b. Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam meyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya Asep Jihad dan Abdul haris, 2008 : 25. Hal ini sesuai dengan pendapat
Trianto 2007:1 yang menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Joyce dan Weil 1995:6 menyatakan bahwa : “models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills,
values, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also theaching them how to learn”.
Hal ini berarti bahwa model pengajaran merupakan model pembelajaran, dengan model tersebut guru dapat membantu
siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, ketrampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan
bagaimana mereka belajar. Menurut Toeti Sukamto dan Udin Syarifudin 1996 : 78, model
pembelajaran secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan yang bertujuan yang tertata secara
sistematis. Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana berkomunikasi yang
penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, di luar kelas atau mengawasi anak-anak. Hakekat mengajar adalah membantu para siswa
memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar yang baik.
Dalam kenyataan yang sesungguhnya, hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses belajar mengajar menurut Joyce dan Weil yang dikutip Toeti Soekamto
dan Udin Syaripudin W 1986 : 78 adalah ” ........ the student’s increased capabilities to learn more easily and effectively in the future ”
. Ini berarti bahwa kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif
dimasa yang akan datang. Karena itu, proses belajar mengajar tidak hanya memiliki makna deskriptif dan kekinian, akan tetapi juga bermakna prospektif
dan berorientasi masa depan. Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan tertentu dan berorientasi pada jangka
panjang bukan tujuan pembelajaran yang lain. Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Bentuk pembelajarannya menunjukkan dengan jelas
kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa, urutan kegiatan- kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus apa yang perlu dilakukan oleh siswa.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur Trianto, 2007:5 Ciri-ciri tersebut adalah : 1 rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para
pengembangnya, 2 landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar sesuai dengan tujuan belajar yang akan dicapai, 3 tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan 4 lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai.
Arends 2008:25 menyeleksi enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan dalam proses pembelajaran, masing-masing adalah
presentasi, pembelajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, dan diskusi kelas. Ketiga model yang pertama
yaitu presentasi, pembelajaran langsung direct instruction, dan pembelajaran konsep didasarkan pada perspektif yang lebih tradisional atau konvensional
tentang pembelajaran siswa dan menyandarkan diri pada prinsip-prinsip pembelajaran yang berpusat pada guru. Pembelajaran kooperatif, pembelajaran
berbasis masalah problem base instruction, dan diskusi berasal dari perspektif pembelajaran konstruktivis dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa.
Dalam mengajarkan suatu konsep atau materi tertentu, tidak ada satu model pembelajaran yang lebih baik daripada model pembelajaran lainnya.
Dengan demikian berarti bahwa untuk setiap model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model
pembelajaran yang lain untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-
pertimbangan seperti materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia sehingga
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Pemilihan model pembelajaran selain dipengaruhi oleh sifat dan materi
yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik Trianto, 2007:4.
Disamping itu setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap-tahap sintaks yang dialami siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan
sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan inilah yang terjadi diantara pembukaan dan penutupan pembelajaran, yang harus dipahami
oleh guru dalam menutup pelajaran, agar model-model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan
berbagai ketrampilan mengajar agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa
ini. Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap
pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Ada banyak model atau strategi pembelajaran, akan
tetapi pada penelitian ini dibatasi pembahasan teorinya pada model pembelajaran kooperatif cooperative learning dan model pembelajaran langsung direct
instruction . Pembelajaran kooperatif, memerlukan lingkungan belajar yang
fleksibel yang meliputi tersedianya meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Sebaliknya kebanyakan pengajaran langsung dapat berjalan dengan optimal
apabila siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru, yang seringkali berdiri dekat papan tulis. Pada pengajaran langsung, siswa perlu tenang dan memperhatikan
uraian serta segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, sedangkan pada kooperatif, para siswa perlu berkomunikasi antara satu dengan yang lain.
Model atau strategi pembelajaran kooperatif Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan
diaanjurkaan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin dalam Wina Sanjaya 2008 : 242 mengemukakan dua alasan yaitu 1 beberapa hasil penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus meningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. 2 pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan. Dari dua alasan tersebut
maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
i. Model Pembelajaran Kooperatif