Ruang Lingkup Penelitian Metode Analisis

41 1.96Se ρ k 1,96Se........................................................3.1 1.96√1n ρ k 1,96√1n Hipotesis nol H untuk nilai uji ρ k = 0. jika ρ k terletak dalam selang persamaan 3.1, maka keputusannya belum cukup bukti untuk menolak H 0, berarti data stasioner. sebaliknya jika diluar selang persamaan 3.1, keptusan menolak H 0, yang berarti data tidak stasioner Juanda, 2012:24. b Uji Akar Unit Unit Root Test Stationaritas data diperiksa dengan mengamati apakah data runtun waktu mengandung akar unit unit root, yakni apakah terdapat komponen trend yang berupa random walk dalam data dengan dapat menggunakan Augmented Dickey Fuller ADF Rosadi, 2012:38. Pengujian ADF dilakukan dengan menguji hipotesis H : ρ = 0 terdapat unit root dalam persamaan regresi : ∆ Y t = α + δt + ρY t –1 + ∑ j ∆Y t-1 + e t dengan ∆ Y t = Y t – Y t-1 dan ρ = a – 1 Hipotesis nol ditolak jika nilai satistik uji ADF memiliki nilai kurang lebih negatif dibandingkan nilai daerah kritik nilai kritik ini ditabelkan, jika hipotesis nol ditolak, maka data stationer. Dalam mengaplikasikan uji ADF ditentukan banyaknya lag dari komponen diferensi yang akan dimasukkan kedalam model untuk uji ADF digunakan k0. Dalam praktek biasanya dipilih k yang 42 dapat korelasi serial dari residual, yang dapat dilihat dengan lag yang masih signifikan dalam model regresi ADF Rosadi, 2012: 42. 2 Transformasi Data dan Identifikasi Model Apabila data tidak stationer dalam level, maka diperlukan transformasi untuk membentuk data yang staioner. Salah satu cara melakukan tranformasi data untuk membuang komponen trend dengan metode diferensiasi terhadap data dan dilakukan uji akar unit dengan PACF, ACF dan uji ADF dengan melihat apakah terdapat akar unit atau tidak dengan cara mengamati nilai satistik uji ADF memiliki nilai kurang lebih negatif dibandingkan nilai daerah kritik nilai kritik ini ditabelkan, jika hipotesis nol ditolak, maka data stationer dan dapat dilakukan indetifikasi dari model Autoregressivce Moving Average ARMA Autoregressivce Moving Integrated Average ARIMA, Rosadi, 2012:151. 3 Estimasi Parameter dari Model Untuk menggambarkan data hasil diferensiasi menggunakan plot ACFPACF yang akan membentuk grafik ACF dan PACF dengan melihat hasil estimasi korelogram data yang akan menampilkan nilai stasioneritas untuk pembentukan model ARIMA dengan memban dingkan nilai AC dan PAC dengan ±1.96√1n yang berarti signifikan keluar dari batas interval, apabila AC dan PAC diantara Se maka datanya sationer, selanjutnya dapat dilakukan pembemtukan 43 model ARIMA adapun ketentuannya menurut Juanda 2012: 76 yang ditunjukkan pada tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Pola ACF dan PACF Pembentukan Model Model Pola ACF Pola PACF ARp Exponential, exponential- Oscillation atau sinewave Menurun drastis pada lag tertentu cut off MAq Menurun drastis pada lag tertentu cut off Exponential, exponential- Oscillation atau sinewave ARMAp,q Exponential, exponential- Oscillation atau sinewave Exponential, exponential- Oscillation atau sinewave Sumber: Rosadi, Dedi. “Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews”. Yogyakarta: ANDI, 2012. setelah dilakukan pembentukan model, maka mengestimasi parameter-parameter dari model dengan menggunakan metode Least Square Rosadi, 2012:151-153 4 Diagnostic ChekingEvaluasi Model. Untuk melakukan diagnostic cheking dengan menggunakan beberapa kriteria sebagai berikut Rosadi, 2012:155-158: a Dengan melakukan uji t, Uji F, maupun nilai koefesien determinasi R 2 hasil estimasi untuk parameterkoefesien dari model yang dibuat dengan melihat tingkat signifikasi α=5 koefesien dari semua model. 44 b Dengan melihat nilai Schwarz Criterion SC, Akaike info criterion AIC, dan Sum of Squared Regression SSR yang paling minimum dari berbagai model yang dibuat. c Selanjutnya dengan melakukan uji Q-Ljung-BoxQ-statistik dan plot ACFPACF untuk melihat apakah terdapat korelasi serial dalam residual dari hasil estimasi dengan model yang diamati yang ditandai dengan nilai p-value prob dari Q-statistik yang lebih besar dari α=5. 5 Prediksi Tahap terakhir adalah melakukan prediksi atau peramalan berdasarkan model yang dipilih. untuk mengevaluasi kesalahan peramalan bisa menggunakan Root Mean Squares Error RMSE, Mean Absolute Error MAE atau Mean Absolute Error MAPE. dalam kasus pengujian satu model, besar kecilnya kesalahan peramalan lebih tepat dideteksi melalui MAPE Juanda, 2012:91.

E. Operasional Variabel Penelitian.

Operasional variabel merupakan penjabaran yang diterapkan dalam penelitian agar secara jelas dapat ditetapkan indikatornya. Batasan operasional variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan. Hal ini dipandang perlu agar ada kesamaan makna atas suatu variabel yang mungkin mempunyai makna ganda. Dalam pendefinisian variabel-variabel sampai dengan kemungkinan pengukuran dan cara pengukurannya. 45 Tabel 3.2 Operasional Variable Variabel Skala Satuan Investasi PMA dan PMDN Ratio Numeric Tenaga Kerja Ratio Numeric Pertumbuhan Ekonomi PDRB Ratio Numeric Sumber: Rosadi, Dedi. “Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews”. Yogyakarta: ANDI, 2012. 1. Investasi Secara konsep, Investasi adalah kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya atau resources saat ini sekarang, dengan harapan mendapatkan manfaat dikemudian hari masa mendatang. Untuk memudahkan pengertian dan perhitungan, maka sumber daya resources ini biasanya diterjemahkan dikonversi kedalam satuan moneter atau uang. Dalam penelitian ini investasi yang digunakan adalah investasi berupa PMA dan PMDN yang terdapat di Provinsi.Dimana PMAPenanaman Modal Asing bersumber dari modal atau investasi yang ditanamkan oleh pihak luar negeriasing,sedangkan PMDNPenanaman Modal Dalam Negeri bersumber dari modal atau investasi yang ditanamkan oleh pihak dalam negerilokal. 2. Tenaga Kerja Jumlah penduduk yang sedang dan siap untuk bekerja dan pengertian kualitas kerja yang diberikan secara umum.Dalam penelitian 46 ini tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. 3. Pertumbuhan Ekonomi Perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi secara langsung dihitung dari data pendapatan nasional riil yang tersedia. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksudkan adalah pertumbuhan dengan indikator PDRB Provinsi Sumatera Selatan yang dihitung dengan formula, Sukirno, 50:2011: dimana g adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam persen. PNriil1 adalah pendapatan nasional untuk tahun perhitungan dan PNriil0 adalah pendapatan nasional tahun sebelumnya. PDRB Produk Domestik Reginal Bruto Merupakan suatu indikator dalam kegiatan ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah tertentu berdasarkan atas harga berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB yang dimaksudkan merupakan hasil dari kegiatan sektor-sektor ekonomi yang terdapat di daerah tersebut dengan batasan jangka waktu tertentu yang biasanya dalam jangka waktu satu tahun. PDRB dalam penelitian ini menggunakan data perkembangan PDRB atas dasar harga konstan di Provinsi Jawa Barat tahun 1994-2014. 47

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambaran umum objek penelitian adalah menyajikan keadaan objek penelitian secara umum Hamid, 2006:51, dalam penelitian ini menyajikan letak geografis, kependudukan dan ketenagakerjaan, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan invetasi di daerah Provinsi Jawa Barat. 1. Letak Geografis Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5?50’ - 7?50’ Lintang Selatan dan 104 ?48’ - 108? 48’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah: a Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta b Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah c Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia d Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten. Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10 dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mmth dengan tingkat intensitas 48 hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai DAS dengan debit air permukaan 81 milyar m3tahun dan air tanah 150 juta m3th.Provinsi Jawa Barat merupakan bagian dari Negara Kesatuan RepIndonesia yang terletak di kawasan pulau Jawa seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Barat Sumber:Jawa Barat Dalam Angka 2013 Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 27 kabupatenkota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat