Analisis Kadar Vitamin C dan Asam Organik Russel, 1986

16 homogenaizer selama 30 menit pada suhu ruang. Setelah itu, larutan disaring menggunakan whatman dan disaring kembali membrane filter 0,45 mikron. Setelah di saring, larutan siap di-inject. Keterangan alat : - Panjang gelombang = 280 nm - Kolom = C18 - Fase gerak = metanol : air = 50:50 vv - Kecepatan air = 0,5 mlmenit - Volume inject 20 mikro

f. Analisis Kadar Vitamin C dan Asam Organik Russel, 1986

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kadar asam askorbat Vitamin C dan asam organik lain seperti asam oksalat, asam butirat, dan asam laktat. Sama seperti analisis kadar kafein, analisis ini dilakukan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dan menggunakan alat HPLC High Performance Liquid Chromatographic. Pertama-tama, 10 gram sampel dihaluskan dan ditambahkan 10 ml larutan asam metafosfat 6. Lalu, pada larutan tersebut ditambahkan 7 ml metanol Pa dan 20 ml aquades. Larutan tersebut di sentrifugasi selama 20 menit pada kecepatan 4000 rpm dengan suhu 4 o C. Setelah sentrifugasi selesai, supernatant dari larutan tersebut diambil dan diencerkan dengan metanol 50 ke dalam labu 100 ml. Larutan tersebut disaring dengan membran filter 0,45 mikron. Setelah itu, larutan siap untuk dimasukan inject ke dalam alat HPLC. Keterangan alat : - Panjang gelombang = 247 nm - Kolom = C18 - Fase gerak = metanol : air : acetonitril = 6:3:1 - Kecepatan air = 0,5 mlmenit 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Isolasi dan Seleksi Bakteri

Pengambilan sampel dilakukan di perkebunan kopi daerah Pangalengan, Bandung. Sampel yang diambil berupa biji kopi yang baru saja dikeluarkan oleh hewan luwak bersamaan dengan fesesnya melalui hasil sekresi. Kemudian, sampel tersebut dimasukan ke dalam media cair CMC seperti yang tertera pada Gambar 4. Tahap isolasi dilakukan dengan metode cawan sebar dengan media selektif berupa media xilan xilan birchwood. Koloni-koloni yang tumbuh dimurnikan untuk tahap seleksi bakteri. Gambar 4. Sampel biji kopi dalam media cair CMC dengan feses luwak Seleksi dilakukan dengan menotolkan isolat murni ke dalam media agar-agar xilan. Dengan penambahan larutan merah kongo 0,1 dan pencucian menggunakan NaCl 0,2 M, diperoleh sepuluh isolat bakteri yang dapat tumbuh di media tersebut. Namun, hanya empat isolat dari kesepuluh isolat bakteri yang mampu menghasilkan zona bening. Kemudian berdasarkan pertumbuhannya, keempat isolat bakteri ini diukur Indeks Potensial IP-nya dan hanya dua isolat yang mampu tumbuh baik karena dapat menghasilkan zona bening terbaik pula. Kedua isolat bakteri yang terpilih adalah isolat FLx3 dan FLx5 yang akan dilakukan uji selanjutnya berupa pengujian aktivitas enzim, yaitu pengukuran kurva pertumbuhan, aktivitas enzim, dan kadar protein. Nilai Indeks Potensial IP isolat bakteri FLx3 sebesar 0,455 dan isolat bakteri FLx5 sebesar 1,375. Kedua isolat tersebut memiliki koloni bakteri dengan ciri-ciri dan warna berbeda. Isolat bakteri FLx3 memiliki warna kuning, bentuk bundar, dan permukaan licin, sedangkan isolat bakteri FLx5 memiliki warna putih susu, bentuk bundar, permukaan lincin dan sedikit berlendir. Penampakan fisik kedua koloni bakteri dan pembentukan zona bening ini terlihat pada Gambar 5. Bakteri yang dapat tumbuh di media xilan 0,5 pada isolasi bakteri menunjukkan bahwa isolat bakteri dapat menghasilkan enzim xilanase untuk menghidrolisis xilan yang ditandai dengan terbentuknya zona jernih atau bening. Kemampuan bakteri membentuk zona bening sebagai akibat terputusnya ikatan β- 1,4 xilosidik oleh xilanase. Sebagai tambahan, isolat bakteri yang mampu tumbuh dengan baik mengindikasikan bahwa isolat mampu memanfaatkan sumber karbon C dalam media pertumbuhannya, sehingga produksi enzim akan lebih baik apabila menggunakan isolat yang mampu tumbuh dengan baik pada substratnya.