Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja Hubungan Aktifitas Pekerjaan dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja

mengembalikan kekencangan kulit, sehingga para wanita semakin banyak pula menggunakan produk kecantikan yang ada. Semakin tinggi kadar ketakutan seorang wanita, semakin tinggi pula rasa ketidakpuasan wanita tersebut kepada tubuhnya. Sehingga jika seorang wanita merasa tidak nyaman dan tidak bahagia dengan tubuhnya, ia juga tidak bahagia terhadap dirinya.

8.1.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja

Berdasarkan hasil uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai +0,903 artinya antara tingkat pendidikan formal dengan orientasi tubuh wanita bekerja memiliki hubungan yang positif nyata, semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka semakin tinggi orientasi tubuh pada wanita yang bekerja. Wanita yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki citra tubuh yang negatif 59,25, sedangkan sebagian wanita tingkat pendidikan sedang memiliki citra tubuh yang negatif 69,23, wanita berpendidikan tinggipun sebagian besar memiliki citra tubuh yang negatif 60. Tabel16. Sebaran Responden Menurut Kategori Tingkat Pendidikan dan Citra Tubuh Wanita Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 Karakteristik tingkat pendidikan Citra tubuh orang Total orang Persen Positif + Persen Negatif - Persen Tingkat pendidikan rendah 11 40.74 16 59.25 27 45 Tingkat pendidikan sedang 4 30.76 9 69.23 13 21.66 Tingkat pendidikan tinggi 8 40 12 60 20 33.33 Total 23 - 37 - 60 100 Tingkat pendidikan wanita bekerja juga berhubungan dengan cara wanita itu menilai dirinya sendiri. Tentunya perbedaan wawasan berpengaruh dalam cara berfikir seseorang. Cara berfikir yang positif dan negatif merupakan hal terpenting dalam meningkatkan atau menurunkan citra tubuh kita. Jika kita memiliki cara berfikir positif, kita akan dapat menerima perubahan penampilan fisik yang kita alami, tetapi jika berfikir secara negatif, maka kita akan cenderung bersikap kurang menerima atau menolak perubahan yang terjadi dalam tubuh kita.

8.1.3 Hubungan Aktifitas Pekerjaan dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja

Berdasarkan hasil uji Korelasi chi-square diperoleh nilai 0,671 dengan p=0,05 artinya Ho ditolak, hal ini berarti ada hubungan antara aktifitas pekerjaan wanita bekerja di perkotaan dan wanita bekerja di pedesaan terhadap orientasi tubuh wanita bekerja. Hasil yang didapat menunjukan wanita yang bekerja di perkantoran memiliki citra tubuh yang negatif 56,25, wanita yang berhubungan dengan publikpun memiliki citra tubuh yang negatif 71,42, hal yang serupa dialami wanita yang beraktifitas dilapangan sektor pertanian memiliki citra tubuh yang negatif 60. Kesimpulan walaupun aktifitas pekerjaan wanita bekerja berbeda, namun umumnya wanita memiliki citra tubuh yang negatif. Tabel 17. Sebaran Responden Menurut Kategori Aktifitas Pekerjaan dan Citra Tubuh Wanita Bekerja di Kota Bogor Tahun 2009 Karakteristik aktifitas pekerjaan Citra tubuh orang Total orang Persen Positif + Persen Negatif - Persen Pekerja kantor 7 43.75 9 56.25 16 26.66 Berhubungan dengan publik 4 28.57 10 71.42 14 23.33 Bekerja di lapangan 12 40 18 60 30 50 Total 23 - 37 - 60 100 Perempuan pedesaan pada daerah Jawa umumnya bergerak pada sistem pertanian dan bekerja di lapangan. Para wanita di desa Cihideung Udik pun bekerja sebagai buruh tani setengah hari, dimana dalam melakukan aktifitas pekerjaannya mereka tidak diwajibkan memiliki pendidikan yang tinggi, berpenampilan tertentu, dan memiliki kemampuan akan skill tertentu. Kebanyakan wanita di desa Cihideung Udik bekerja di lahan orang lain, dimana kebanyakan pemilik lahan berdomisili di Jakarta. Upah yang mereka terima dengan bekerja sebagai buruh tani setengah hari hanya setengah dari upah yang diterima oleh para pria. Alasan utama mengapa para wanita di cihideung udik bekerja yaitu untuk menambah perekonomian keluarga Sedangkan perempuan perkotaan kebanyakan bekerja dibidang industri dan jasa. Wanita bekerja perkotaan melakukan aktifitas pekerjaannya di dalam ruangan maupun bertemu dengan publik luas. Persyaratan untuk memasuki lapangan pekerjaan menuntut mereka memiliki syarat-syarat tertentu yang ditentukan oleh pihak yang terkait. Salah satu syarat-nya dengan berpenampilan menarik, memiliki tinggi badan dan berat badan tertentu atau menurut Wolf 2002 disebut sebagai PBQ Professional Beauty Qualification kualifikasi kecantikan profesional. PBQ biasanya digunakan sebagai syarat memasuki lingkungan kerja ataupun promosi kenaikan jabatan. Kecantikan seorang perempuan menjadi kualifikasi yang bonafide untuk mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu wanita di perkotaan lebih memperdulikan penampilan fisik dibandingkan wanita di pedesaan.

8.1.4 Hubungan Gaya Hidup dengan Orientasi Tubuh Wanita Bekerja