Penelitian Utama Tahap 2 Formulasi Jelly Drink Berbasis Rumput Laut (Eucheuma cottonii) dan Spirulina platensis

komersial maupun Spirulina kultur mempunyai aktivitas antioksidan namun sangat lemah. Sumber antioksidan yang terkandung dalam Spirulina diantaranya adalah fikosianin, betakaroten, tokoferol, γ-linoleic acid dan komponen fenol. Selenium yang terkandung dalam fikosianian memiliki aktivitas yang kuat dalam menghambat radikal superoksidase dan hydrogen peroksida Merdekawati dan Susanto 2009. Tingginya nilai IC 50 pada Spirulina kultur mengindikasikan bahwa kandungan komponen antioksidannya lebih rendah. Kadar nitrogen dalam media kultur dan juga suhu kulvitasi berpengaruh terhadap sintesis komponen fenol. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Colla et al. 2007 menunjukkan bahwa kandungan fenol yang tinggi didapatkan pada kultur dengan penambahan sodium nitrat sebanyak 1,875 gL atau 2,5 gL dan suhu 35 o C. Apabila kadarnya berkurang atau berada dibawah standar maka proses sintesis fikosianin dan komponen lain akan terganggu. Kultivasi yang dilakukan dilaboratorium menggunakan sumber N sebanyak 0,13 gL dengan suhu 29 o C. Hal inilah yang diduga manjadi penyebab rendahnya aktivitas antioksidan Spirulina hasil kultur. Aktivitas antioksidan yang rendah pada Spirulina hasil kultur diduga karena sampel yang digunakan tidak diekstrak terlebih dahulu. Berdasarkan hasil penelitian Herrero et al. 2004 diketahui Spirulina yang diekstrak menggunakan etanol memiliki nilai IC 50 sebesar 91,4 ppm dan rendemen yang didapat lebih besar dibandingkan pelarut heksan dan petroleum eter.

4.3 Penelitian Utama Tahap 2

Konsentrasi Spirulina hasil kultur yang ditambahkan ke dalam jelly drink merupakan konsentrasi terpilih atau formula terpilih hasil penelitian tahap 1. Pengujian yang dilakukan pada tahap ini yakni uji hedonik, uji proksimat, uji aktivitas antioksidan dan perhitungan Angka Kecukupan Gizi AKG. Berdasarkan uji kepentingan didapatkan formula terpilih yaitu penambahan Spirulina 0,4. Pada tahap ini dilakukan pembuatan jelly drink dengan perlakuan penambahan Spirulina 0 kontrol, penambahan Spirulina komersial 0,4 dan penambahan Spirulina hasil kultur 0,4. Pengujian yang dilakukan meliputi uji hedonik, uji proksimat kadar air, kadar abu, kadat protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat, uji kadar serat pangan, dan uji aktivitas antioksidan. 1 Uji sensori Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui daya terima atau tingkat kesukaan panelis terhadap jelly drink yang ditambah Spirulina komersial dan Spirulina hasil kultur. Faktor utama yang diperhatikan adalah parameter sensori dari rasa dan warna karena parameter tersebut yang paling diperhatikan konsumen ketika akan memilih suatu minuman. Parameter sensori lain seperti aroma, penampakan, daya sedot tetap menjadi pertimbangan dalam penentuan formula terbaik dari jelly drink Spirulina. 1 Penampakan Penampakan merupakan faktor utama yang memegang peranan penting terhadap penerimaan konsumen, karena penampakan akan mempengaruhi penilaian awal dari suatu produk. Penampakan bersifat subjektif bergantung pada produk dan tingkat kesukaan konsumen. Nilai rata-rata kesukaan penampakan jelly drink Spirulina disajikan pada Gambar 13. Gambar 13 Nilai rata-rata kesukaan penampakan jelly drink Spirulina. Huruf a,b di atas balok data yang berbeda menunjukkan perbandingan nilai tengah yang berbeda nyata pada taraf nyata 0,05. Berdasarkan uji hedonik yang telah dilakukan dikehui bahwa nilai rata-rata penilaian panelis terhadap penampakan jelly drink Spirulina berkisar antara 5,73-6,17 netral hingga agak suka. Jenis Spirulina yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh berbeda p0,05 terhadap penampakan jelly drink Lampiran 9. Jelly drink yang ditambah Spirulina 0,4 memiliki warna hijau sedangkan jelly drink kontrol memiliki warna kuning kecokelatan. Warna alami Spirulina yang menghasilkan warna hijau diharapkan dapat meningkatkan kesukaan terhadap penampakan jelly drink. 2 Aroma Aroma merupakan salah satu kriteria yang penting bagi konsumen dalam memilih suatu produk. Nilai kesukaan panelis terhadap suatu produk bersifat subjektif tergantung produk dan juga tingkat kesukaan panelis. Nilai kesukaan panelis terhadap aroma jelly drink berkisar antara 5,33-6,23 netral hingga agak suka. Nilai rata-rata kesukaan aroma jelly drink disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Nilai rata-rata kesukaan aroma jelly drink Spirulina. Huruf a,b di atas balok data yang berbeda menunjukkan perbandingan nilai tengah yang berbeda nyata pada taraf nyata 0,05. Jenis Spirulina yang ditambahkan komersial dan kultur tidak memberikan pengaruh berbeda terhadap tingkat kesukaan panelis pada aroma jelly drink Lampiran 9. Aroma jelly drink Spirulina yang kurang disukai diduga karena adanya peningkatan fraksi nitrogen non protein pada jelly drink Spirulina. Nitrogen non protein tersusun atas peptida, urea, amoniak, asam amino bebas Carratu et al. 2003. Penambahan essence leci sebesar 0,1 belum dapat menutupi aroma amis dari Spirulina sehingga perlu peningkatan konsentrasi essence ataupun penggantian essence yang lebih sesuai. 3 Warna Warna merupakan salah satu unsur hidup yang yang mewakili unsur visual. Warna menjadi simbol yang memberi informasi produk dan alat komunikasi untuk memasarkan suatu produk. Warna dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap flavor suatu produk Garber et al. 2000. Warna jelly drink Spirulina yang berasal dari kandungan klorofil dan fikosianian Spirulina juga dapat mempengaruhi persepsi panelis. Nilai rata-rata kesukaan warna jelly drink disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Nilai rata-rata kesukaan warna jelly drink Spirulina. Huruf a,b di atas balok data yang berbeda menunjukkan perbandingan nilai tengah yang berbeda nyata pada taraf nyata 0,05. Jenis Spirulina yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh yang berbeda p0,05 terhadap nilai kesukaan warna jelly drink Lampiran 9. Jelly drink yang ditambah dengan Spirulina kultur memiliki warna hijau lebih cerah bila dibandingkan dengan jelly drink Spirulina komersial yang memiliki warna hijau kecoklatan. Spirulina komersial berbentuk serbuk dan berwarna hijau agak cokelat yang diduga disebabkan oleh proses pengeringan yang dilakukan. Pengeringan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi warna Spirulina. Berdasarkan hasil penelitian Muhammad 2007 diketahui bahwa pengeringan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan degradasi pigmen fikosianin dan klorofil. Hal yang sama juga didapatkan dari hasil penelitian Koca et al. 2006 yang menyatakan bahwa proses pemanasan pada suhu 70 o C akan mengakibatkan degradari klorofil dan kecepatan reaksi degradasinya akan semakin meningkat dengan semakin tingginya suhu pemanasan. 4 Rasa Rasa merupakan sensasi yang terbentuk dari hasil perpaduan bahan pembentuk dan komposisinya pada suatu produk makanan. Rasa merupakan salah satu faktor yang sangat diperhatikan oleh konsumen. Nilai rata-rata kesukaan rasa jelly drink Spirulina disajikan pada Gambar 16. Gambar 16 Nilai rata-rata kesukaan rasa jelly drink Spirulina. Huruf a,b di atas balok data yang berbeda menunjukkan perbandingan nilai tengah yang berbeda nyata pada taraf nyata 0,05. Jenis Spirulina komersial dan kultur yang ditambahkan memberikan pengaruh yang berbeda p0,05 terhadap rasa jelly drink Lampiran 9. Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap rasa jelly drink berkisar antara 5,23–6,43 netral hingga agak suka. Uji lanjut Dunn menunjukkan bahwa kontrol berbeda nyata dengan penambahan Spirulina kultur 0,4 namun penambahan Spirulina komersial 0,4 tidak memberikan pengaruh berbeda nyata dengan penambahan Spirulina kultur 0,4. Rasa jelly drink berasal dari penambahan gula, essence leci dan rasa khas Spirulina. Jelly drink kontrol lebih disukai dibandingkan dengan jelly drink yang ditambah Spirulina karena komponen rasa yang berpengaruh hanya gula dan leci, sedangkan pada jelly drink yang ditambah Spirulina terdapat rasa tambahan yakni rasa khas Spirulina. Jelly drink yang ditambah Spirulina hasil kultur maupun jelly drink yang ditambah Spirulina komersial memiliki tingkat kesukaan rasa yang sama diduga karena faktor yang mempengaruhi rasa jumlah dan jenisnya sama. 5 Daya sedot Salah satu parameter yang diperhatikan dalam penentuan formula jelly drink adalah daya sedot. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap daya sedot berkisar antara 5,57-6,07 netral hingga agak suka. Nilai rata-rata kesukaan daya sedot jelly drink disajikan pada Gambar 17. Gambar 17 Nilai rata-rata kesukaan daya sedot jelly drink Spirulina. Huruf a,b di atas balok data yang berbeda menunjukkan perbandingan nilai tengah yang berbeda nyata pada taraf nyata 0,05. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perbedaan jenis Spirulina komersial dan kultur tidak memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap nilai kesukaan daya sedot jelly drink Lampiran 9. Panelis lebih menyukai jelly drink kontrol dimungkinkan karena teksturnya yang lebih mudah disedot. Spirulina mengandung makromolekul seperti protein yang dapat berinteraksi dengan karagenan yang terkandung dalam rumput laut. Winarno 2008 menyatakan bahwa karagenan dapat berinteraksi dengan makromolekul yang bermuatan, misal protein sehingga mampu menghasilkan berbagai jenis pengaruh seperti peningkatan viskositas, pembentukan gel dan pengendapan. 2 Karakteristik kimia jelly drink Spirulina Analisis kimia yang dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, karbohidrat by difference, serat pangan dan aktivitas antioksidan. Hasil uji proksimat jelly drink Spirulina disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil uji proksimat jelly drink Spirulina Parameter Jelly drink Spirulina komersial Jelly drink Spirulina kultur Jelly drink kontrol Kadar abu 4,22 a 5,96 a 2,175 a Kadar protein 2,20 b 0,78 a 0,396 a Kadar lemak 0,15 a 0,45 a 0,125 a Serat pangan 23,38 b 21,89 b 17,39 a Karbohidrat 70,04 a 70,92 a 79,92 b AntioksidanIC 50 4818,50 a 4899,23 a 12428,50 a • Huruf superscript yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5 dengan uji Duncan yang dihitung berdasarkan basis kering. 1 Kadar abu Menurut Santoso et al. 2007 abu merupakan zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar abu berhubungan dengan kandungan mineral suatu bahan. Kadar abu menggambarkan banyaknya mineral yang terbakar dan menjadi zat tidak dapat menguap selama pengabuan. Kadar abu jelly drink Spirulina kultur lebih tinggi dibandingkan dengan jelly drink Spirulina komersial dan jelly drink control. Jenis Spirulina yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh berbeda p 0,05 terhadap kadar abu Lampiran 11. Kadar abu pada jelly drink berasal dari rumput laut dan Spirulina. Kadar abu yang cukup tinggi pada jelly drink Spirulina mengindikasikan bahwa minuman ini memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi. Mineral yang terkandung dalam Eucheuma cottonii meliputi Na, K, Ca, Mg Fe, Zn, Cu dan iodium Matanjun et al. 2009; Santoso et al. 2006 dan mineral yang terkandung dalam Spirulina platensis yakni Na, K, Ca, Mg, Fe, Cd, Cr dan Cu Tokusoglu dan Onal 2003. Mineral dibutuhkan tubuh sebagai zat pembangun dan pengatur. Konsumsi jelly drink Spirulina yang memiliki kandungan mineral tinggi ini dapat membantu mencukupi kebutuhan konsumsi mineral. 2 Kadar lemak Minyak dan lemak berperan sangat penting dalam gizi tubuh terutama karena merupakan sumber energi dan citarasa. Lemak hewani merupakan sterol yang disebut kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh Winarno 2008. Hasil pengujian lemak pada Tabel 7 menunjukkan bahwa jelly drink Spirulina kultur memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan jelly drink Spirulina komersial dan jelly drink kontrol. Perbedaan Spirulina yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar lemak Lampiran 13. Lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Lemak tersusun atas lemak tidak jenuh dan lemak jenuh. Spirulina mengandung berbagai asam lemak tidak jenuh yang baik untuk kesehatan. Hasil penelitian Tokusoglu dan Onal 2003 menunjukkan bahwa Spirulina mengandung γ-linolenat acid GLA yang kadarnya 4,59 dan diketahui bermanfaat bagi penderita hiperkolesterolemia, alpha-linolenic acid ALA 0,67, linolenic acid LA, eicosapentaeonic EPA 2,48, docosahexaenoic acid DHA sebesar 3,04 , and arachidonic acid AA 0,37. Konsumsi jelly drink Spirulina yang mengandung EPA, DHA dan GLA diharapkan dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan konsumen. 3 Kadar protein Protein memiliki peranan penting bagi tubuh. Protein merupakan sumber gizi utama dan memberikan sifat fungsioanal yang penting dalam membentuk karakteristik produk pangan misal pengental, pengemulsi, pembentuk gel, pembentuk buih dan lain-lain Kusnandar 2011. Hasil pengujian pada Tabel 7 menunjukkan bahwa jelly drink Spirulina kultur dan jelly drink kontrol memiliki kandungan protein lebih rendah dibandingkan jelly drink Spirulina komersial. Perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh berbeda p0,05 terhadap kadar protein. Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 12 b diketahui bahwa kadar protein jelly drink Spirulina komersial berbeda nyata dengan jelly drink Spirulina kultur dan kontrol. Spirulina dikultur dengan sistem batch sehingga penurunan jumlah nutrisi lebih cepat terjadi. Hasil penelitian Danesi et al. 2002 menunjukkan bahwai penmabahan media setiap 24 jam pada sistem fad-batch menghasilkan biomassa lebih banyak dibandingkan dengan penmabahan media setiap 48 jam. Jelly drink yang ditambahkan Spirulina memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan jelly drink yang beredar di pasaran. Minuman jelly drink yang beredar di pasaran memiliki kandungan protein yang lebih rendah diduga karena bahan-bahan yang digunakan tidak berpotensi mengandung protein namun apabila dibandingkan dengan minuman sari kacang hijau, kandungan proteinnya masih lebih rendah. 4 Serat pangan Nutrien dalam makanan akan mengalami perubahan akibat berbagai macam proses pengolahan. Serat pangan memiliki peranan yang sangat penting dalam kesehatan. Hasil penelitian Hardoko 2008 menunjukkan bahwa serat rumput laut dalam bentuk gel pada konsentrasi 15 dari jumlah ransum mampu menormalkan darah hiperkolesterolemia tikus wistar. Perakuan yang diberikan memberikan pengaruh berbeda p0,05 terhadap kadar total serat pangan Lampiran 14 a. Uji lanjut Duncan menunjukan bahwa jelly drink Spirulina berbeda nyata dengan jelly drink kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa Spirulina memiliki kandungan serat pangan. Serat pangan terbagi menjadi dua fraksi yaitu serat yang larut dalam air dan serat yang tidak dapat larut air. Jelly drink Spirulina komersial memiliki kandungan serat pangan tidak larut air 1,213 dan serat larut air 1,881 sedangkan jelly drink Spirulina kultur memiliki kandungan serat pangan tidak larut air 1,317 dan serat larut air 1,738. Kadar serat pangan larut air yang terukur pada jelly drink lebih tinggi dibandingkan dengan kadar serat pangan tidak larutnya. Hal ini karena Eucheuma cottonii sebagai salah satu sumber serat pada jelly drink memiliki kandungan serat pangan larut air yang tinggi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Matanjun et al. 2009 yang menyebutkan bahwa kandungan serat larut air Eucheuma cottonii lebih tinggi 18,3 dibandingkan kandungan serat tidak larutnya 6,8. 5 Kadar karbohidrat Karbohidarat merupakan salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh. Karbohidrat merupakan salah satu polisakarida aldehida atau keton maupun senyawa lain yang menghasilkan aldehida atau keton apabila dihidrolisis. Polisakarida yang sering ditemukan pada tanaman berupa pati dan juga selulosa Lehninger 1982. menunjukkan bahwa perbedaan jenis Spirulina yang ditambahkan memberikan pengaruh berbeda p0,05 terhadap kadar karbohidrat Lampiran 15. Karbohidrat di dalam produk berasal dari polisakarida rumput laut, juga polisakarida Spirulina dalam bentuk selulosa dan juga gula yang ditambahkan. 6 Aktivitas antioksidan Antioksidan merupakan suatu senyawa kimia yang dalam kadar tertentu mampu menghambat atau memperlambat kerusakan lemak akibat proses oksidasi Winarti 2010. Antioksidan pada makanan dapat diartikan sebagai bahan tambahan yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi pada bahan makanan. Antioksidan banyak dimanfaatkan untuk menghambat atau mengikat radikal bebas. Radikal bebas diklaim mempunyai peranan penting terhadap kesehatan manusia yaitu dapat mengakibatkan berbagai penyakit misal kanker, hipertensi, serangan jantung dan diabetes. Radikal bebas berasal dari metabolisme tubuh ataupun dari lingkungan. Antioksidan eksternal akan dapat membantu dalam pengikatan radikal bebas Ghafar et al. 2010. Aktivitas antioksidan dapat diketahui melalui pengukuran absorbansi larutan sampel yang telah ditambah dengan larutan 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl hydrate DPPH. Mekanisme penangkapan radikal DPPH yaitu melalui donor atom H dari senyawa antioksidan yang menyebabkan peredaman warna radikal pikrilhadrazil yang berwarna ungu menjadi piklilhadrazin berwarna kuning Molyneux 2004. Semakin tinggi kandungan antioksidan dalam bahan maka semakin banyak DPPH yang akan tereduksi. IC 50 merupakan kalkulasi persentasi antioksidan yang dibutuhkan untuk mereduksi 50 DPPH yang ditambahkan. Semakin rendah nilai IC 50 maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Jenis Spirulina yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh berbeda p0,05 terhadap aktivitas antioksidannya Lampiran 16. Hal ini menunjukkan bahwa rumput laut yang digunakan juga memiliki aktivitas antioksidan. Berdasarkan hasil penelitian Hardoko 2009 diketahui bahwa Eucheuma spinosum memiliki komponen antioksidan berupa phytol dan squalene. Aktivitas antioksidan dari ekstrak Eucheuma spinosum dengan pelarut etil asetat dengan IC 50 sebesar 4741,5 ppm. Produk jelly drink komersial tidak mencantumkan informasi mengenai aktivitas antioksidan, sedangkan jelly drink Spirulina memiliki aktivitas antioksidan yang rendah namun berasal dari sumber yang alami. Apabila produk jelly drink komersial mengandung aktivitas antioksidan diduga sumbernya berasal dari antioksidan sintetik seperti BHT yang pemanfaatannya pada jangka waktu tertentu dikhawatirkan akan dapat memberikan efek buruk bagi tubuh. 3 Informasi Nilai Gizi Informasi suatu gizi sangat penting dalam produk sebagai pengetahuan tentang seberapa besar kebutuhan dan kecukupan gizi yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi produk tersebut. Informasi gizi jelly drink Spirulina 0,4 disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Informasi gizi jelly drink Spirulina 0,4 Jelly drink Spirulina komersial Jelly drink Spirulina kultur Takaran saji 200 ml 200 ml Energi total kkal 79 92 AKG AKG Lemak total 0,06 0,22 Karbohidrat 6,37 7,49 Protein 0,98 0,41 Serat makanan 23,61 25,58 Jelly drink Spirulina kultur dan komersial dengan serving size 200 ml dapat menyumbangkan energi sebesar 92 kkal dan 79 kkal. Berdasarkan keputusan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan 2007 energi yang harus terpenuhi setiap harinya untuk orang dewasa adalah 2000 kkal, karbohidrat 300 g, protein 60 g, lemak 62 g dan serat pangan 25 g. Jelly drink Spirulina biasanya dijadikan sebagai minuman pembuka ataupun penutup dan tidak termasuk dalam menu utama sehingga kekurangan energi dapat dicukupi dengan konsumsi makanan utama. Jelly drink dengan penambahan Spirulina hasil kultur memiliki kandungan serat yang cukup tinggi yakni mencukupi 25 AKG hari. Kandungan seratnya yang cukup tinggi dapat dijadikan jajanan alternatif bagi orang yang memperhatikan diet. Beristain et al. 2006 menjelaskan bahwa serat pangan dapat mencegah timbulnya penyakit kanker kolon, wasir, dan konstipasi. Konsumsi satu cup jelly drink dengan serving size 200 ml setara dengan meminum 2 kapsul suplemen Spirulina. Dosis anjuran konsumsi suplemen Spirulina yang diproduksi oleh PT Trans Pangan Indospina adalah dua kapsul hari sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi jelly drink Spirulina tidak lebih dari 2 cup hari. Pembatasan konsumsi ini karena Spirulina mengandung asam nukleat dan purin. Asam nukleat dan purin di dalam tubuh akan dirubah menjadi asam urat yang dalam jumlah banyak akan mengganggu kerja ginjal. Jittanoonta et al. 1999 menyatakan bahwa maxsimum tolerable daily intake MTD dari Spirulina adalah 4,33 gkg berat badan yang dihitung berdasarkan acceptable daily intake asam nukleat yakni 2,6 gorang. Konsumsi suplemen Spirulina sebanyak 10 tablethari masih diperbolehkan karena di dalam 10 tablet 20 g Spirulina murni tersebut hanya mengandung 1,2 g asam nukleat. Berdasarkan paten yang dikeluarkan oleh Kodo dan Nishigaki 2009 diketahui bahwa dosis Spirulina yang direkomendasikan untuk konsumsi manusia adalah 2 sampai 10 ghari. 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Formula jelly drink berbasis rumput laut Eucheuma cottonii dan Spirulina komersial terpilih berdasarkan uji kepentingan adalah jelly drink dengan penambahan Spirulina komersial 0,4. Perbedaan jenis Spirulina kultur dan komersial yang ditambahkan tidak memberikan pengaruh berbeda terhadap hasil uji hedonik dan juga aktivitas antioksidan jelly drink Spirulina namun memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar protein. Jelly drink Spirulina kultur 0,4 menyumbangkan energi yang lebih besar yakni 92 kkal bila dibandingkan dengan Jelly drink Spirulina komersial 0,4 yakni 79 kkal. .

5.2 Saran