Penanaman Modal Asing PMA
60
2012:118. Agar dapat dimodelkan dengan ARMA atau ARIMA maka hal pertama adalah data harus
stationer. Berdasarkan pengujian stasioneritas data PMA didapatkan hasil bahwa data tidak stasioner
pada tingkat level, dan stasioner pada different tingkat pertama.Pada different tingkat pertama dari
data PMA, diberikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.6 Correlogram 1
st
Different
Autocorrelation Partial Correlation
AC PAC
Q-Stat Prob
| . | | . |
1 -0.417 -0.417 4.0211
0.045 . |. |
. | . | 2
0.238 0.078
5.4048 0.067
. | . | . | . |
3 -0.022 0.125
5.4168 0.144
. | . | . | . |
4 0.006
0.024 5.4178
0.247 . | . |
. | . | 5 -0.073 -0.111
5.5734 0.350
. | . | . | . |
6 0.071
0.004 5.7309
0.454 . | . |
. | . | 7 -0.117 -0.066
6.1907 0.518
. | . | . | . |
8 -0.018 -0.109 6.2022
0.625 . | . |
. | . | 9
0.169 0.188
7.3461 0.601
. | . | . | . |
10 -0.111 0.064
7.8918 0.639
. | . | .| . |
11 -0.099 -0.246 8.3751
0.679 . | . |
.| . | 12 -0.048 -0.271
8.5006 0.745
Sumber : Data diolah tahun 2015 Pada Tabel 4.6 dapat terlihat bahwa probabilitas
keseluruhan data diatas lebih besar dari α=5 yang dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan sudah stasioner,
selain itu dari kolom autocorrelation dan partial correlation menunjukkan bahwa data yang digunakan
tidak mengandung autokorelasi.
61
Selanjutnya dilakukan analisis pembentukan model dengan mengklasifikan model-model ARIMA dan
melihat nilai R-square, probabilitas, AIC, SIC, dan SSR, seperti yang terlihat dalam Tabel 4.13 berikut ini :
Tabel 4.7 Klasifikasi Model ARIMA
Model AR dan MA
ARIMA Model 1
AR 1 1,1,0
Model 2
MA 1 0,1,1
Model 3
AR 1 MA 1 1,1,1
Setelah diperoleh
model-model alternatif
maka dapat dilanjutkan dengan estimasi menggunakan
program Eviews6. b Estimasi dari Model
Untuk mengestimasi model dari parameter pada Tabel 4.7 peneliti menggunakan program Eviews6
dan diperoleh ringkasan hasil estimasi dari model- model tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 4.8
sebagai berikut :
62
Tabel 4.8 Rangkuman Estimasi Model ARIMA
Sumber : Data diolah tahun 2015 Pada Tabel 4.8 nilai probabilitas yang signifikan
atau lebih kecil dari α=5 adalah model 3, dengan kata lain model 1 dan model 2 tidak signifikan atau
tidak memenuhi diagnostic cheking. Selanjutnya dilakukan
pengamatan melalui
nilai R-squared
yaitu diantara 3 model diatas yang paling besar adalah model 3, dan terakhir dengan melihat nilai
SSR, AIC, dan SIC dimana jika nilainya rendah maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut
yang paling baik, dalam Tabel 4.3 diatas maka dapat disimpulkan bahwa model 3
merupakan model
yang layak
dalam penelitian
ini dan
merupakan model terbaik yang memenuhi kriteria karena prilaku data deret waktu akan lebih baik
dijelaskan melalui penggabungan antara model AR
Model Prob
R-squared Sum Squared
Residual SSR AIC
SIC
model 1 0,0755
0,174 2,57E+21
49,4 49,5
model 2 0.1830
0,134 2,70E+21
49,39 49,49
model 3 0,0007
0,0123 0,34
2,05E+21 49,27
49,42
63
dan MA. Dengan kata lain, nilai Y
t
tidak hanya dipengaruhi oleh nilai peubah tersebut, tetapi juga
oleh residual
peubah tersebut
pada periode
sebelumnya Juanda, 2012:73. c Evaluasi Model
Dalam melakukan evaluasi dari model yang dipilih maka dilakukan uji statistik dari model sebagai
berikut: Tabel 4.9
Uji Q-Statistik
Autocorrelation Partial Correlation
AC PAC
Q-Stat Prob
.| . | .| . |
1 -0.229 -0.229 1.1649
. | . | . | . |
2 0.108
0.059 1.4390
. | . | . | . |
3 0.125
0.171 1.8261
0.177 . | . |
. | . | 4 -0.121 -0.070
2.2142 0.331
. | . | . | . |
5 0.007 -0.070
2.2157 0.529
. | . | . | . |
6 0.095
0.091 2.4918
0.646 .| . |
. | . | 7 -0.216 -0.156
4.0425 0.543
. | . | . | . |
8 0.074 -0.031
4.2411 0.644
. | . | . | . |
9 0.135
0.185 4.9730
0.663 . | . |
. | . | 10 -0.108
0.012 5.4885
0.704 . | . |
.| . | 11 -0.101 -0.243
5.9937 0.741
. | . | .| . |
12 -0.086 -0.215 6.4171
0.779
Sumber : Data diolah tahun 2015 Pada Tabel 4.9 dapat terlihat bahwa pengujian
residual yang dilakukan pada model 3 didapatkan hasil bahwa ACF dan PACF dari nilai residual
tidak ada yang signifikan sampai pada lag ke 12 yang berarti model baik untuk melakukan proyeksi.
64
d Prediksi atau Peramalan. Terdapat dua metode dalam melakukan proyeksi,
yaitu static forcast untuk satu langkah kedepan dan model dynamic forcast untuk beberapa langkah
kedepan Rosadi, 2012:160. Dalam analisis ini metode
yang dipakai
adalah metode
dynamic forcast
untuk memproyeksikan
dalam beberapa
tahun kedepan.Hasil dari peramalan dari model 3 untuk PMA 5 tahun kedepan, diperoleh grafik yang
ditunjukkan pada Gambar 4.3 sebagai berikut : Gambar 4.3 Forecasting PMA Tahun 1994-2019
Sumber : Data diolah tahun 2015 Dari Gambar 4.3 memberikan output RMSE, MAE, dan
MAPE untuk
mengukur kesalahan
peramalan. Pada
Gambar 4.3 dihasilkan nilai rata-rata kuadrat kesalahan sebesar
1.03E+10RMSE, sedangkan
rata-rata absolut
kesalahan sebesar
7.71E+09 MAE
dan rata-rata
persentase absolut
kesalahan sebesar
103.3955
-4E+10 -3E+10
-2E+10 -1E+10
0E+00 1E+10
2E+10 3E+10
4E+10 5E+10
96 98
00 02
04 06
08 10
12 14
16 18
PMAFDYN ± 2 S.E.
Forecast: PMAFDYN Actual: DPMA
Forecast sample: 1994 2019 Adjusted sample: 1996 2019
Included observations: 19 Root Mean Squared Error
1.03E+10 Mean Absolute Error
7.71E+09 Mean Abs. Percent Error
103.3955 Theil Inequality Coefficient 0.516389
Bias Proportion 0.001986
Variance Proportion 0.538648
Covariance Proportion 0.459365
65
MAPE.Berdasarkan ukuran
RMSE maka
diketahui bahwa tingkat kesalahan peramalan relatif kecil yaitu
sebesar 1.03 yang berarti model baik untuk melakukan peramalan, berikut hasil peramalan PMA Jawa Barat 5
tahun kedepan pada tabel 4.10. Tabel 4.10
Hasil Forecasting PMA Tahun 2015-2019 Tahun
PMA 2015
73243836 2016
77842327 2017
80684570 2018
84844348 2019
88015713 Sumber : Hasil data diolah tahun 2015