bicara bagi kantor pusat (Dinas Pendidikan).45

Dari tugas utama di atas dapat diketahui bahwa keberhasilan kepala sekolah dalam organisasi pendidikan formal sangat bergantung dengan keterampilan memimpin. Dalam menjalankan kepemimpinannya kepala sekolah menetapkan suatu tindakan melalui pengambilan keputusan

44

Hendiyat Soetopo. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. (Jakarta: PT Bina Aksara.

1988). Cet Ke-II., hal 19. 45

Syafaruddin. Kepemimpinan Pendidikan.(Ciputat: Quantum Teaching, 2010), Cet


(45)

pendidikan, berkomunikasi, melakukan koordinasi, memberikan keteladanan membagi tugas dan memberikan insentif bagi personilnya. Dalam hal ini, kepala sekolah mengambil keputusan secara tepat pada permasalahan yang terjadi di sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan didasari oleh ketegasan yang mampu menentukan arah mana permasalahan ini ditindaklanjuti.

Selain itu, kepala sekolah mampu berkomunikasi dengan baik agar terciptanya kebersamaan sosial. Semua staf dan peserta didik bekerjasana secara harmonis dan saling pengertian dalam membangun tujuan sekolah, mengembangkan kurikulum dan melaksanakan proses yang dapat menciptakan dorongan lingkungan pembelajaran yang produktif bagi setiap peserta didik.

Adapun kewajiban kepala sekolah menurut Roe dan Drake yang dikutip oleh Syafaruddin, yaitu:

1. Mendorong dan memotivasi staf untuk kinerja maksimal, 2. Mengembangkan staf secara realistik dan bertujuan dari

akuntabilitas pengajaran (memonitor program pengajaran dan proses pengajaran),

3. Mengembangkan kerjasama dalam menilai prosedur bagi kelangsungan program untuk mengidentifikasi dan mengajukan alternatif untuk perbaikan kelemahan,

4. Bekerja dengan staf dalam mengembangkan dan melaksanakan evaluasi staf,

5. Bekerja dengan staf dalam menyususn rencana untuk evaluasi dan pelaporan kemajuan pelajar,

6. Menyediakan jaringan untuk keterlibatan masyarakat dalam operasional sekolah,

7. Mendorong kajian berkelanjutan terhadap kurikulum dan inovasi pengajaran serta memberi pertolongan dan sumberdaya untuk memajukan sekolah,

8. Menyediakan kepemimpinan untuk pelajar dalam membantu mereka mengembangkan diri penuh tanggung jawab,

9. Membangun pusat sumber belajar dan menata penggunannya, 10.Mengembangkan kerjasama dengan staf dalam pengembangan

keprofesionalan yang dinamis dan program pelayanan pendidikan sendiri.46


(46)

Kepala sekolah memiliki peranan sebagai pemimpin memengaruhi perilaku sumber daya personil sekolah dalam bekerja. Pengetahuan, keterampilan, bakat, sifat dan pengalaman menjadi penunjang kefektifan dalam organisasi sekolah. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan kepemimpinan seperti keterampilan konseptual, keterampilan berhubungan dengan manusia, dan keterampilan teknik. Dalam kamus manajemen terdapat tiga arti wibawa yaitu sebagai berikut:

1. Wibawa jabatan (positional authority), yaitu pengaruh dan gengsi seseorang yang ditimbulkan oleh kedudukannya.

2. Wibawa karismatik (charismatic authority), yaitu pengaruh atau gengsi seseorang yang ditimbulkan oleh kepribadiannya dan nama baiknya.

3. Wibawa kearifan (sapiential authority), yaitu pengaruh atau gengsi seseorang yang ditimbulkan oleh pengetahuannya atau kebijaksanaannya.47

Untuk bahasa „authority’ di atas, penulis mencari pembenaran dalam

kamus bahasa Inggris Jhom Echols dan ternyata „authority‟ memiliki tiga

arti pula. Pertama, berarti wibawa; kedua, berarti wewenang; ketiga, berarti kekuasaan.48 Namun, biasanya istilah kekuasaan dalam bahasa

inggris adalah „power‟.

Terdapat perbedaan antara kekuasaan dan wewenang adalah kekuasaan merupakan daya dan kemampuan, sedangkan wewenang merupakan hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan authority

adalah suatu tipe khusus dari kekuasaan yang asli melekat pada jabatan yang diduduki oleh pemimpin.49

Antara kekuasaan, wewenang dan kewibawaan mempunyai keterkaitan. Kekuasaan akan mempunyai arti jika didukung oleh

47

Marbun. loc.cit., hal 393. 48

Jhon M. Echols dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia,

2006) Cet Ke-XXVIII., hal 46. 49

Husaini Usman. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta: Bumi


(47)

wewenang yang berupa hak untuk mengambil tindakan tertentu dalam rangka kekuasaan yang dimiliki. Seseorang yang mempunyai wewenang bertindak sebagai orang yang memimpin dan membimbing orang banyak. Untuk memimpin dengan baik, orang harus berwibawa, bukan karena kekuasaan atau ditakuti. Namun, menurut Ja‟cuba Karepesina bahwa kekuasaan tidak perlu mengandung kekerasan jika dihubungkan dengan wibawa. Karena wibawa menimbulkan rasa segan, bukan takut, rasa hormat bukan kecut. Wibawa mendatangkan kepatuhan tanpa paksaan dari pihak lain.50

Di antara kedua pendapat membedakan tiga istilah di atas. Namun, penulis mempunyai anggapan yang sama mengenai kekuasaan tidak dapat digunakan tanpa adanya wewenang, begitupun sebaliknya. Kemudian, untuk menjadi seorang pemimpin yang baik diperlukan pula wibawa yang menunjang keefektifan keberhasilan suatu organisasi. Karena, wibawa dapat menimbulkan rasa segan dan bawahan merasa sadar atas apa yang diperintahkan pemimpin. Sehingga, memperoleh interaksi organisasi yang efektif dan saling bekerja sama antar keduanya.

Berbeda dengan pendapat Koentjaranningrat, ia membagi-bagi kekuasaan kepemimpinan dengan bagan berikut ini:

50Ja‟cuba Karesipena. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya

. (Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita, 1988)., hal 16.


(48)

Sumber: Miriam Budiardjo. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: 1984.

Menurutnya, kekuasaan memiliki empat komponen yaitu kewibawaan, wewenang, kharisma dan kekuasaan fisik. Seorang guru yang berilmu agama yang terpelajar dan dianggap tokoh terkenal di dalam komunitasnya. Seorang guru tersebut memiliki kewibawaan dan kharisma dan kekuatan fisik tetapi tidak memiliki wewenang untuk memerintah orang yang dipengaruhi.51

Kecuali, seseorang tersebut memiliki jabatan yang diangkat secara formal sehingga mendapatkan kekuasaan, diberi wewenang dalam bertindak serta menggunakan kewibawaannya untuk dapat memerintah

51

Koentjaraningrat. Aneka Pemikiran Tentang Kuasa dan Wibawa. (Jakarta: Sinar

Harapan, 1986). Cet Ke-II., hal 140 dan 142. Kekuasaan

dalam arti luas

Kewibawaan

Popularitas, memiliki kapasitas rasional untuk memecahkan masalah sosial ekonomi dan politik dan kecendekiawanan. Memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan cita-cita dan keyakinan dari sebagian besar masyarakat.

Wewenang

Memiliki legitimasi melalui prosedur adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Kharisma Memiliki ciri-ciri rohaniah yang disegani.

Kekuasaan dalam arti khusus

Kemampuan mengerahkan kekuatan fisik dan

mengorganisasi orang banyak atas dasar suatu sistem sanksi.


(49)

bawahannya. Tentunya, hanya dalam lingkup jabatan apa yang diperoleh sehingga menentukan siapa saja yang diperintah.

Seseorang yang memiliki kewibawaan akan dipatuhi terhadap orang lain atas dasar seseorang tersebut memiliki keistimewaan, baik dalam keahlian dalam bidang tertentu sehingga membuat ia di segani kepada orang lain, atau juga ia mempunyai jabatan yang mampu memengaruhi orang lain untuk melakukan tujuan pribadi dan tujuan bersama.

Seperti kepala sekolah yang memiliki jabatan atau posisi yang tinggi di sekolah membuat dirinya memiliki kewenangan terhadap bawahannya untuk memerintah dan melarang mencakup tugas dan peraturan. Untuk mencapai tugas dan peraturan yang baik maka diperlukan seorang kepala sekolah bukan hanya memiliki jabatan saja, namun juga memiliki pengaruh kewibawaan. Karena dengan kewibawaan, bawahan akan merasa sukarela untuk melaksanakan tugas dan peraturan dengan baik, ini disebabkan adanya ketidakpaksaan dan pembenaran atas apa yang diperintahkan oleh kepala sekolah. Sehingga, segala tugas dan peraturan berjalan dengan lancar.

Maka, dengan kemauannya sendiri bawahan akan mengikuti sekedar pengarahan dari atasannya. Bukan dengan ketakutan yang merangsang gerak jiwanya, melainkan rasa kasih, hormat dan ikatan batin dengan atasannya.52

Sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati yang menyebutkan bahwa kewibawaan ialah pengakuan dan penerimaan secara sukarela terhadap pengaruh dan anjuran yang datang dari orang lain.53 Selain itu, diperkuat oleh pendapat Wahjosumidjo yaitu kewibawaan mempunyai peranan menggerakkan dan mengubah perilaku bawahan ke arah tercapainya tujuan organisasi di samping berbagai teknik

52

Nashir Ali. Dasar-dasar Ilmu Mendidik: 100 Soal Pokok Pendidikan. ( : Kalam

Mulia, 1993). Cet Ke-IV., hal 65. 53

Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007). Cet Ke- 2., hal 159


(50)

kepemimpinan diperlukan pula adanya daya dorong tertentu yang disebut kewibawaan.54

Dalam studi kepemimpinan, dikenal adanya teori karismatik atau kewibawaan (Theory of Charismatic Leadership). Teori ini dikemukakan oleh R.J. House yang dikutip oleh Wahjosumidjo.55 Teori ini menyebutkan bahwa para pengikut memiliki keyakinan yang kuat terhadap pemimpinnya. Pengikut juga menerima pemimpin tersebut sehingga patuh kepada pemimpin dan senang hati serta merasa sayang terhadap pemimpin tersebut. 56Teori ini berhasil dalam memengaruhi rasa tanggung jawab bawahan, hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui lebih dekat cara-cara pemimpin karismatik ini menggunakan kewibawaan pribadinya. Artinya, dengan kewibawaan memengaruhi keberhasilan kepala sekolah dalam hal saling bekerja sama, saling mengetahui dan memahami akan pentingnya pekerjaan yang dilakukan, sehingga antara pemimpin dan bawahan menaruh kepercayaan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

Jadi apabila kata kewibawaan dan kata kepala sekolah dipadukan

menjadi “kewibawaan kepala sekolah” dapat diambil kesimpulan bahwa

kewibawaan kepala sekolah berarti kemampuan kepala sekolah dalam memengaruhi dengan kelebihan dan keistimewaan serta kemampuan berkomunikasi untuk dituruti dan patuhi oleh bawahan terhadap perintah dan larangan tanpa adanya keterpaksaan dan rasa takut terhadap apa yang menjadi tujuan bersama.

b. Macam-macam Kewibawaan

Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati membagi kewibawaan menjadi dua macam, yaitu:

54

Wahjosumijdo. Kepemimpinan dan Motivasi. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986). Cet

Ke- ., hal 118 55

Wahjosumijdo. Op cit, hal 33. 56

Tim FISIP-UT. Kepemimpinan. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005). Cet Ke-1., hal 3.13


(51)

1. Kewibawaan pemimpin/kepala.

Seperti kewibawaan pemimpin organisasi, baik organisasi politik atau organisasi massa, kewibawaan kepala kantor atau kepala sekolah dan sebagainya. Kewibawaan tersebut adalah karena jabatan dan kekuasaan.

2. Kewibawaan keistimewaan.

Seperti kewibawaan seseorang yang mempunyai kelebihan atau keunggulan di bidang tertentu. Di antara kelebihan yang dapat menimbulkan kewibawaan seseorang ialah:

a. Kelebihan di bidang ilmu pengetahuan, baik umum maupun agama.

b. Kelebihan di bidang pengalaman, baik pengalaman hidup maupun pekerjaan.

c. Kelebihan di bidang kepribadian, baik di bidang akhlak maupun sosial.

d. Kelebihan di bidang harta baik harta tetap maupun harta berpindah-pindah.

e. Kelebihan di bidang keturunan yang mewarisi charisma leluhurnya.57

Lain halnya dengan pandapat M. Ngalim Purwanto yang membagi kewibawaan menjadi dua macam, yaitu:

1. Kewibawaan pendidikan

Kewibawaan yang didapat karena jabatan atau berkenaan dengan jabatan sebagai pendidik, diserahkan sebagian tugas orang tua kepada kepala sekolah dan guru untuk mendidik anak-anaknya. 2. Kewibawaan memerintah

Kepala sekolah dan guru memiliki kekuasaan yang diperoleh dari pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Sehingga kepala sekolah dan guru mempunyai kewenangan dalam memerintah dan kewibawaan yang dimiliki untuk memerintah peserta didik untuk mencapai pendewasaan.58

Adapun menurut Jhon R.P French dan Bertram Raven yang dikutip oleh Wahjosumijdo macam-macam kewibawaan yaitu sebagai berikut :

57

Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, op.cit., hal 159-160

58


(52)

1. Kewibawaan Formal

Bawahan melakukan sesuatu karena pemimpin memiliki kekuasaan untuk meminta bawahan dan bawahan mempunyai kewajiban menuruti atau mematuhinya.

Dapat diartikan bahwa seorang pemimpin dipilih secara formal dan resmi sehingga ia memiliki kekuasaan untuk memerintah, sehingga bawahan pun mempunyai kewajiban untuk menuruti, disebabkan adanya surat keputusan yang memberikan kewenangan atas jabatan yang diberikan kepada pemimpin.

2. Kewibawaan berdasarkan Hadiah

Bawahan mengerjakan sesuatu agar memperoleh penghargaan yang miliki oleh pemimpin.

Penghargaan yang ditawarkan dapat berupa kenaikan pangkat, pemberian uang, atau hanya sekedar ucapan terima kasih sebagai tanda penghargaan yang telah dicapai bawahan.

3. Kewibawaan yang dipaksakan

Bawahan mengerjakan sesuatu agar dapat terhindar dari hukuman yang dimiliki oleh pemimpin.

Seorang pemimpin harus menjadi pengendali dalam organisasinya, dalam hal ini pemimpin dapat pula memberlakukan hukuman, ancaman, pemecatan, dan mutasi kepada bawahannya agar menuruti peraturan yang telah ada dalam organisasi.

4. Kewibawaan berdasarkan keahlian

Bawahan mengerjakan sesuatu karena bawahan percaya bahwa pemimpin memiliki pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang diperlukan.

Seorang pemimpin memiliki keahlian dalam bidang tertentu melalui pendidikan dan pengalaman. Karena dengan pengalaman yang luas memberikan tanggapan bahwa pemimpin tersebut mempunyai keistimewaan yang lebih dari pada yang lainnya.


(53)

Sehingga bawahan akan mematuhi instruksi yang diberikan oleh pemimpin tersebut.

5. Kewibawaan teladan

Bawahan melakukan sesuatu karena bawahan merasa kagum terhadap pemimpin, bawahan merasa kagum atau membutuhkan untuk menerima restu pemimpin, dan mau berperilaku pula seperti pemimpin.59

Bawahan merasa kagum karena adanya keteladanan yang dimiliki pemimpin, setiap perkataan dan perbuatan pemimpin tersebut terasa patut dilaksanakan dan dijadikan anutan.

Menurut Amitai Etzione yang dikutip oleh dalam buku Wajosumidjo membagi kewibawaan menjadi dua macam. Pertama, kewibawaan seorang pemimpin yang timbul karena kedudukan atau hirarki jabatan formal; kedua, kewibawaan seorang pemimpin yang menimbulkan kesadaran bawahan untuk menerima kewibawaannya, karena dirasakan benar dan baik. Sehingga bawahan merasa bersatu dengan atasan.60

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati mengungkapkan beberapa macam-macam kewibawaan ditinjau dari daya yang mempengaruhi, yaitu sebagai berikut:

1) Kewibawaan lahir

Kewibawaan lahir adalah kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan lahiriah seseorang, seperti : bentuk tubuh yang tinggi besar, pakaian lengkap dan rapi, tulisan yang bagus, suara yang keras dan jelas, akan menimbulkan kewibawaan lahir.

2) Kewibawaan batin

Adalah kewibawaan yang didukung oleh keadaan batin seseorang seperti :

a. Adanya rasa cinta, yaitu kewibawaan itu dapat dimiliki oleh seseorang, apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau kepada orang lain.

b. Adanya rasa demi kamu, demi kamu atau you attitude yaitu sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, tetapi untuk kepentingan orang yang

59

Wahjosumijdo, op.cit., hal 20-21 60


(1)

131

Tabel 4.4

Struktur Organisasi SMK Triguna Utama

Alasan SMK Triguna Utama memilih bentuk orgnisasi ini karena memiliki kelebihan seperti partisispasi pada para guru-guru dan karyawan yang sangat tinggi, sehingga memudahkan pimpinan melakukan komando pada para bawahannya dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kemudian terciptanya kedisiplinan yang tinggi pada para guru dan pegawai (karyawan).


(2)

132

Selain itu, produktivitas kinerja pada masing-masing bagian fungsional dan operasional berjalan, sebab spesialisasi kinerja dimanfaatkan secara maksimal. Sekolah adalah sebuah organisasi pendidikan yang berfungsi untuk mencerdaskan bangsa. Dalam sekolah juga memeliki 2 bentuk struktur organisasi, yaitu struktur organisasi garis dan struktur organisasi fungsional. Kedua struktur organisasi itu dipakai karena sekolah merupakan fondasi dari suatu lembaga pendidikan. Sehingga dengan digunakannya struktur organisasi tersebut diharapkan dapat membuat sistem kepengurusan organisasi yang terpadu dan teladan. Dua struktur tersebut yaitu :

1) Struktur organisasi garis/staff adalah organisasi yang terencana,

maksudnya semua keputusan dikaji secara detail. Pada organisasi ini wewenang atasan mutlak adanya, jadi atasan memiliki bawahan khusus yang menerima langsung perintah atasan tersebut. Kepada atasan bawahan tersebut harus bertanggung-jawab atas pelaksanaan pekerjaannya. Dalam hal ini terdapat satu atau beberapa staff yang bertugas memberi nasehat ataupun saran-saran yang sesuai dengan bidangnya kepada pimpinan dalam organisasi tersebut. Dalam hal ini Kepala Sekolah menugaskan kepada wakilnya dan wakilnya menugaskan kepada para guru dalam menjalankan suatu sistem pendidikan.

2) Struktur Organisasi Fungsional adalah fungsi-fungsi yang ada dalam

organisasi tersebut, seperti fungsi kesiswaan, kurikulum, tata usaha, administrasi dan sebagainya. Dalam organisasi fungsional, seorang staff tidak bertanggung-jawab kepada satu atasan saja. Pimpinan memiliki wewenang pada satuan-satuan organisasi di bawahanya untuk bidang pekerjaan tertentu. Pimpinan berhak memerintah semua karyawan di semua bagian selama masih ada hubungannya dengan bidang pekerjaan yang dimaksud.


(3)

(4)

(5)

(6)