Pengamatan secara visual Pengujian Tudung dan Reflektor

13

2.4.2 Komposisi Hasil Tangkapan

Analisis data terhadap komposisi hasil tangkapan menggunakan analisis kuantitatif secara deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan komposisi hasil tangkapan yang diperoleh dari hasil kegiatan penangkapan selama penelitian. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka dan digambarkan dalam bentuk grafik.

2.4.3 Pengaruh Penggunaan Penutup Lampu, Waktu Penangkapan dan

Interaksi Antar Penutup Lampu dengan Waktu Penangkapan terhadap Hasil Tangkapan Analisis pengaruh penggunaan penutup lampu berbeda, interval waktu penangkapan dan interaksi antara penutup lampu berbeda dengan interval waktu penangkapan terhadap hasil tangkapan menggunakan rancangan acak faktorial RAF. RAF digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan penutup lampu berbeda dan interval waktu penangkapan terhadap hasil tangkapan serta mengetahui interaksi antara penutup lampu dengan waktu penangkapan. Menurut Matjik dan Sumertajaya 2000, rumus perhitungan RAF adalah sebagai berikut: Keterangan : Y ijk µ α i β j αβ ij ε ijk : : : : : : Nilai pengamatan pada faktor A penutup lampu taraf ke-i, faktor B interval waktu penangkapan taraf ke-j dan ulangan ke-k; Rataan umum; Pengaruh utama faktor A; Pengaruh utama faktor B; Interaksi faktor A dan faktor B; dan Pengaruh acak yang menyebar normal; Asumsi yang digunakan α i ~ N 0,σ 2 α ; β j ~ N 0,σ 2 β ; αβ ij ~ N 0,σ 2 αβ . Adapun hipotesisnya adalah: - Pengaruh utama faktor A penutup lampu : H : α 1 = α 2 = α 3 = 0 penutup lampu tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan; H 1 : α i ≠ 0 minimal ada satu penutup lampu yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan; - Pengaruh utama faktor B waktu: H : β 1 = β 2 = 0 interval waktu tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan; H 1 : β i ≠ 0 minimal ada satu interval waktu berpengaruh terhadap hasil tangkapan; - Interaksi faktor A dan faktor B penutup lampu dengan waktu H : αβ 11 = αβ 12 = … = βα ab = 0 tidak ada interaksi antara penutup lampu dengan interval waktu penangkapan; H 1 : αβ ij ≠ 0 minimal ada sepasang interaksi terhadap hasil tangkapan. � = � + + + + � 14 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pola Sebaran Cahaya Lampu

Pemahaman terhadap pola sebaran cahaya lampu yang digunakan akan mempermudah dalam merancang penutup lampu. Hal ini karena arah pancaran cahaya lampu harus diketahui terlebih dahulu, sehingga bentuk reflektor dapat ditentukan. Pola sebaran cahaya dari lampu menjadi dasar dalam perancangan sebuah reflektor Puspito 2012. Hasil pengukuran intensitas cahaya lampu pijar 300 watt tanpa penutup lampu pada medium udara dengan luxmeter menunjukkan bahwa cahaya tidak menyebar secara merata di sekeliling lampu Gambar 7. Pola sebaran cahaya terpancar ke sekeliling ruang dengan intensitas tertinggi terdapat pada  = 180 o 673 lux dan terendah  = 0 o 60 lux. Peningkatan intensitas yang sangat signifikan terjadi pada  = 0 o 60 lux - 15 o 435 lux. Perubahan drastis ini diakibatkan cahaya dari wolfram terhalang oleh kepala lampu pada  = 0 . Perubahan intensitas cahaya lampu yang berbeda terdapat pada  = 15 -105 o . Cahaya lampu terhalangi oleh bagian sisi wolfram, kepala lampu dan tiang wolfram . Intensitas cahaya meningkat secara dinamis dimulai dari sudut β 120 o – 180 o . Hal ini karena posisi luxmeter terus bergeser sampai pada titik sempurna. Posisi luxmeter pada sudut 180 o berada tepat di bawah lingkaran wolfram. Penetrasi cahaya yang terjadi pada posisi ini sangat tinggi, karena cahaya tidak terhalang oleh apapun. Hasil pengukuran intensitas cahaya disajikan pada Lampiran 4. Digambar oleh: Supriono Ahmad Gambar 7 Ilustrasi pola sebaran dan intensitas cahaya lampu pijar 300 watt