Rumput Laut Eucheuma cottonii

Minuman jelly merupakan salah satu produk cairan yang berbentuk gel yang mudah disedot, kenyal, bisa dikonsumsi sebagai penunda rasa lapar. Gel dapat terbentuk melalui mekanisme pembentukan junction zone oleh hidrokoloid seperti karagenan bersama dengan gula dan asam. Minuman ini memiliki tingkat kekentalan diantara sari buah dan jelly Zega 2010. Jelly drink dapat bermanfaat untuk memperlancar pencernaan karena produk ini memiliki kandungan serat sehingga dapat juga dikategorikan sebagai minuman fungsional. Jelly drink dapat dibuat dengan menambahkan gelling agent seperti jelly powder, yaitu bahan pangan yang berbentuk tepung, terdiri dari hidrokoloid yang dapat membentuk gel. Jelly powder yang dapat digunakan dalam proses pembuatan jelly drink dapat berupa gum dan konjak. Selain jelly powder dapat pula digunakan hidrokoloid lain sebagai gelling agent seperti rumput laut. Jelly drink dapat digolongkan ke dalam minuman ringan. Minuman ringan merupakan minuman penyegar yang umumnya mengandung atau tidak mengandung karbonat, pemanis, asam atau flavor. Komponen penyusun minuman jelly disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Komponen penyusun minuman jelly Komponen Jumlah Gula 15-20 Karagenan 0,6-0,9 Potassium sitrat 0,2-0,35 Asam sitrat 0,3-0,45 Pewarna Sesuai aturan yang berlaku Perasa Sesuai aturan yang berlaku Sumber : Imerson 2010

2.2 Rumput Laut Eucheuma cottonii

Rumput laut adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak dapat dibedakan antara akar, batang dan daun yang semua bagian tubuhnya disebut thallus. Rumput laut merupakan penghasil karagenan yang banyak dimanfaatkan dalam makanan, minuman maupun obat-obatan. Pemanfaatan rumput laut di Indonesia masih sebatas dalam pangan tertentu, namun di Jepang rumput laut telah dikonsumsi setiap hari sebagai sumber serat dan juga sumber antioksidan. Taksonomi Eucheuma cottonii menurut Anggadiredja et al. 2011 adalah sebagai berikut: Phylum : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Famili : Soliericeae Genus : Eucheuma Spesies : Eucheuma cottonii Eucheuma cottonii yang selama ini lebih dikenal oleh pembudidaya rumput laut adalah sinonim dari nama Kappaphycus alvarezii. Parenrengi Sulaeman 2007 menyebutkan bahwa pergantian nama secara taksonomi ini didasarkan pada tipe kandungan karagenan yang dihasilkan yakni kappa-karagenan. Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis alga merah yang memiliki ciri diantaranya thallus silindris, permukaan licin, warna hijau kekuningan, coklat atau merah dengan pigmen utama klorofil, karotenoid dan fikosianin. Klorofil telah banyak dimanfaatkan dalam makanan maupun minuman. Klorofil diyakini dapat membantu penyerapan nutrisi, membersihkan sistem peredaran darah, antikanker, antioksidan, antihipertensi, antibakteri, memperbaiki fungsi hati, menurunkan kadar kolesterol darah dan lain-lain Merdekawati dan Sudanto 2009. Komponen lain yang dimiliki rumput laut antara lain protein, mineral dan vitamin. Komposisi Eucheuma cottonii dalam bentuk kering disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi kimia Eucheuma cottonii Komposisi Kandungan Air g100g 83,3 Kadar abu g100g 3,4 Lemak g100g 0,2 Protein g100g 0,7 Dietary fiber g100g 11,6 Mg mgg 2,9 Ca mgg 2,8 K mgg 87,1 Na mgg 11,9 Zn mgg 0,018 Fe mgg 0,070 . Sumber : Santoso et al. 2006 : basis basah Eucheuma cottonii dengan kandungan polisakarida yang cukup besar merupakan salah satu sumber serat pangan yang potensial. Saat ini konsumsi serat pangan di Indonesia masih didominasi bahan asal tanaman darat. Rumput laut mengandung hidrokoloid dan senyawa farmaseutikal. Hasil penelitian Matanjun et al. 2009 menunjukkan bahwa kandungan serat larut air dari Eucheuma cottonii jauh lebih tinggi 18.3 dibandingkan dengan serat tidak larut air 6,8. Pemanfatan rumput laut dalam pembuatan makanan maupun minuman selain sebagai sumber serat juga sebagai bahan pengental. Eucheuma cottonii lebih dikenal sebagai penghasil karagenan. Karagenan merupakan senyawa polisakarida rantai panjang yang diekstraksi dari jenis karagenofit misal Eucheuma cottonii Anggadiredja et al. 2011. Bawa et al. 2007 telah mengisolasi karagenan dari Eucheuma cottonii dengan perlakuan berbagai pH. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa karagenan yang diektrak dengan pH 8,5 dapat menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan pH 7,5 dan pH 8 namun terjadi penurunan rendemen dengan peningkatan pH lebih dari 8,5. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan gel dari rumput laut akan lebih baik apabila pHnya netral dan menuju basa. Karagenan yang terdapat di dalam rumput laut akan dapat berinteraksi dengan makro molekul yang bermuatan, misal protein sehingga mampu menghasilkan berbagai jenis pengaruh seperti peningkatan viskositas, pembentukan gel dan pengendapan. Hasil interaksi karagenan dengan protein sangat bergantung pada pH larutan serta pH isoelektrik dari protein Winarno 2008.

2.3 Spirulina platensis