Ikhtisar ORIENTASI TUBUH WANITA DAN HUBUNGANNYA

iklan produk kecantikan dalam waktu 20 detik atau lebih perharinya, dikategorikan sebagai wanita bekerja dengan label intensitas tinggi. Sebagian besar wanita bekerja yang tidak melihat tayangan iklan kecantikan sampai habis biasanya karena tidak ada waktu, tidak sempat, bosan, malas menonton televisi atau iklan produk kecantikan, dan sebagainya. Hal ini bisa dilihat dari kutipan sebagai berikut: “… yah, males aja ngeliat acaranya sampe abis neng, kita kan juga banyak kerjaan..”Imas, Cihideung Udik

8.4 Ikhtisar

Citra tubuh mengacu pada gambaran seseorang tentang tubuhnya yang dibentuk dalam pikirannnya, yang lebih banyak dipengaruhi oleh self-esteem orang itu sendiri, daripada oleh penilaian orang lain tentang kemenarikan fisik yang sesungguhnya dimiliki orang tersebut, serta dipengaruhi pula oleh keyakinannya sendiri dan sikap terhadap tubuh sebagaimana gambaran tubuh ideal dalam masyarakat. Citra tubuh yang secara umum dibentuk dengan melakukan perbandingan dengan orang lain, biasanya seseorang yang dijadikan patokan individu tersebut dalam standar kecantikan tertentu. Citra tubuh merupakan hal yang dipelajari. Proses pembelajaran citra tubuh ini sering kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain selain individu sendiri, yaitu keluarga dan masyarakat. Sehingga dapat disimpulakan citra tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat fisik dibentuk oleh banyak faktor. Citra tubuh yang merupakan cara pandang mempunyai dua komponen cara berfikir, yaitu cara berfikir positif dan cara berfikir negatif. Cara berfikir yang positif atau negatif merupakan hal terpenting dalam meningkatkan atau menurunkan citra tubuh kita. Alasan mengapa banyak perempuan merasakan tubuh mereka sebagai suatu masalah adalah karena hampir seluruh kebudayaan di dunia, tak terkecuali kebudayaan kita, baik wilayah perkotaan maupun wilayah pedesaan mengajarkan kepada para wanita harus berpenampilan menarik untuk dihargai, yang kemudian menciptakan standar kecantikan yang tidak sehat dan sulit dicapai. Peran media massa, khususnya iklan produk kecantikan turut menginjeksi wanita bentuk tubuh yang ideal standar kecantikan. Sebuah penelitian menjelaskan bahwa persepsi terhadap tubuh sering kali terdistorsi atau menyimpang, yang disebabkan karena kurang percaya diri, rasa tidak puas dengan keadaan fisiknya dan mempunyai persepsi yang salah terhadap tubuhnya Arkoff, 1976 dalam Melliana 2006. Oleh sebab itu ketika perempuan mempunyai gambaran ideal tentang tubuh yang berlawanan dengan citra tubuh nyatanya, ini mengindikasikan betapa ia mengalami ketidakpuasan terhadap tubuhnya sendiri. Tabel 27. Sebaran Responden Menurut Wilayah terhadap Citra Tubuh Wanita Tahun 2009 Citra tubuh Wilayah orang Total orang Persen Kota Persen Desa Persen Positif + 11 36.66 12 40 23 38.333 Negatif - 19 63.33 18 60 37 61.66 Total 30 100 30 100 60 100 Hasil dari data tabulasi silang Tabel 27. menjelaskan bahwa sebagian besar faktor-faktor yang diteliti memiliki pengaruh dalam penilaian wanita bekerja dalam menilai dirinya. Umumnya, semakin tinggi faktor-faktor yang diteliti karakteristik internal, penilaian lingkungan sosial, lingkungan tempat kerja, tuntutan pekerjaan, kelompok sosial dalam masyarakat dan iklan produk kecantikan di televisi mempengaruhi orientasi tubuh wanita bekerja. Sehingga dalam pembentukan citra tubuh pada seseorang dibentuk bukan hanya oleh satu faktor semisal usia, tetapi pengaruh berbagai faktor-faktor yang saling berhubungan satu sama lainnya. Banyaknya para wanita bekerja yang mengalami masalah ketidakpuasan terhadap sosok tubuhnya pada saat ini disebabkan adanya kesenjangan tubuh ideal yang didasarkan pada budaya yang saat ini berlaku, yaitu bahwa tubuh ideal bagi perempuan adalah langsing, dengan kenyataan tubuh yang mereka miliki saat ini, yaitu bahwa kebanyakan para wanita bekerja wilayah perkotaan dan pedesaan memiliki tubuh yang lebih gemuk atau sedikit melebihi standar. Ketika para wanita semakin tidak puas akan tubuhnya dapat menyebabkan body image dilemma Melliana, 2006.

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Wanita bekerja di wilayah perkotaan dan pedesaan memiliki karakteristik individu yang berbeda. Perbedaan ini dilihat dari usia responden, tingkat pendidikan formal, gaya hidup akan kecantikan, aktifitas pekerjaan, dan pendapatan keluarga. Dari usia, kebanyakan responden wilayah perkotaan dan pedesaan berada pada usia dewasa antara 29 tahun sampai 45 tahun. Tingkat pendidikan formal wilayah pedesaan cenderung rendah tidak sekolah sampai SD, sedangkan kebanyakan responden wilayah perkotaan memiliki tingkat pendidikan formal sedang SLTP-SLTA. Gaya hidup akan kecantikan wilayah perkotaan dan pedesaan umumnya berada di rentan gaya hidup sedang yaitu antara 2 persen sampai 14 persen dari total pendapatan keluarga. Dilihat dari aktifitas pekerjaan, wanita bekerja wilayah perkotaan memiliki aktifitas di dalam ruangan dan berhubungan langsung dengan publik, karena sebagian besar dari mereka bekerja di sektor industri, lain halnya dengan wanita bekerja wilayah pedesaan, semua wanita melakukan aktifitas bekerjanya di lapangan, karena mereka semua bergerak pada sektor pertanian yaitu buruh tani setengah hari. Sedangkan untuk tingkat penghasilan rumah tangga, kebanyakan responden baik wilayah perkotaan dan pedesaan menempati tingkat pendapatan sedang, yakni untuk wilayah perkotaan antara Rp. 2.500.000,- sampai dengan Rp.10.000.000,- dari pendapatan sebulan, dan wilayah pedesaan antara Rp.800.000,- sampai dengan Rp.1.300.000 dari pendapatan sebulan. Hubungan Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi tubuh wanita bekerja wilayah perkotaan dan pedesaan yaitu: 1. Hubungan karakteristik individu Usia, Tingkat pendidikan formal, Gaya hidup, aktifitas pekerjaan, dan tingkat pendapatan memiliki hubungan positif nyata terhadap orientasi tubuh wanita bekerja. Artinya, semakin tinggi Usia, Tingkat pendidikan formal, Gaya hidup, aktifitas pekerjaan, dan tingkat pendapatan maka semakin tinggi pula orientasi tubuh wanita bekerja.