tubuh langsing adalah yang diharapkan lingkungan, akan membuat anak sejak dini mengalami ketidakpuasan apabila tubuhnya tidak sesuai dengan yang diharapkan
lingkungan, terutama orang tua. Orang tua terpengaruh oleh berbagai iklan yang mengagung-agungkan standar kecantikan ideal seorang wanita yang langsing,
putih, berpostur tinggi, dan sebagainya, sehingga para orang tua khawatir kalau tubuh anak perempuannya berkembang tidak seperti model yang mereka lihat
pada iklan di media massa. Penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro 2004 dengan tema “Remaja
Putri Melek Media” yang dilakukan dengan mewawancarai 100 remaja perempuan berusia 14-18 tahun dalam jenjang pendidikan formal mereka adalah
pelajar SMP maupun SMU di 5 wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat menunjukan bahwa remaja perempuan
pada dasarnya ingin menjadi diri sendiri, mempunyai sikap atau pilihan sendiri dalam menentukan gayanya, tetapi sikap atau kepribadian ini sering terbelah
ketika pesona dari media yang begitu gencar. Remaja perempuan dilematis dalam melihat diri sendiri
2.1.5 Pengaruh Iklan Televisi terhadap Citra Tubuh Wanita Pekerja
Selain pengaruh lain seperti dari keluarga dan lingkungan wanita itu dibesarkan, mungkin tidak ada lagi yang dapat menyebarluaskan dampak dari
pemikiran mengenai fitur keindahan tubuh segencar media massa Melliana, 2006. Televisi salah satunya pesan lewat iklan-iklannya bahwa seorang wanita
harus menarik fisiknya agar dapat diterima. Wanita secara tidak sadar berpaling pada televisi untuk mengukuhkan norma kecantikan terkini, hanya untuk diberi
pembuktian lebih jauh mengenai kekurangan tubuh mereka sendiri. Fitur ideal tersebut mendorong terciptanya harapan akan tubuh impian. Tubuh-tubuh ideal
biasanya ditampilkan dalam majalah, film, televisi, dan dunia periklanan, yang menggambarkan atau menyajikan sosok wanita ideal sebagai suatu figur wanita
yang langsing, berkaki indah, paha, pinggang dan pinggul ramping, payudara cukup besar, dan kulit putih mulus. Melliana, 2006
Wanita adalah konsumen pontensial, terlebih lagi wanita yang sudah memiliki pendapatan sendiri sehingga mereka menjadi sasaran empuk penawaran
berbagai produk kecantikan. Pencitraan ini berakar pada peran perempuan sebagai pengurus rumah tangga dan pemelihara kecantikan. Iklan mendikte perempuan
untuk menjadi ideal dan modern dengan produk-produk kecantikan yang ditawarkan. Perempuan yang cantik harus berkulit putih, berambut lurus,
bertubuh langsing, tidak berjerawat dan berbetis indah. Untuk menjaga kecantikannya, perempuan harus terus menggunakan berbagai produk kecantikan
seperti Citra, Ponds, Nivea, Sunsilk, Pantene, dan teh pelangsing. Dengan kemajuan teknologi masa kini, standar kecantikan menjadi global
dan universal. Maksudnya, standar pembentukan citra tubuh yang digambarkan oleh iklan kosmetika dunia menjadi megatrend bagi hampir semua manusia di
dunia. Globalisasi pula yang menyebabkan trend bentuk tubuh ideal ini menuji kesatu arah, yaitu langsing dan proposional Melliana, 2006.
Iklan lowongan pekerjaan di surat kabar atau majalah contohnya, iklan tersebut turut mengsubordinasi wanita dalam hal penampilan. Seperti yang
dikemukakan oleh Wolf 2004 yang mengemukakan istilah Professional Beauty Qualification PBQ sebagai unit seleksi utama kerja perempuan. Dimana hanya
perempuan yang dianggap menarik yang dapat diterima untuk bekerja. Di dalam lingkungan kerja, untuk mendapatkan suatu pekerjaan tertentu, perempuan
terlebih dahulu mengikuti mekanisme seleksi pekerjaan, dan tentu saja, menciptakan kategori ‘cantik’ sebagai mekanisme seleksi pekerjaan, biasanya
pada seleksi tersebut dicari hanya untuk wanita yang “menarik”. Contohnya, iklan lowongan pekerjaan dari internet untuk Lowongan SPG BA BC Cosmetic PT.
MARTINA BERTO. Dimana kualifikasi kriteria karyawan yang dibutuhkan memiliki persyaratan : Umur maximal 25 tahun, belum berkeluarga,
berpenampilan menarik, pendidikan minimal SMU, memiliki kulit sehat dan bersih, dan bersedia ditempatkan di luar kota. Hal ini menggambarkan wanita
hanya ditempatkan sejauh mana ia dapat menarik perhatian, tidak diukur dari kualitas dia bekerja. Tentu saja hal ini menyudutkan wanita yang secara fisik
“tidak menarik” tetapi mempunyai kemampuan untuk bekerja yang sama atau bahkan lebih baik.
2.1.6 Dampak Pencitraan Tubuh Ideal Pada Wanita Pekerja